• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Semua Adalah Buruh dan Hamba: Refleksi Hari Buruh dalam Perspektif Mubadalah

Hari Buruh dalam perspektif mubadalah menolak pemisahan peran yang timpang. Semua orang berkontribusi, dan berpeluh dalam cara masing-masing.

Muhammad Syihabuddin Muhammad Syihabuddin
04/05/2025
in Pernak-pernik, Rekomendasi
0
Hari Buruh

Hari Buruh

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei sejatinya bukan hanya perayaan kelas pekerja, tetapi juga refleksi seluruh umat manusia atas peran, kontribusi, dan relasi dalam kehidupan sosial. Dalam konteks Islam, Hari Buruh bisa dimaknai lebih dalam melalui konsep mubadalah, yaitu prinsip kesalingan dan keadilan dalam hubungan antar manusia.

Melalui perspektif ini, kita semua diajak untuk menyadari bahwa pada dasarnya, setiap manusia adalah buruh—karena semua bekerja, dan sekaligus hamba—karena semua melayani, baik kepada Tuhan maupun sesama.

Buruh Adalah Semua Orang: Menghapus Hierarki Semu

Seringkali kata “buruh” terbatasi pada mereka yang bekerja secara manual, di pabrik, atau pada pekerjaan bergaji rendah. Namun jika kita jujur, bukankah semua manusia bekerja? Seorang petani di sawah, guru di kelas, ibu rumah tangga di dapur, pengemudi ojek di jalan, sampai direktur di ruang kantor ber-AC—semuanya bekerja. Perbedaannya hanya pada bentuk, bukan pada esensinya.

Konsep mubadalah mengajak kita untuk tidak melihat kerja dari kaca mata hierarkis. Dalam mubadalah, relasi terbangun secara setara, saling menghormati, dan saling memberi manfaat. Maka, seorang manajer bukan lebih tinggi dari karyawan; ia hanya memiliki peran berbeda. Seorang ibu rumah tangga yang tak digaji bukan lebih rendah dari pencari nafkah; ia justru menopang kehidupan dari akar terdalam.

Hari Buruh dalam perspektif mubadalah menolak pemisahan peran yang timpang. Semua orang berkontribusi, semua berpeluh dalam cara masing-masing. Karena itu, tidak ada alasan untuk meremehkan pekerjaan orang lain hanya karena tampaknya “rendah”. Yang sejatinya perlu kita hargai adalah keikhlasan, kejujuran, dan manfaat dari kerja tersebut.

Baca Juga:

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Melayani sebagai Wujud Kehambaan

Dalam Islam, manusia kita sebut sebagai abdullah—hamba Allah. Namun kehambaan ini tidak berhenti dalam relasi vertikal antara manusia dan Tuhan, tetapi juga tercermin dalam relasi horizontal antar sesama manusia. Dalam hal ini, bekerja adalah bentuk pelayanan. Kita melayani kebutuhan orang lain, dan pada saat yang sama orang lain juga melayani kebutuhan kita. Inilah prinsip kesalingan.

Contohnya, ketika seorang penjual sayur bangun dini hari untuk mengantar dagangannya ke pasar, ia sesungguhnya sedang melayani kebutuhan makan kita. Saat seorang pengemudi bus mengantar anak-anak ke sekolah, ia sedang menjadi bagian dari proses pendidikan generasi. Dan saat seorang ayah bekerja mencari nafkah, ia sedang melayani keluarganya. Tak satu pun dari peran ini lebih tinggi atau lebih rendah; semua adalah pengabdian.

Konsep mubadalah menegaskan bahwa kehambaan bukanlah simbol kelemahan, tapi justru bentuk kesadaran spiritual tertinggi. Ia mengingatkan bahwa tak satu pun dari kita sepenuhnya mandiri. Kita semua saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melayani. Maka, melayani bukanlah beban, melainkan kehormatan.

Menanam Keadilan dan Penghargaan dalam Dunia Kerja

Hari Buruh juga mengingatkan kita akan perjuangan panjang para pekerja dalam menuntut keadilan—upah layak, jam kerja manusiawi, jaminan keselamatan, dan hak atas perlakuan yang adil. Dalam prinsip mubadalah, keadilan adalah syarat utama dalam relasi sosial. Bukan hanya antara pekerja dan atasan, tapi juga antara negara dan warga, laki-laki dan perempuan, bahkan manusia dan lingkungan.

Mubadalah menolak dominasi satu pihak atas pihak lain. Dalam konteks pekerjaan, ini berarti menolak eksploitasi, diskriminasi, dan kekerasan struktural yang merugikan kelompok tertentu, termasuk perempuan, buruh migran, dan pekerja informal. Sebaliknya, mubadalah mendorong ruang kerja yang inklusif, kolaboratif, dan memanusiakan setiap individu.

Merayakan Hari Buruh dalam semangat mubadalah berarti tidak cukup hanya dengan ucapan terima kasih kepada para pekerja. Ia menuntut aksi nyata: memperjuangkan sistem kerja yang adil, mendobrak praktik ketimpangan, dan menjadikan tempat kerja sebagai ruang saling menghargai. Keadilan bukanlah pemberian, melainkan komitmen bersama.

Hari Buruh seharusnya menjadi refleksi bahwa kita semua adalah buruh dan hamba dalam hidup ini. Tak peduli jabatan atau jenis pekerjaan, semua bekerja, semua melayani. Dan dalam perspektif mubadalah, semua relasi harus kita bangun atas dasar saling menghormati dan saling menguatkan.

Sudah saatnya kita merayakan setiap peluh, setiap tangan yang bekerja, setiap waktu yang dikorbankan untuk orang lain—baik di ruang publik maupun domestik, baik yang terlihat maupun yang tak tercatat. Sebab ketika kita menghargai semua bentuk kerja sebagai pengabdian, kita sedang membangun masyarakat yang lebih adil, spiritual, dan manusiawi. []

Tags: buruhHari Buruh InternasionalMay DayMubadalahRelasi
Muhammad Syihabuddin

Muhammad Syihabuddin

Santri dan Pembelajar Instagram: @syihabzen

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Mengantar Anak Sekolah

Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penindasan Palestina

    Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID