• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Sejarah Panjang Peradaban Tidak Manusiawi Terhadap Perempuan

Di Persia dan Romawi kuno, selama hidupnya perempuan dipandang sebagai milik mutlak laki-laki. Lahir sebagai milik ayah, menikah sebagai milik suami, kemudian milik anak atau kerabat laki-laki yang mewarisinya

Redaksi Redaksi
15/04/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tidak Manusiawi

Tidak Manusiawi

810
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejarah panjang peradaban manusia diwarnai dengan sikap perorangan dan kolektif yang tidak manusiawi kepada perempuan. Situasi ini terjadi juga di berbagai  peradaban besar dunia seperti Persia, Romawi, Arab, India, Cina, Afrika, dan lain-lain.

Di Persia dan Romawi kuno, selama hidupnya perempuan dipandang sebagai milik mutlak laki-laki. Lahir sebagai milik ayah, menikah sebagai milik suami, kemudian milik anak atau kerabat laki-laki yang mewarisinya. Laki-laki secara sosial lazim mengeksplotasi bahkan menjual perempuan milikinya.

Kemudian, perlakuan tindak tidak manusiawi juga terjadi di Jazirah Arabia kuno. Di sana bayi perempuan boleh dikubur hidup-hidup saat lahir dan perempuan pun lazim dijadikan warisan.

Di India dan Cina, istri mesti membakar diri hidup-hidup bersama jenazah suami yang dikremasi. Di Afrika, alat kelamin perempuan dimutilasi (FGM).

Ancaman atas keselamatan tubuh dan nyawa perempuan terus berlangsung selama hidupnya. Hal ini berpangkal dari cara pandang yang tidak mengakui kemanusiaan perempuan atau mengakui namun tidak secara penuh.

Kemanusiaan perempuan dipandang rendah atau lebih rendah daripada kemanusiaan laki-laki. Cara pandang seperti ini dimiliki oleh para filosof, ilmuwan, seniman, penguasa, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Oleh karenanya, ia juga memengaruhi standar berfikir rasional di filsafat, ilmiah dan objektif di sains, artistik di kesenian, kebijakan di sebuah negara, kearifan sosial di masyarakat, hingga keshalehan di sebuah agama.

Dengan kata lain, dominasi laki-laki di berbagai sendi kehidupan menunjukkan bahwa sistem pengetahuan di berbagai disiplin ilmu. Termasuk ilmu agama telah dunia ini bangun dan kembangkan melalui pengalaman, perspektif, sudut pandang, dan kepentingan laki-laki. Sehingga tidak atau belum menyertakan perempuan.

Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi perempuan, baik dalam kehidupan kongkrit maupun di alam pikiran meliputi banyak dimensi, yakni pengalaman kemanusiaan perempuan, isu, perspektif, sudut pandang, kepentingan, dan lain-lain.

Pengalaman kemanusiaan khas perempuan, baik biologis seperti menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Maupun sosial seperti stigmatisasi, subordinasi, marginalisasi, kekerasan, dan beban ganda, yang semua terjadi hanya karena menjadi perempuan. Bahkan ia termarginalkan sebagai bagian dari pengalaman kemanusiaan karena laki-laki tidak mengalaminya.

Pengalaman kemanusiaan khas perempuan ini dipandang sebagai pengalaman keperempuanan yang terlepas dari kemanusiaan sehingga tidak dipandang sebagai tanggungjawab bersama antara laki-laki dan perempuan melainkan hanya sebagai urusan perempuan.

Marginalisasi juga terjadi pada perempuan sebagai isu, perspektif, sudut pandang, kepentingan, lembaga, dan lain-lain dalam sistem kehidupan, termasuk sistem pengetahuan dan termasuk pengetahuan agama.

Fakta bahwa selama berabad-abad lamanya pengetahuan agama didominasi oleh laki-laki, menunjukkan bahwa posisi perempuan dalam sistem pengetahuan agama kerap hanya menjadi objek yang sama sekali tidak dilibatkan dalam perumusannya, atau subjek sekunder yang pengalamannya mungkin dipertimbangkan tetapi tidak sebagai pemberi keputusan final.

Apa yang baik buat perempuan menurut agama adalah apa yang dipandang baik oleh agama dalam perspektif laki-laki. Padahal perbedaan pengalaman kemanusiaan keduanya sangat mungkin menjadikan hal yang dipandang baik menurut dan untuk laki-laki tidaklah baik menurut dan untuk perempuan. []

Tags: PanjangperadabanperempuansejarahTidak Manusiawi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID