• Login
  • Register
Jumat, 31 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh

Sarah Gilbert dan Kisah dibalik Pembuatan Vaksin AstraZeneca

Mereka yang ingin mendapat untung dengan menjual vaksin harus malu dengan Dame Sarah Gilbert, penemu vaksin Astra Zeneca. Dia menyerahkan semua hak paten vaksin kepada umat manusia. Dia tidak mendapatkan sepeser pun dari penjualan vaksin

Dian Nafi Hasfa Dian Nafi Hasfa
04/08/2021
in Tokoh
0
Sarah Gilbert

Sarah Gilbert

100
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masih beredar di timeline beberapa hari ini, berita yang membuat banyak orang terkagum-kagum. Ternyata Sarah Gilbert, penemu vaksin AstraZeneca, rela melepas paten vaksin tersebut agar murah dan mudah diakses masyarakat di dunia. Sementara di Indonesia, bahkan ada para oknum dan mafia yang menginginkan bisnis vaksin.

Selama acara tenis Wimbledon, semua orang bertepuk tangan untuk Sarah Gilbret, dia hanya tersenyum tipis. Gesturnya sangat rendah hati. Dia seharusnya kaya, tetapi dia memberikan semuanya kepada dunia. untuk kita. Ilmuwan Inggris di balik vaksin COVID-19 AstraZeneca, Dame Sarah Gilbert, menerima tepuk tangan meriah di Centre Court di Wimbledon 2021. Seluruh penonton tenis Wimbledon bertepuk tangan untuk Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Universitas Oxford, penemu vaksin AstraZeneca. Selain itu ia juga mengembangkan vaksin untuk MERS, Lassa, Nipah dan CCHF.

Dia layak mendapatkan applause tersebut karena dia mengajukan paten sukarela. Itu sebabnya vaksin AZ murah. Hatinya benar-benar mulia. Dia tidak mengambil royalti atas penemuannya. Percayalah hanya jiwa yang damai yang bisa melakukan itu. Dia menghormati kemanusiaan. Semestinya kita menghargai sains dan ilmuwannya. Banyak orang salut kepada Inggris yang telah banyak berkontribusi pada peradaban dunia dengan Fisika melalui Newton, Clark-Maxwell, Thomson, Rutherford dan Dirac; Komputer melalui Alan Turing; Biologi melalui Darwin, Crick dan Rosalind Franklin (DNA) dan Sarah Gilbert (vaksin anti-Corona)

Indonesia juga patut berbangga. Karena ada seorang putra bangsa (Indra Rudiansyah) yang juga tergabung dalam tim Prof Sarah Gilbert untuk mengembangkan vaksin ini. Dame Sarah Gilbert dan timnya dihormati tidak hanya karena penemuannya, tetapi juga karena keputusannya bersama dua rekannya untuk menempatkan kemanusiaan di atas keuntungan pribadi. Mereka menolak uang dari paten vaksin yang bisa membuat mereka super kaya. Hebat ya. Sepertinya dia harus mendapatkan nobel. Tetapi seandainya dia tidak dapat, kehormatan yang dia miliki, dia adalah seorang ibu bagi umat manusia.

Pertanyaannya apakah negara Indonesia ini bisa melakukan hal yang sama seperti itu. Di sini, orang berlomba-lomba untuk bersaing seolah-olah mereka memiliki peran paling banyak dan kemudian meminta untuk dihormati dan dihargai. Marah jika mereka merasa dipermalukan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

Baca Juga:

Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

Mereka yang ingin mendapat untung dengan menjual vaksin harus malu dengan Dame Sarah Gilbert, penemu vaksin Astra Zeneca. Dia menyerahkan semua hak paten vaksin kepada umat manusia. Dia tidak mendapatkan sepeser pun dari penjualan vaksin. Sedangkan di Indonesia jika saja tidak ada keributan netizen, vaksinnya harus berbayar.

Mengapa orang super cerdas rata-rata tidak menginginkan uang? Karena mereka yakin ilmu akan menjaganya, sedangkan harta malah minta dijaga. Bagi mereka nilai kemanusiaan lebih tinggi dari sekedar keuntungan materi/pribadi. Mari kita tiru amalan mulia seperti ini karena sejalan dengan ajaran dan anjuran dalam Islam agar kita menjadi manusia terbaik yang bermanfaat bagi makhluk sebanyak mungkin.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Artinya: “Jika kamu berbuat baik, sesungguhnya kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri” (QS. Al-Isra: 7). Memberi manfaat kepada orang lain sebenarnya merupakan upaya untuk membahagiakan hati kita.

Bisa dibilang ini adalah contoh bentuk sedekah jariyah, salah satu jenis amal yang memiliki tingkat pahala yang tak terhingga. Karena para pelaku sedekah jariyah akan mendapatkan pahala yang terus mengalir meski telah meninggal dunia. Contoh Amal Jariyah menyebarkan ilmu yang dimiliki agar bermanfaat bagi orang lain, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Didiklah anak dengan baik agar menjadi anak yang shaleh dan shaleha, karena doa anak shaleh menjadi amal yang tak pernah putus dari orang tua yang telah meninggal dunia.

Hadits yang berkaitan dengan sedekah diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, terputus semua amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak shaleh yang mendoakannya.”

Sebagaimana kiprah yang telah ditorehkan Prof Sarah Gilbert dalam sejarah dunia, yakni menghargai kehidupan dan kesejahteraan umat manusia yang menderita lebih dari nilai uang. Salam hormat. Salam takdzim.
Terima kasih, Prof Sarah Gilbert! []

Tags: duniakemanusiaanPandemi Covid-19perempuanPerempuan InspiratifSarah GilbretVaksin AstraZenecaVaksin Covid-19Virus Covid-19
Dian Nafi Hasfa

Dian Nafi Hasfa

architect, author, blogger, researcher,  scholar who love travel and learn.concern on education,  behavior, the built environment, people development

Terkait Posts

Imam Ibnu Malik

Mengenal Imam Ibnu Malik: Sang Mahkota Ilmu Nahwu

30 November 2022
Social Justice Day, Vagabond

Stigma Perempuan Tidak Mampu Berpikir Logis, Itu Mitos!

17 Februari 2022
Perempuan Muslim

Maria Geoppert Mayer: Bukti Perempuan Unggul di Dunia Sains

16 Februari 2022
Madura

Mengenal Kepribadian Potre Koneng, Ratu Keraton Sumenep Madura

6 Desember 2021
makna Peringatan Hari Ibu

Ingatlah Kawan! Perjuangan Dewi Sartika Belum Usai

4 Desember 2021
Qira'ah Mubadalah

Belajar Kritis dari Khaled Abou El-Fadl dalam Menanggapi Hadis Misoginis

3 Desember 2021
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hikmah Puasa

    Hikmah Puasa dalam Psikologi dan Medis: Gagalnya Memaknai Arti Puasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Goethe Belajar Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Puasa: Menahan Nafsu Atau Justru Memicu Food Waste?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam
  • Nafkah Keluarga Bisa dari Harta Istri dan Suami
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist