• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Tidak Ada Surga di Telapak Kaki Ibu: Kasus Ibu yang Mencabuli Anaknya Sendiri

Seringkali, seseorang yang melakukan kekerasan terhadap anak memiliki riwayat kekerasan dalam hidupnya, sehingga membentuk pola perilaku destruktif

Fatwa Amalia Fatwa Amalia
04/06/2024
in Keluarga, Rekomendasi
0
Tidak Ada Surga di Telapak kaki Ibu

Tidak Ada Surga di Telapak kaki Ibu

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dunia anak sedang tidak baik-baik saja. Kasus pelecehan dan kekerasan terhadap anak terus menghujani media sosial. Baru-baru ini ada kasus seorang ibu yang mencabuli anak kandungnya sendiri. Pencabulan tersebut ia rekam dan ia sebarkan melalui media sosial tiktok kemudian viral di media sosial X. Miris!

Saya langsung teringat hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dalam kitab Al-Kamil fi Dhu’afa’ir Rijal:

من طريق موسى بن محمد بن عطاء: حدثنا أبو المليح، حدثنا ميمون، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن أخْرَجن-.

Artinya: “Dari jalur Musa bin Muhammad bin ‘Atha, dari Abu Al-Malih, dari Maimun, dari Ibnu ‘Abbas R.A., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga) ; Siapa yang dikehendaki (tidak diridhoi), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”

Meskipun hadis tersebut hadis yang dhaif, bahkan sebagian ulama ada yang menganggapnya hadis palsu, tapi hadis ini sudah terlanjur menyeruak ke telinga masyarakat. Hadis tentang surga di bawah telapak kaki ibu ini adalah hadis yang bersifat metafora.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Awet Muda di Era Media Sosial: Perspektif dan Strategi Perempuan

Ibu kita anggap sebagai sumber kasih sayang, pengorbanan, dan perlindungan yang tak terbatas. Kaki ibu melambangkan ketaatan seorang anak kepada ibunya. Seorang anak harus berbakti kepada ibu, karena ialah yang telah melahirkan dan akan menuntun anak-anaknya ke surgaNya kelak.

Makna Mubadalah

Dari hadis ini, kita bisa menarik pemaknaannya dalam konteks mubadalah, menggunakan metode resiprokal yang melibatkan kesalingan dari kedua subjek hadis yaitu ibu dan anak. “Bahwa seorang anak wajib berbakti pada ibunya dan seorang ibu wajib menuntun anaknya ke jalan yang benar menuju surga.”

Nah, dalam kasus Ibu yang mencabuli anak kandungnya ini, apakah masih ada surga di bawah telapak kakinya?

Karena satu komponen telah dilanggar, maka makna surga di bawah telapak kaki ibu menjadi rusak. Kini, surga tak lagi berada di bawah telapak kaki Ibu.

Kenyataan pahit ini menunjukkan bahwa tidak semua ibu menjadi rumah bagi anak-anaknya. Ada ibu yang tega menyakiti anaknya sendiri, merancu dan merombak jiwa mungil anaknya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Dari Psikologis, Kemiskinan, hingga Pendidikan

Salah satu alasan utama mengapa seorang ibu bisa menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri adalah karena masalah psikologis yang luput ditangani. Jangan salah, Ibu sangat rentan mendapat stigmatisasi dan beban ganda yang mengakibatkan stres berkepanjangan.

Kemudian lemahnya pengontrolan emosi dan hasrat diri pada si ibu bisa sangat membahayakan anaknya. Tanpa penanganan dan dukungan yang tepat, kondisi ini dapat memperburuk situasi dan menyebabkan tindakan kekerasan.

Kabarnya, Ibu pelaku pencabulan ini diming-imingi uang 15 juta oleh salah satu akun FB jika ia mengirim video berhubungan seksual bersama anaknya. Ternyata, selain tekanan mental dan sosial, tekanan ekonomi juga sangat mempengaruhi.

Ibu yang berada dalam situasi ini mungkin merasa terjebak, putus asa, dan tidak memiliki dukungan yang memadai. Oleh sebab itu, dengan mudahnya si ibu percaya dengan akun yang entah itu siapa, kemudian mengirimkan video pencabulan tersebut dan berharap imbalan uang. Namun hasilnya nihil.

Kasus kemiskinan, pengangguran, dan kondisi hidup yang sulit bukan lagi menjadi rahasia masyarakat. Terlilit kemiskinan bisa menyebabkan tingkat stres yang tinggi sehingga menghalangi nalar kritis manusia. Tentu bergantung manusianya ya… Jika manusianya bisa bernalar baik besar kemungkinan kejadian ini tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, pendidikan adalah hal penting yang perlu menjadi perhatian ketika menilik kasus ini.

Ibu yang tidak memiliki akses pendidikan yang memadai atau dukungan sosial yang cukup mungkin tidak tahu dampak-dampak dari media sosial, parenting yang baik, sampai pada kesulitan dalam mengendalikan nafsu.

Pendidikan dan dukungan sosial penting untuk memproses pemikiran manusia. Menurut Langeveld, seorang ahli pendidikan, ia mengatakan bahwa manusia adalah animal educable dan animal educandum: pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat dididik dan perlu dididik. Manusia juga homo enducandus yang artinya makhluk yang juga harus dapat mendidik.

Kesadaran Manusia

Nah, gimane si ibu bisa mendidik anak dengan baik, kalo dirinya sendiri belum mendapat didikan atau dukungan yang baik?

Manusia dengan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh yang secara prinsipil minim perbedaan. Ya.. Ada kesamaan lah ya… Tapi manusia dan hewan jelas berbeda. Hewan berprilaku berdasarkan insting, sedangkan manusia memiliki akal budi.

Manusia memiliki kesadaran untuk melakukan tindakan dan kesadaran itu bisa didapatkan melalui pendidikan. Manusia akan menjadi insan kamil (meminjam istilah Muhammad Iqbal), atau manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa jika mampu mengolah diri lewat didikan yang harapannya dapat menyentuh perilaku manusiawi.

Hal ini sebagaimana kesadaran menguasai hawa nafsu, kesadaran intelektual, kesadaran teknologi, dsb, sehingga kesadaran manusia bekerja utuh dan meminimalisir prilaku kekerasan seksual seperti yang dilakukan oleh oknum Ibu kandung terhadap anaknya.

Dampak Perkawinan Anak

Berdasarkan video (tahun 2021) yang bersumber dari akun tiktok Ibu yang mencabuli anak kandungnya ini, Ia menyebutkan bahwa dia adalah mama muda usia 19 tahun memiliki anak satu usia dua tahun. Kemungkinan ia menikah di usia cukup muda.

Pernikahan dini cenderung menyebabkan ketidakseimbangan emosional, finansial, dan sosial. Secara emosional, pasangan muda mungkin belum memiliki kedewasaan yang untuk menghadapi tantangan pernikahan, sehingga rentan mengalami stres dan konflik.

Dari segi finansial, mereka sering kali belum memiliki sumber pendapatan yang stabil, kemudian membatasi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan mengembangkan karir. Masalahnya kompleks: kemiskinan, kesehatan mental yang buruk, dan ketidakmampuan dalam mengasuh anak dengan baik.

Siklus Kekerasan

Seringkali, seseorang yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak memiliki riwayat kekerasan dalam hidup mereka sendiri, sehingga membentuk pola perilaku yang destruktif.

Bisa jadi, mereka mengulangi pola kekerasan yang dialami sebelumnya karena tidak pernah belajar cara yang sehat untuk mengatasi konflik dan emosi. Oleh sebab itu, sangat penting mendukung korban kekerasan untuk memutus siklus kekerasan.

Sampai pada kalimat ini, nalar kita mengudara. Ternyata, tidak semua ibu memiliki surga di bawah telapak kakinya. Kasus ibu yang mencabuli anaknya sendiri adalah pengingat keras kenyataan dunia anak hari ini.

Mari saling memeluk, memberikan dukungan, pengetahuan, dan bantuin sekecil apapun untuk para ibu dan ayah di sekitar kita agar bisa menjalani peran sebagai orang tua yang baik dan penuh tanggung jawab. []

Tags: Kekerasan seksualmedia sosialpencabulanperkawinan anakTidak Ada Surga di Telapak kaki Ibuviral
Fatwa Amalia

Fatwa Amalia

Fatwa Amalia, pengajar juga perempuan seniman asal Gresik Jawa Timur. Karya-karyanya banyak dituangkan dalam komik dan ilustrasi digital dengan fokus isu-isu perempuan dan anak @komikperempuan. Aktif di sosial media instagram: @fatwaamalia_r. Mencintai buku dan anak-anak seperti mencintai Ibu.

Terkait Posts

Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version