• Login
  • Register
Jumat, 22 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Salmafina Sunan dan Seni Menjadi Diri Sendiri

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
23/02/2019
in Kolom
0
Salmafina Sunan

Salmafina Sunan

17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id–  Ada dua sosok beberapa waktu lalu yang membuat heboh; Rina Nose dan Salmafina Sunan. Masih lekat di ingatan kita tentang kejadian yang dialami Rina Nose saat memutuskan untuk melepas hijab. Alasannya karena ia ingin menjadi manusia dengan atau tanpa atribut yang menempel di tubuhnya.

Namun, keputusannya telah memicu kontroversi. Seperti biasa, masyarakat kita yang terlalu mengagungkan hijab sebagai atribut keagamaan dan menjadikan penampilan sebagai standar moral seseorang membuat Rina Nose banjir hujatan.

Hal ini kembali dialami oleh Salmafina Sunan, yang baru-baru ini melepas hijabnya. Ia menjadi dirinya sendiri dan mencintai dirinya dengan caranya sendiri. Alih-alih mendukung kebebasan atas pilihan yang ia kehendaki, warganet malah menghujat dan tak sedikit yang memberikan sumpah serapah padanya.

Sebagai tokoh publik, tentu Salmafina sudah paham dengan respons yang akan ia dapatkan dari warganet.

Saya meyakini, keputusan yang ia ambil sangat berat untuk dirinya. Tetapi dengan penuh kesadaran atas kebebasan tubuhnya, ia telah menemukan cara untuk mencintai dirinya dengan menjadi dirinya sendiri tanpa harus ada paksaan dari siapapun.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam
  • Perempuan Bukan Bidadari Surga

Baca Juga:

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam

Perempuan Bukan Bidadari Surga

Kita sebagai manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial kerap latah mengomentari penampilan orang lain. Sehingga tanpa sadar telah mengeksploitasi kebebasan seorang individu, seorang perempuan atas otoritas tubuhnya.

Kapan kita berhenti mengomentari penampilan orang lain? Kapan kita berhenti mengatur tubuh perempuan?

Suatu kali teman saya baru saja memakai hijab untuk pertama kalinya, teman-teman saya yang lain berkomentar, “kamu pakai hijab jadi lebih cantik, lho”.

Saya membayangkan, andai saya yang mendapat komentar seperti itu, pastilah saya sudah berpikir macam-macam, saya merasa jika saya tidak berhijab saya akan terlihat tidak cantik dan tidak menarik. Tentu hal ini tidak nyaman untuk saya.

Makna hijab yang dipakai menjadi berubah. Hijab hanya sebagai atribut untuk mempercantik diri, hanya sekadar untuk terlihat menarik di mata orang lain. Tak ada bedanya dengan pakaian yang menempel di tubuh dan tata rias yang menempel di wajah.

Pemakaian hijab pun seakan menjadi tuntutan hanya untuk terlihat sebagai yang lebih taat pada aturan agama, agar terlihat sebagai yang lebih bermoral dari yang lainnya. Standar calon menantu idaman pun kerap bertambah selain sopan, manis, pandai memasak, pintar mendidik anak, serta memakai hijab.

Saya sebagai perempuan, memakai hijab atau tidak memakai hijab bukan hak orang lain untuk ikut campur di dalamnya. Menjadi orang baik tidak perlu dipandang dari penampilan luarnya.

Perempuan sebagai individu merdeka yang juga bisa merasakan sakit, bisa merasa kurang, bisa merasa menjadi cantik dengan atau tanpa hijab yang menempel di tubuhnya.

Perempuan sebagai manusia yang hidup dan tinggal dengan manusia lainnya yang berbeda pula. Manusia merdeka yang sangat mungkin suatu saat nanti memiliki keinginan untuk melepas hijab dan berhak atas otoritas tubuhnya.

Dan kita sebagai perempuan, mestinya kita mendukung dan memeluk perempuan lain atas apapun keputusan yang diambil untuk kehidupannya. Sudah seharusnya perempuan saling menguatkan, bukan saling menghujat dan menjatuhkan.

Untuk Salmafina Sunan, terima kasih sudah menampilkan keberanian atas pilihan-pilihan yang mungkin perempuan lain tak bisa lakukan. Cintai dirimu apa adanya tanpa ada tuntutan dari orang lain yang melihatnya. Cintai dirimu apa adanya dengan atau tanpa hijab.

Hijab adalah atribut keagamaan, hidupmu adalah dirimu sendiri. Pakailah sesuatu yang kamu butuh dan membuatmu nyaman, bukan karena paksaan dari siapapun.
Jadilah cantik, jadilah sehat, dan jadilah baik dengan menjadi dirimu sendiri.[]

Tags: CantikislamJilbabmoralperempuanSalmafina Sunan
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Idgitaf

Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

22 September 2023
Kesejahteraan Ibu dan Anak

Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part I

22 September 2023
Bidadari Surga

Perempuan Bukan Bidadari Surga

21 September 2023
artificial intellegence

Artificial Intellegence dalam Perspektif Gender

21 September 2023
Anak Perempuan Jawa

Anak Perempuan Jawa: Beban Orang Tua?

20 September 2023
Keberagaman Indonesia

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

20 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penari Perempuan Sunda

    Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist