• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Sehat dan Bahagia dengan Disiplin Beribadah

Badriyah Fayumi Badriyah Fayumi
29/04/2020
in Hukum Syariat
0
29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Semua orang ingin sehat dan bahagia. Beragam cara dilakukan, termasuk yang membingungkan. Betapa tidak, manusia rela mengorbankan semua hartanya dan meninggalkan semua yang disenanginya demi kesembuhannya ketika ia sudah sakit.

Padahal saat belum sakit ia betul-betul mengabaikan kesehatannya demi memburu harta dan mengikuti semua kesenangannya. Agar merasa bahagia, manusia terus berlari mengejar impiannya. Begitu impian yang dikejar didapatkan, ia bahagia sebentar dan kemudian kembali tidak bahagia karena ada impian baru yang ingin dikejarnya saat impian lamanya tercapai.

Begitulah fatamorgana kehidupan dunia. Ia bisa mempermainkan manusia sehingga sehat dan bahagia yang sesungguhnya bisa diraih dengan cara yang sederhana, menjadi demikian rumit dan berbelit. “Dan kehidupan dunia tiada lain kecuali kesenangan yang palsu.” (QS al-Hadid/57:20).

Rasulullah: Beribadah Wujud Syukur

Allah SWT yang menciptakan manusia tentu menghendaki makhlukNya sehat dan bahagia. Rasulullah SAW juga telah mencontohkan bagaimana menjaga kesehatan melalui pola hidup, pola makan, pola tidur, pola pikir, dan pola perilaku yang baik. Begitu pula olah raga dan olah jiwa beliau lakukan secara seimbang dan tepat. Hasilnya, Rasulullah senantiasa bugar meski memikul tugas kenabian yang maha berat.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Rasulullah betul-betul mengamalkan apa yang beliau sabdakan”Jaga sehat sebelum sakitmu”. Banyak kitab yang mengulas hal ini dengan rinci, antara lain ath-Thibb an-Nabawi (Pengobatan ala Nabi), al-Wabil as-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib (Hujan Lebat yang Menyuburkan dari Kalimat-kalimat yang Baik).

Kedua kitab di atas karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah; Shifat Tha’am wa Syarab an-Nabiyy (Pola Makan dan Minum Nabi) karya Mahmoud Nashshar; at-Tadawi bi al-A’syab wa ath-Thibb an-Nabawiyy (Pengobatan Herbal dan Pengobatan ala Nabi), at-Taghdiyah an-Nabawiyah fi Tsamaniyati Asabi’ (Nutrisi ala Nabi dalam Delapan Minggu), keduanya karya Abdul Basith as-Sayyid, dan masih sangat banyak lagi buku yang ditulis dalam berbagai bahasa, termasuk hasil-hasil riset kontemporer.

Salah satu pola hidup sehat dan bahagia yang dipraktikkan Rasulullah yang perlu diikuti setiap hamba yang beriman adalah disiplin beribadah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah. Beliau selalu beribadah di titik yang tertinggi meski sudah ada jaminan masuk surga dan terbebas dari dosa.

Shalat malam dan dhuha yang sunnah buat umatnya, bagi beliau adalah wajib. Saat sahabat bertanya, mengapa kaki beliau sampai bengkak karena shalat malam, beliau menjawabnya secara retoris, “Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur?” Ya. Beribadah dengan penuh kerelaan sebagai wujud syukur adalah pintu menuju kebahagiaan sejati. Itulah yang sudah dibuktikan Nabi.

Kebahagiaan Tertinggi

Nabi adalah manusia yang hidupnya sehat dan bahagia. Kebahagiaan beliau bukan karena harta dan kedudukan, melainkan karena beliau telah menemukan hakikat kebahagiaan yang tidak lagi dikaitkan dengan kepemilikan harta, kedudukan sosial, prestige, dan lain-lain. Ibnu Qayyim mengkategorikan 3 level kebahagiaan.

Pertama, kebahagiaan eksternal, yakni kebahagiaan karena adanya harta, kekuasaan, kepemilikan, dan lain-lain.

Kedua, kebahagiaan internal yang datang dari dalam diri berupa kesehatan, kekuatan, minat, hobi, dan lain-lain.

Ketiga, kebahagiaan moral yang datang dari hati dan jiwa. Inilah kebahagiaan hakiki dan tertinggi manusia, yang dihasilkan dari iman, ilmu, ibadah, amal, akhlak, mental dan karakter. Dalam konteks ini Nabi adalah manusia yang sangat berbahagia karena telah meraih pencapaian jiwa dan hati yang tertinggi. Ibadah dengan ikhlas dan penuh syukur adalah salah satu kunci kebahagiaan beliau.

Saat manusia sedang sehat, sukses, berada di level atas kehidupan, beribadah dengan ikhlas, penuh penghayatan dan penuh rasa syukur akan melengkapi nikmat-nikmat itu dengan kenikmatan yang lebih hakiki, yakni kenikmatan spiritual.

Ibadah yang demikian akan membawa kebahagiaan jiwa dan hati, serta menjaga diri agar selalu berada di orbit Allah. Dengan hati, jiwa dan pikiran yang bersih, positif dan fokus pada Allah itu, tubuh pun akan menjadi lebih memiliki kekebalan karena energi prana yang positif terus memancar dalam setiap ibadah yang dilakukan.

“Rasulullah senantiasa bugar meski memikul tugas kenabian yang maha berat.”

Saat manusia sakit pun, ibadah yang dilakukan dengan rasa syukur akan sangat membantu penyembuhan. Syukur di saat sakit mewujud dalam kepasrahan kepada Allah, positive thinking dalam menyikapi sakit sebagai ujian keimanan dan sarana muhasabah. Berobat terus dijalani tanpa sumpah serapah dan rasa nelangsa. Ibadah pun kemudian menjadi terapi khusus yang dapat membantu syaraf-syaraf melakukan pemulihan sesuai fungsinya.

Terbukti Secara Ilmiah dan Empirik

Melalui ilmu RPNI (Religio Psycho Neuro Immunology) telah dibuktikan bahwa ibadah yang dilakukan secara benar dan penuh penghayatan berdampak positif bagi normalisasi sistem syaraf, kekebalan tubuh, dan kesehatan jiwa/mental.

Para ahli, baik dari Indonesia maupun mancanegara telah melakukan riset atas hal ini. Dari Indonesia misalnya dr. Sagiran Sp.B yang mengungkap dan menuliskan Mukjizat Gerakan Shalat dan Ustadz dr. Mustamir Pedak, yang menulis Terapi Ibadah.

Dari Belanda ada Prof. Van Der Hoven yang melakukan penelitian selama 3 tahun tentang pengaruh membaca Alquran dan pengucapan kata Allah secara berulang-ulang bagi penyembuhan psikologis, relaksasi pernafasan, serta mengontrol denyut jantung.

Secara empirik, kisah sehat dan bahagia lantaran ibadah yang dilakukan dengan ikhlas, penuh syukur dan disiplin juga banyak kita jumpai. Sepupu jauh penulis yang sempat mengalami amnesia karena kecelakaan dan sudah berobat ke rumah-rumah sakit terbaik di Jateng dan DIY, atas izin Allah mengalami pemulihan ingatan secara signifikan setelah menjalani shalat wajib dan sunnah dengan sujud yang lama.

Ibu Khadijah, 92 tahun, seorang aktivis pengajian di Depok yang selalu tampil rapi dan bugar menyampaikan bahwa kunci sehat dan bahagianya adalah aktif menghadiri majlis taklim, membaca Alquran dan artinya setiap pagi, menjalin silaturrahim dengan kerabat dan sahabat di berbagai tempat, memperlakukan tanaman dan binatang di rumah seperti “bernyawa”, dan selalu positive thinking menyikapi berbagai keadaan.

Tak terhitung jumlah para huffadz yang masih sangat bagus ingatannya di usia senja karena rutinitas membaca Alquran. Para ibu yang melakukan gerakan shalat dengan benar juga mengalami risiko osteoporosis yang lebih rendah.

Para ahli puasa bertestimoni hidupnya lebih sehat dan tentram setelah rutin menjalani puasa sunnah Senin Kamis atau puasa Dawud. Para penggiat kemanusiaan dan kegiatan sosial yang mendedikasikan hidupnya untuk menolong dan berbagi dengan sesama biasanya tampak awet muda meski waktu, tenaga, pikiran dan hartanya banyak ia korbankan untuk dedikasinya itu.

Ibadah yang dilakukan dengan benar (niatnya, ucapannya, gerakannya, dan tindakannya), penuh penghayatan, dan berlangsung rutin dalam jangka waktu yang lama terbukti secara ilmiah dan empirik berdampak langsung pada kesehatan fisik, jiwa/mental, dan sosial.

Saat manusia sehat jiwa, raga dan sosialnya, di situlah kebahagiaan hidup ada. Maha Benar Allah yang menciptakan manusia dan jin untuk beribadah kepada-Nya (QS. adz-Dzariyat/51:56). Dengan ibadah itu, manusia dan jin memiliki media untuk menyambungkan diri dengan-Nya, menyiapkan jalan keselamatan dirinya di dunia dan akhirat, serta memiliki alat terapi gratis untuk meraih hidup yang sehat dan bahagia. Subhanallah. []

*)Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Noor

Badriyah Fayumi

Badriyah Fayumi

Ketua Alimat/Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi

Terkait Posts

Perempuan sosial

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

10 Mei 2025
Sunat Perempuan

Sunat Perempuan dalam Perspektif Moral Islam

2 Mei 2025
Metode Mubadalah

Beda Qiyas dari Metode Mubadalah: Menjembatani Nalar Hukum dan Kesalingan Kemanusiaan

25 April 2025
Kontroversi Nikah Batin

Kontroversi Nikah Batin Ala Film Bidaah dalam Kitab-kitab Turats

22 April 2025
Anak yang Lahir di Luar Nikah

Laki-laki Harus Bertanggung Jawab terhadap Anak Biologis yang Lahir di Luar Nikah: Perspektif Maqasid Syari’ah

25 Maret 2025
Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

18 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version