• Login
  • Register
Sabtu, 23 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Semua ulama fiqh berpandangan bahwa perempuan yang sedang menyusui bayi masuk dalam kategori orang yang memperoleh dispensasi (rukhsah) untuk tidak berpuasa.

Redaksi Redaksi
09/11/2022
in Hukum Syariat, Rujukan
0
Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

183
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berpuasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban setiap orang Islam yang sudah dewasa dan mampu menjalankanya. Anak-anak kecil yang belum dewasa tidak diwajibkan untuk berpuasa. Tetapi mereka bisa belajar berpuasa. Lantas bagaimana dengan ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

Pada dasarnya, orang-orang yang tidak mampu, baik karena faktor fisik atau kesehatan, juga memperoleh dispensasi untuk tidak berpuasa. Seperti orang yang sedang musafir, atau melakukan perjalanan, orang yang sudah uzur karena lanjut usia, atau orang yang sedang sakit.

Hal ini menunjukkan betapa syari’at Islam itu mudah, ringan, dan disesuaikan dengan kemampuan seseorang. Sekalipun puasa itu wajib, namun mereka yang secara fisik tidak mampu, atau faktor kesehatannya akan terganggu, diperbolehkan untuk tidak berpuasa.

Nah, semua ulama fiqh berpandangan bahwa perempuan yang sedang menyusui bayi masuk dalam kategori orang yang memperoleh dispensasi (rukhsah) untuk tidak berpuasa.

Bagi banyak perempuan, berpuasa pada saat menyusui cukup melelahkan. Karena asupan makanan ke tubuhnya akan berubah air susu yang menjadi makanan utama sang bayi.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Mengenal Albertina Ho: Sosok Hakim Perempuan yang Adil
  • Kurangnya Sensitivitas APH dalam Penanganan Kasus KDRT
  • Mengembalikan Posisi Ibu Rumah Tangga yang Termarjinalkan
  • Ibu Madrasah Pertama Anak-anaknya, Benarkah Islam Berkata Demikian?
    • Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Baca Juga:

Mengenal Albertina Ho: Sosok Hakim Perempuan yang Adil

Kurangnya Sensitivitas APH dalam Penanganan Kasus KDRT

Mengembalikan Posisi Ibu Rumah Tangga yang Termarjinalkan

Ibu Madrasah Pertama Anak-anaknya, Benarkah Islam Berkata Demikian?

Al-Qur’an sendiri menggambarkan kondisi hamil dan menyusui sebagai “kelelahan yang berlipat-lipat” (wahnan ‘ala wahnin).

Kondisi ini diakui al-Qur’an dan disadari para ulama fiqh, sehingga perempuan yang sedang menyusui memperoleh keringanan untuk tidak berpuasa. Hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Apakah jika perempuan yang sedang menyusui merasa kuat secara fisik boleh berpuasa? Boleh, dan sudah dianggap menggugurkan kewajiban.

Namun, ia harus hati-hati dalam menimbang-nimbang keputusan hal ini. Jangan sampai, berpuasa justru membuatnya benar-benar lemah, lelah, dan berakibat buruk pada kesehatannya maupun bayinya. Terutama jika air susu menjadi satu-satunya asupan gizi sang bayi.

Lalu jika meninggalkan puasa, apakah wajib menggantinya pada hari lain?

Ya, wajib menggantinya pada hari lain sepanjang tahun sampai datang Ramadan berikutnya.

Ketika tidak menggantinya selama setahun itu karena faktor kesengajaan dan tanpa uzur, lalu datang Ramadan berikutnya, maka pada tahun berikutnya dia bisa menggantinya dan ditambah bayar fidyah untuk setiap hari 600 gram beras yang diberikan kepada orang miskin.

Benarkah perempuan yang sedang menyusui dan tidak berpuasa karena kekhawatiran pada bayinya harus mengganti hari lain dan bayar fidyah?

Benar, tetapi ini dalam Mazhab Syafi’i. Dalam Mazhab lain, seperti Hanafi juga sebagian ulama Mazhab Syafi’i, bayar fidyah bagi perempuan yang meninggalkan puasa karena khawatir pada kondisi bayinya adalah sunnah saja, tidak wajib.

Yang wajib, dan disepakati semua ulama, adalah mengganti di hari lain, atau biasa dikenal dengan qadha.

Sementara bagi perempuan menyusui yang meninggalkan puasa karena khawatir pada dirinya, atau khawatir pada dirinya sekaligus bayinya, ia hanya diwajibkan qadha saja, tanpa bayar perlu bayar fidyah. Wallahu a’lam.

Tags: hukumIbuMenyusi BayipuasaRamadhan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Hak hak Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (3): Mengapa Membela Hak-hak Perempuan?

19 September 2023
Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah Prinsip Relasi Kehidupan

Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah (2): Prinsip Umum dalam Relasi Kehidupan

11 September 2023
Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah

Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah (1): Prinsip Umum dalam Relasi Kehidupan

26 Agustus 2023
Single Parent Wali Nikah

Perempuan Single Parent, Berhakkah Menjadi Wali Nikah? 

31 Juli 2023
Saksi Hilal

Perempuan Sebagai Saksi Hilal dalam Pendekatan Mubadalah

28 Juli 2023
Perempuan (bagai) dalam tawanan lelaki

Membaca Hadis “Perempuan (bagai) Tawanan Lelaki” dalam Perspektif Mubadalah

24 Juli 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mahnaz Afkhami

    Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist