• Login
  • Register
Sabtu, 30 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Refleksi Cinta dan Pengorbanan di Hari Raya Kurban

Allah menguji cinta Nabi Ibrahim, untuk menghilangkan sifat kepemilikan dari dalam dirinya. Cinta Ismail dan Sayyidah Hajar pun teruji. Ketiganya berhasil membuktikan pada Allah di atas cinta pada apa dan siapapun selain-Nya.

Fita Dwi Oktavia Fita Dwi Oktavia
21/07/2021
in Keluarga
0
Kurban

Kurban

722
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada bulan Dzulhijah setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia memperingati Hari Raya Iduladha atau hari raya kurban. Ritual kurban sendiri punya akar sejarah yang panjang dalam kisah umat manusia. Cerita yang paling sering didengar bahkan menjadi topik setiap khutbah sholat Idhuladha ialah tentang pengorbanan Nabi Ismail yang rela dan ridla disembelih oleh ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim sebagai bentuk ketaqwaan terhadap Allah swt. Al-Qur’an menarasikan kurban sebagai sarana hamba untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah, sesuai dengan akar katanya “qaraba” “yaqrabu” yang berarti “dekat” atau “mendekatkan”.

Dalam epos cinta, kita sering mendengar adagium bahwa setiap cinta yang tulus tentu memerlukan pengorbanan. Sesuatu yang dikorbankan tersebut ialah merupakan sesuautu yang berharga atau yang dicintai. Bagi Nabi Ibrahim, wujud cinta itu adalah anaknya Ismail. Ismail merupakan jawaban atas doa seorang manusia yang bertahun-tahun menantikan kehadiran sosok anak dalam kehidupan rumah tangganya.

Ketika doa itu terwujud, bukan main senang dan bahagianya Nabi Ibrahim atas kelahiran putranya bersama Ibunda Sayyidah Hajar. Luapan rasa cinta Nabi Ibrahim kepada anaknya pun diuji oleh Allah. Manakah yang lebih besar? Cintanya kepada Tuhan yang ia sembah atau cinta kepada anak yang selama ini dirindukannya?

Dan perintah penyembelihan ini adalah perintah dari Allah, yang dapat dimaknai bahwa apakah mampu seorang manusia mendorong nafsu dan egonya yang menghalangi untuk mendekat kepada Allah, dengan mengorbankan seseorang yang dicintainya. Dengan niat yang tulus serta ketaqwaan dalam diri Nabi Ibrahim maka proses penyembelihan Ismail pun terjadi.

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (surah Al-Hajj 22:37).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Fatih, Selawat, dan Maulid Nabi
  • Pentingnya Memilih Pasangan yang Cerdas secara Emosional
  • Ekologi dalam Puisi Rumi
  • Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup

Baca Juga:

Fatih, Selawat, dan Maulid Nabi

Pentingnya Memilih Pasangan yang Cerdas secara Emosional

Ekologi dalam Puisi Rumi

Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup

Tatkala Nabi Ibrahim sudah bersiap menyembelih Ismail dengan segala ridho dan ketaqwaan dalam dirinya, begitu baiknya Allah menggantikan tubuh Ismail dengan seekor domba. Peristiwa inilah yang menjadi hakikat dari kurban itu sendiri, bahwasanya Allah bukanlah sosok yang haus darah yang kejam. Tidak boleh ada nyawa manusia yang dikorbankan, bahkan atas nama agama sekalipun, karena Allah sama sekali tidak membutuhkan itu semua. Tetapi yang Allah terima adalah kebesaran hati atas dasar ketakwaan untuk menyembelih rasa ego dan nafsu dalam diri manusia itu sendiri. []

Berkurban di masa pandemi ini juga mengajarkan kita untuk menjaga jarak aman dari seseorang ataupun sesuatu yang paling kita cintai di dunia yang fana ini. Menghilangkan sifat kepemilikian sepenuhnya dalam diri dan berusaha berserah diri kepada Allah, bukankah semua pada akhirnya kembali kepada Yang Maha Kuasa? Dan bukankah yang menemani hingga akhir hayat adalah amal kita selagi masih ada di dunia ini?

Lalu mengapa masih bersedih, atau masih merasa sombong. Allah menguji cinta Nabi Ibrahim, untuk menghilangkan sifat kepemilikan dari dalam dirinya. Cinta Nabi Ismail dan Sayyidah Hajar pun teruji. Ketiganya berhasil membuktikan pada Allah di atas cinta pada apa dan siapapun selain-Nya.

Mampukah kita meraih, memiliki, mempertahankan semua yang kita cintai hanya dengan cara-cara baik sebagaimana yang dikehendaki-Nya? Ibrahim, Sayyidah Hajar, Ismail adalah teladan bagi suami istri, orang tua-anak di setiap zaman bahwa bisa saling bahu membahu dalam menghadapi beratnya ujian iman hingga berhasil melaluinya karena terasa lebih ringan sebab saling bersama.

Dari Ibrahim As kita belajar tentang ketauhidan yang teguh, dari Ismail As kita belajar tentang ego yang luruh, mengalahkan ego dan nafsu diri, dan dari Siti Hajar As kita belajar ketegaran dan keteguhan hati karena hanya kepada-Nya tempat bergantung dan bersimpuh. Semoga setiap tindakan yang kita lakukan selalu membuat kita semakin merasa dekat dengan Yang Maha Dekat. Lebih dekat dengan diri kita, bahkan daripada urat nadi kita sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

Tags: CintaHari Raya Iduladha 1442 Histri nabiKisah Para NabipengorbananPeradaban IslamSejarah NabiSyariat Islam
Fita Dwi Oktavia

Fita Dwi Oktavia

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Peradaban Bumiayu Jawa Tengah

Terkait Posts

Ketahanan Mental Keluarga

Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

30 September 2023
Masjid Ramah Perempuan

Sudahkan Masjid Ramah Perempuan dan Anak?

27 September 2023
Kerja Perawatan dan Pengasuhan

Apresiasi Peran Laki-laki dalam Kerja Perawatan dan Pengasuhan

25 September 2023
Anak Korban Perceraian

5 Dampak Psikologi bagi Anak Korban Perceraian

23 September 2023
Fenomena Fatherless Country

Fenomena Fatherless Country dalam Kacamata Islam

15 September 2023
Ibu Rumah Tangga

Mengembalikan Posisi Ibu Rumah Tangga yang Termarjinalkan

12 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Al-Qur'an Poligami

    Al-Qur’an Menegaskan Monogami bukan Poligami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dalil Tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membincang Misi Sosial Profetik Nabi Muhammad SAW

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tidak Ada Anjuran Poligami Dalam Al-Qur’an
  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga
  • Tidak Ada Keutamaan Dalam Perkawinan Poligami
  • Muhammad Abduh: Jika Nafsun Wahidah adalah Adam, Maka Adam yang Mana?
  • Tidak Ada Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist