• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Sudah Saatnya Perempuan Berani Bicara

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
04/10/2022
in Aktual
0
Sudah Saatnya Perempuan Berani Bicara

Sudah Saatnya Perempuan Berani Bicara

16
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnew.com,- Berikut penjelasan terkait sudah saatnya perempuan berani bicara. Berdasarkan data, tindakan kekerasan dan pelecehan seksual di Indonesia semakin marak terjadi. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pada 2017 meliris lebih dari 340.000 kasus kekerasan seksual menimpa perempuan.

Sebanyak 26 persen di antaranya dilakukan di area publik. Dalam setiap dua jam, tiga dari empat perempuan bisa terpapar kekerasan seksual.

“Angka kekerasan dan pelecehan seksual akan terus bertambah, maka sudah saatnya hari ini kita sebagai perempuan harus berani berbicara ketika mengalaminya,” kata Zahra Amin, pada sebuah diskusi dengan Tema Ledies, Speak Up ! yang digelar oleh Cherbon Feminist di rumah Joglo, di kawasan yayasan Fahmina, Sabtu (1/12).

Menurut Staf Penguatan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) wilayah Jawa Barat tersebut, berbicara menjadi sangat penting bagi perempuan yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual. Berani berbicara bernilai sama dengan berani melindungi dirinya sendiri dan orang lain.

Misalnya, Zahra mencontohkan, pada suatu malam, seorang perempuan pulang kerja. Di tengah perjalanan, dia dijegal segerombolan laki-laki kemudian Ia mengalami pelecehan seksual.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh
  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Akad Nikah Bukan Hanya Soal Menghalalkan Hubungan Seksual Suami Istri
  • Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Baca Juga:

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja

Akad Nikah Bukan Hanya Soal Menghalalkan Hubungan Seksual Suami Istri

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Setelah kejadian itu, perempuan tersebut berani untuk memberikan informasi atau bercerita kepada perempuan yang lain agar tidak lewat ke jalan itu karena sangat rawan atau meminta agar jalanan tersebut dikasih penerangan.

“Maka sesungguhnya perempuan sudah melindungi keamanan untuk orang lain dan menghentikan agar tidak terjadi korban kembali,” jelas Zahra.

Pengalaman perempuan

Perempuan korban kekerasan harus terus melanjutkan hidupnya karena Ia masih punya depan yang harus diperjuangkan. Menjadi korban tidak lantas Ia berhenti berkarier untuk masa depannya.

Maka sudah waktunya bagi perempuan harus berbicara apa yang dipikirannya dan apa yang dialaminya.

“Pengalaman-pengalaman perempuan itu penting, kemudian kita kumpulkan untuk menjadi catatan dan satu suara karena suara perempuan akan mengubah dunia,” tegas Zahra.

Selain berbicara, Zahra mengingatkan, kita juga harus terus belajar dari kasus yang sudah banyak terjadi, agar kekerasan dan pelecahan seksual tidak terulang.

Karena sejatinya mencegah tindakan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dengan berbicara dan belajar sama halnya kita sedang memberantas kejahatan kemanusiaan.

“Kita harus terus bergerak, bertindak, jangan egois, dan meningkatkan rasa kepedulian agar pelecahan dan kekerasan terhadap perempuan tidak terjadi dan tidak menjadi sebuah tradisi,” tutupnya.

Komentar Seksis

Di era digital sekarang ini pelecahan dan kekerasan seksual tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi banyak juga di dunia maya. Dunia maya adalah media untuk melakukan komunikasi dan interaksi banyak orang, bisa mulai dari sahabat, pacar, atau orang yang baru kita kenal. Tidak jarang dari komunikasi tersebut mememberikan komentar seksis.

Zahra menuturkan, memberikan komentar seksis di dunia maya sudah banyak terjadi. Entah memberikan komentar kok gendut, hitam, kurus, terlalu pendek, terlalu tinggi, banyak jerawatnya, dan sebagainya.

Tanpa kita sadar, ketika intens berkomunikasi, tiba-tiba minta foto tanpa pakai kerudung bahkan meminta foto telanjang. Ini jelas termasuk pelecehan seksual.

“Media sosial adalah tempat yang paling rentan pelecahan dan kekerasan terhadap perempuan,” kata Zahra.

Selain itu, ketika perempuan ingin melaporkan kasusnya, dia masih dihadapkan dengan hukum yang tidak ramah terhadap perempuan.

“Hukum di negara kita belum menjamin perlindungan terhadap perempuan,” ungkap Zahra.

Tidak jarang juga, lanjut Zahra, perempuan sebagai korban yang melaporkan masalahnya ke hukum justru dia yang dipenjarakan.

“Atau istilahnya sudah jatuh malah tertimpa tangga,” katanya.

Kedaulatan perempuan

Perempuan mempunyai hak asasi, misalnya adalah kedaulatan perempuan atas tubuhnya. Lalu hak mereka mendapatkan pendidikan, kesehatan, keadilan, dan sebagainya. Perempuan juga punya hak atas kesehatan alat reproduksinya.

Ketika perempuan datang bulan, dia berhak untuk mendapat cuti karena menyangkut kesehatannya.

Selain itu, perempuan juga harus mendapatkan pendidikan yang tinggi, keadilan, dan kesejahteraan. Ketika perempuan diberi kesempatan untuk menjadi manager atau apapun, itu karena ilmunya yang tinggi bukan karena bentuk fisik tubuhnya.

“Jika masih ada orang menilai perempuan menjadi pemimpin dari bentuk fisiknya maka itu termasuk pelecehan, karena mengaitkan prestasi perempuan dengan tubuh,” kata Zahra.

Demikian penjelasan sudah saatnya perempuan berani bicara. Semoga bermanfaat. (RUL)

Tags: beranibicarakekerasanKPIpelecehanperempuanseksualZahra Amin
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Biasa disapa akrab dengan panggilan Arul, lulusan S1 Ekonomi Syariah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, tukang masak di gunung, tapi lebih banyak diam, mendengarkan dan menulis.

Terkait Posts

Puasa Dalam Perspektif Psikologi

Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

28 Maret 2023
Perempuan Ngaji

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

27 Maret 2023
Zakat Perempuan Korban Kekerasan

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

20 Maret 2023
Aman Indonesia

AMAN Indonesia Terpilih sebagai Inisiator Program Berkelanjutan pada RAN PE Awards 2023

15 Maret 2023
P2GP haram

Tindakan P2GP yang Membahayakan Tanpa Alasan Medis Hukumnya Haram

9 Maret 2023
sampah

Musyawarah Keagamaan KUPI Tetapkan Hukum Pembiaran Sampah yang Mengancam Perempuan Adalah Haram

9 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sarana Menikah

    Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist