• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Teladan Sikap dalam Perilaku Para Sahabat Nabi

Kisah doa I’tidal yang tidak lazim ini menunjukkan pembenaran Kanjeng Nabi atas sikap dan perilaku sahabat nabi dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya tanpa sepengetahuan beliau.

Munawir Amin Munawir Amin
27/03/2021
in Hikmah
0
Sahabat Nabi

Sahabat Nabi

273
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw hidup bersama para sahabat. Ada sahabat nabi yang populer, sering disebut-sebut namanya, ada juga sahabat nabi yang biasa-biasa saja, tidak ngetop, jarang atau bahkan tidak pernah disebut namanya. Sikap dan perilaku sahabat nabi itu kadang mencerminkan sikap dan perilaku Kanjeng Nabi Muhammad Saw., dan kadang hanya sebuah aktualisasi diri dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya dan dibenarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Namanya Kultsum. Sahabat nabi ini tidak begitu popular, kurang ngetop. tetapi Kultsum sering dipercaya oleh Kanjeng Nabi untuk menjadi komandan pasukan perang yang tidak diikuti oleh Kanjeng Nabi. Karena menjadi komandan, Kultsum pun  menjadi imam sholat  Hanya saja, Kultsum selalu membaca surat Qulhu di tiap rokaat sholat. Pasukan perang Kultsum, yang selalu taat dan setia  sering berfikir, jangan-jangan Komandannya tidak hafal surat-surat yang lain, dan hanya hafal surat Qulhu.

Ketika kembali dari medan pertempuran, pasukan menghadap Kanjeng Nabi dan komplain atas sikap dan perilaku komandannya yang selalu membaca surat Qulhu tiap kali menjadi imam sholat. “Tanyakan padanya, mengapa dia melakukan hal itu?”, kata Kanjeng Nabi. Lalu ditanyakanlah hal itu pada Kultsum. Kultsum menjawab, “Karena surat Qulhu adalah sifat Ar-Rahman, maka Aku menyukainya”. Saat jawaban Kultsum disampaikan pada Kanjeng Nabi, beliau malah bersabda :

أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ  تَعَالَى يُحِبُّهُ

“Sampaikan pada Kultsum, bahwa Allah Swt menyukainya.” (HR. Bukhari)

Baca Juga:

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Trafficking dan Dosa Kemanusiaan

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

Hadits ini seperti mengkhabarkan pada kita tentang sikap dan perilaku sahabat nabi dalam beragama. Kanjeng Nabi tidak mengajarkan hal itu, menjadi imam sholat dengan hanya membaca surat qulhu saja, bolak balik, tiap rokaat. Apakah dia tidak hafal surat-surat yang lain, atau bagaimana, Kanjeng Nabi pun menanyakannya. Ketika dijawab, Aku menyukainya karena di dalam surat qulhu ada sifat Ar-Rahman, sifat Gusti Allah Swt Yang Maha Pengasih,  Kanjeng Nabi pun mengkhabarkan bahwa Gusti Allah swt pun menyukainya.  Jawaban Kanjeng Nabi ini seperti membenarkan atas sikap dan perilaku sahabat nabi dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya tanpa sepengetahuan Beliau.

Namanya Bilal bin Rabah al-Habasyi. Dia seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia) yang masuk Islam ketika masih menjadi budak.  Dia adalah muadzin Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah mendengar suara terompah Bilal di surga. Ketika hal itu ditanyakan pada Bilal, “Ceritakan kepadaku, Bilal, perbuatan terbaik apa yang kamu lakukan di dalam Agama Islam ini, karena Aku mendengar suara terompahmu di surga”. Bilal pun menjawab, “Aku tidak melakukan apa-apa, Kanjeng Nabi, hanya saja, Aku tidak pernah berwudhu kecuali setelah wudhu Aku selalu melaksanakan shalat sunah berwudhu.”

Hadits ini seperti mengkhabarkan pada kita tentang sikap dan perilaku sahabat Nabi, Bilal bin Rabah dalam beragama. Kanjeng Nabi tidak mengajarkan tentang hal itu, sholat sunah wudhu, tetapi ketika ada sahabatnya yang melakukan tanpa beliau ketahui dan justeru beliau ketahui dari pandangan batinnya yang mendengar suara terompah Bilal berada di sorga atas amaliyahnya selalu melaksanakan sholat sunah wudhu, menunjukkan pembenaran beliau atas sikap dan perilaku sahabat dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya tanpa sepengetahuannya.

Namanya Rifa’ah bin Rafi’ sahabat nabi yang sering sholat berjamaah bareng Kanjeng Nabi. Suatu saat, Rifa’ah bin Rofi’ melaksanakan shalat berjamaah.  Saat bangun dari ruku’, Kanjeng Nabi membaca, ‘Sami’allahu liman hamidah.” Tiba-tiba terdengar suara jamaah membaca, ‘Rabbana wa lalakal hamdu hamdan katsiran tayyiban mubarakan fihi. Jamaah ini membaca doa bangun dari ruku’ yang tidak biasa. Doa bangun dari ruku’ yang biasa adalah :

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ

“Wahai Tuhan Kami, segala puji bagi-Mu, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu”.

Sementara sahabat ini membaca doa bangun dari ruku’ dengan bacaan :

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Artinya: Ya Tuhan Kami, segala puji hanyalah bagi-Mu, Aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah

Setelah selesai shalat, Rasul bertanya, ‘Siapa yang mengucapkan doa itu?”. Semua  sahabat diam, tidak ada yang berani menjawab. Sampai Kanjeng Nabi tanyakan tiga kali, “Siapa yang mengucapkan doa itu?”. Lalu Rifa’ah bin Rofi menjawab, “Saya Kanjeng Nabi”. Kemudian Kanjeng Nabi pun berkata, “Aku melihat sekitar tiga puluhan malaikat berlomba-lomba untuk mencatat pahala membaca doa itu, dan entah malaikat siapa yang pertama kali  mencatat doa itu sebagai pahala’” (HR Al-Bukhari)

Hadits ini seperti mengkhabarkan pada kita tentang sikap dan perilaku sahabat Nabi, Rifa’ah bin Rofi’ dalam beragama. Kanjeng Nabi tidak mengajarkan doa setelah bangun dari ruku’ dengan bacaan seperti itu. Tetapi ketika ada sahabat yang membacanya dengan doa yg tidak lazim itu, dan Kanjeng Nabi dengan pandangan batinnya melihat malaikat berebut untuk mencatatnya sebagai pahala, membuat Kanjeng Nabi perlu bertanya siapa orangnya dan perlu menyampaikan berita berebutnya malaikat untuk mencatat doa itu sebagai pahala.

Kisah doa I’tidal yang tidak lazim ini menunjukkan pembenaran Kanjeng Nabi atas sikap dan perilaku sahabat nabi dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya tanpa sepengetahuan beliau. Masih banyak sikap dan perilaku sahabat Nabi dalam memahami dan melaksanakan ajaran agamanya tanpa sepengetahuan beliau dan dibenarkan oleh beliau Saw, dan belakangan kisah-kisah seperti itu dijadikan sebagai dalil atas runtuhnya teori bid’ah. []

Tags: islamkemanusiaanNabi Muhammad SAWsahabat nabiSejarah Nabi
Munawir Amin

Munawir Amin

Pengasuh Ponpes Sirojut Tholibin Kertasemaya Indramayu

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID