• Login
  • Register
Rabu, 8 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Spirit Hari Guru Nasional dalam Aktivisme KUPI

Baik ulama perempuan maupun guru pada masa lampau tak mengenal kata menyerah. Oleh karenanya, hingga kini kita masih bisa merasakan dampak positif dari perjuangan mereka

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
26/11/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional

468
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum kita peringati secara serentak seperti sekarang, Hari Guru Nasional pada 25 November 2022 sejatinya memiliki dinamika sejarah yang berliku. Peringatan apresiasi tenaga pendidik ini bahkan sempat menjadi sumber konflik antara pemerintah Hindia Belanda dan gerakan guru pada waktu itu.

Daftar Isi

    • Sejarah Hari Guru Nasional
  • Baca Juga:
  • Mengapa Anak Muda Perlu untuk Mendukung Pengesahan RUU PPRT
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama
    • Spirit Hari Guru dalam Gerakan KUPI
    • Dakwah Pendidikan Guru dan Ulama Perempuan

Sejarah Hari Guru Nasional

Sejarah hari guru nasional bukan dicanangkan secara tiba-tiba. Peringatan hari guru lahir dari organisasi yang mulanya bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini berdiri pada 1912 dengan anggota yang berasal dari beragam kategori akademisi. Ada guru bantu, guru desa, kepala sekolah, sampai pemilik sekolah dari latar pendidikan yang berbeda-beda.

Munculnya PGHB selanjutnya mendorong organisasi sejenis untuk lahir dan bergerak memperjuangkan pendidikan. Bahkan lingkupnya tidak sebatas di Jawa, tapi di daerah-daerah Nusantara lainnya. Pada akhirnya, di tahun 1932, 32 organisasi guru tadi akhirnya sepakat bersatu dengan nama Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Penyatuan organisasi tenaga pendidik ini bisa kita katakan sebagai tonggak baru perjuangan guru waktu itu. Namun, di tengah integrasi yang disambut baik oleh para soko guru bangsa, pemerintah Belanda yang mengklaim sebagai penguasa wilayah Nusantara marah besar. Mereka terkejut bahwa gerakan guru mencatut nama “Indonesia” bukan “Belanda”.

Sayangnya, ketika Belanda meninggalkan jejaknya, PGI bukannya malah berkembang justru ditutup. Datangnya Jepang sebagai penjajah baru melihat bahwa PGI adalah gerakan yang berbahaya. Oleh sebab itu pergerakan PGI harus terhenti di masa penjajahan Jepang karena pemerintah Negeri Sakura melarang keberadaan organisasi dan menutup sekolah.

Baca Juga:

Mengapa Anak Muda Perlu untuk Mendukung Pengesahan RUU PPRT

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

PGI baru menggeliat lagi dan memulai aktivitasnya untuk menggerakkan budaya literasi setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tepatnya 100 hari setelah kemerdekaan Indonesia, pada waktu itu PGI juga melangsungkan Kongres Guru Indonesia di Surakarta, Jawa Tengah tepatnya pada tanggal 24 – 25 November 1945. Sejak hari itu gelora semangat lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia selalu kita peringati setiap 25 November.

Spirit Hari Guru dalam Gerakan KUPI

Pada peringatan hari guru yang ke-77 tahun ini, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggaungkan tema, “Guru Bangkit, Pulihkan Pendidikan: Indonesia Kuat, Indonesia Maju.” Tema yang terpilih berdasarkan pada kondisi terkini Indonesia yang baru saja terdampak oleh pandemi dan kini sedang berusaha memulihkan kondisi. Perbaikan situasi yang ada tentu tak bisa kita lepaskan dari harapan kontribusi para guru sebagai penopang pendidikan bangsa.

Dengan visi misi yang sama, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang diselenggarakan pada 23-26 November 2022 mengamini tujuan yang sama. Dalam hal ini ulama perempuan sebagai guru adalah kunci kebangkitan Indonesia di berbagai aspek kehidupan masyarakat, utamanya yang berkaitan dengan edukasi publik untuk mewujudkan relasi sehat antara sesama individu, dan juga terhadap lingkungan hidup.

Kesamaan lainnya antara hari guru dan KUPI adalah akarnya yang berawal dari dinamika sosial politik dan pertukaran gagasan keilmuan. Dalam produksi pengetahuan, sejarah Islam mencatat bagaimana ulama-ulama perempuan belajar, mengajar, dan menyebarkan ilmu di berbagai bidang. Sayangnya, keistimewaan ini justru semakin meredup akibat goncangan sosial politik yang menerpa peradaban umat dari masa ke masa.

Dakwah Pendidikan Guru dan Ulama Perempuan

Akhirnya, dalam beberapa dekade terakhir, kontribusi para ulama perempuan banyak tereduksi dan tak tercatat. Padahal, keberadaan dan kehadiran mereka merupakan rahmat bagi semesta alam. Gerakan guru juga begitu. Pra-kemerdekaan, guru-guru dengan fasilitas terbatas menggelar ruang perjumpaan kecil untuk menebarkan pengetahuan. Sempat penjajah larang, namun kini bangkit kembali dan terus membekali ilmu bagi generasi penerus.

Baik ulama perempuan maupun guru pada masa lampau tak mengenal kata menyerah. Oleh karenanya, hingga kini kita masih bisa merasakan dampak positif dari perjuangan mereka. Dari gerakan terdahulu, bisa kita simpulkan bahwa guru dan ulama dalam konteks dakwah pendidikan mengambil berbagai peran: tak gentar melawan penjajahan sekaligus mengemban misi para Rasul untuk mengajarkan ilmu.

Ke depan, spirit hari guru nasional dan penyelenggaraan KUPI kita harapkan dapat mengejawantahkan prinsip kolektif dalam gerakan KUPI: saling bekerjasama, menginspirasi, dan mewujudkan tujuan pendidikan yang mencetak generasi cerdas berakhlak baik demi Indonesia yang maju dan berdaya. []

Tags: Hari Guru NasionalIndonesiaKongres Ulama Perempuan IndonesiaKUPI IIpendidikanulama perempuan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Kampung Adat Kranggan

Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota

8 Februari 2023
Satu Abad NU

Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

8 Februari 2023
Sunat Perempuan

Hari Nol Toleransi terhadap Sunat Perempuan : Memahami Bahaya P2GP

8 Februari 2023
Pencemaran Udara

Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim Menurut Pandangan Islam

7 Februari 2023
NU Merangkul Feminisme

Feminis-NU-isme: Ketika “NU Merangkul Feminisme”

7 Februari 2023
Hari Anti Sunat Perempuan Internasional

Hari Anti Sunat Perempuan Internasional: Bukti Praktik P2GP Membahayakan Perempuan

6 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Pemikiran Keislaman di Malaysia dan Indonesia pada 6 Tips Berdakwah Ala Nyai Awanilah Amva
  • Menghidupkan Kembali Sikap Saling Melindungi pada Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan
  • Harapan Lama kepada Menteri PPPA Baru - Mubadalah pada Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual
  • Menjadi Perempuan Pembaru, Teguhkan Tauhid dalam Kehidupan pada Bagaimana Hukum Menggunakan Pakaian Hingga di Bawah Mata Kaki?
  • Wafatnya Mbah Moen Juga Dirasakan Semua Umat Beragama - Mubadalah pada Fahmina Institute Terapkan Prinsip Mubadalah dalam Organisasi
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist