• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Streotipe yang Salah Pada Perempuan Single Parent

Nihayatul Wafiroh Nihayatul Wafiroh
15/05/2020
in Keluarga
0
52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kemarin secara bersamaan via japri WA saya ngobrol dengan A teman sekelas saya S1, dia adalah seorang Nyai keren yang ditinggal wafat suaminya pada tahun 2016. Saya juga ngobrol secara terpisah dengan B seorang Ustadzah keren yang ditinggal wafat suaminya (yang kebetulan teman saya sekelas waktu S1) pada tahun 2018.

Ditambah, saya juga mengobrol dengan C seorang guru keren yang ditinggal wafat suaminya (yang kebetulan teman saya sekelas S1) pada tahun 2018.

Kepada mereka bertiga, selain saya menanyakan kabar mereka dan juga anak-anaknya, saya iseng bertanya dengan pertanyaan yang sama “Kapan menikah? Entar kabari ya kalau menikah”. Dua orang responnya sama, ketawa ngakak sambil bilang “Duh mbak belum kepikiran, fokus ngurusi anak-anak”.

Dan satu orang responnya ikon menangis sambil bilang “Hiks dengan siapa Ning? Fokus ngurusi anak-anak dulu, sambil terus menjaga diri. Allah yang menentukan jalan.”

Kesamaan dari tiga jawaban perempuan single parent ini adalah “Fokus mengurusi anak-anak dulu,” bagi ketiganya yang kebetulan memiliki anak lebih dari satu, kepentingan dan masa depan anak-anak jauh melebihi keinginan untuk memenuhi hasrat dirinya.

Baca Juga:

Bekerja itu Ibadah

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Jangan Malu Bekerja

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Padahal ketiganya mengaku tidak mudah menjadi perempuan single parent, godaan dan pelecehan sering kali mereka terima, tapi keinginan membesarkan anak-anak mereka menjadi orang sukses lebih menguatkan dari pada kesedihan dalam menerima cobaan.

Mereka bukan menutup diri dari keinginan menikah lagi, tapi pertimbangannya lebih banyak, mereka tidak ingin terburu-buru, bahkan tidak memaksakan diri untuk mencari teman hidup, “Pasrah dan ikhlas pada takdirnya Allah” itu yang terucap dari salah satu mereka.

Saya tahu, perjuangan mereka untuk mengambil peran sebagai ibu dan ayah sekaligus tidaklah mudah. Menata hati, menata ekonomi, menenangkan pikiran, dan merancang masa depan adalah sesuatu yang mau tidak mau harus mereka hadapi, dan itu jelas perkara yang sangat sulit.

Saya percaya semua perempuan single parent menghadapi hal yang sama. Lalu kenapa masih ada yang meletakkan stereotip negatif pada perempuan single? Kenapa kata-janda-masih selalu diasosiasikan pada hal negatif? Dan kenapa seluruh stereotip itu tidak menempel pada laki-laki yang juga single parent?

Perempuan single parent seringkali mendapatkan pelecehan verbal dan pelecehan seksual, tapi banyak yang memilih diam. Tahu kenapa??? Karena masyarakat kita akan sangat mudah mengatakan “ya maklum aja, kan janda genit, gatel, makanya digituin sama cowok-cowok”.

Asli bila mendengarkan itu, pengen rasanya saya membalasnya dengan mangatakan “ketika kamu mengatakan itu, sama artinya kamu mengatakan hal yang sama kepada Ibumu, Nenekmu, Mbakyumu, adekmu atau bahkan anak perempuanmu.

Sekali kalian menghina perempuan, pada dasarnya kalian telah menghina seluruh perempuan di dunia, menghina seluruh perempuan yang telah bertaruh nyawa melahirkan kalian.”

Tanyakan pada anak-anak dari perempuan single parent ini, bagaimana Ibu mereka berjuang luar biasa untuk kehidupan mereka yang lebih baik, bagaimana Ibu mereka mencurahkan semua kemampuan yang dimiliki untuk membuat mereka bahagia dan sukses, bagaimana ibu mereka yang sebenarnya juga dalam kondisi sedih-sakit-terluka tetap berusaha tegar di hadapan mereka.

Saya yakin anak-anak dari perempuan single parent akan berada di lini paling depan untuk menjadi pembela Ibu mereka.

Yuk perempuan, apapun status sosial kalian, apapun status kehidupan pribadi kalian, apapun agama kalian, apapun suku bangsa dan bahasa kalian, apapun pekerjaan kalian, mari kita bergandeng tangan, untuk saling mensupport sesama perempuan.

I am a single parent and I stand by all women. []

Nihayatul Wafiroh

Nihayatul Wafiroh

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID