• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tiga Hal Mempengaruhi Komitmen Hubungan

Ada tiga hal yang bisa kita lihat apakah kita atau pasangan masih menjaga komitmen suatu hubungan, mari kita refleksikan bersama

Aslamiah Aslamiah
26/08/2024
in Personal
0
Komitmen Hubungan

Komitmen Hubungan

940
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada banyak faktor yang mempengaruhi komitmen suatu hubungan. Ia seperti iman, kadang naik kadang pula turun, itu hal yang wajar namun tidak bisa disepelekan. Aktor dari pada hubungan sejatinya adalah dua insan yang memiliki kedewasaan dalam merawat dan menjaganya.

Kita mengalami dan melihat hubungan orang lain dulunya menjadi pasangan idaman namun ternyata berujung pada perselingkuhan maupun menjadi tahanan karena melakukan kekerasan. Dulu seseorang mungkin memperlakukan pasangannya begitu baik, penuh cinta kasih, penuh kepedulian namun lambat laun berubah dan tidak disadari saling menyakiti satu sama lain.

Hal ini yang akan kita bahas dalam tulisan ini, bahwa manusia itu sangat dinamis mengikuti ruang dan waktu yang berkembang. Siklus kehidupan seperti uang koin satu rupa namun terdapat dua gambar berbeda tidak bisa kita hindari. Hari ini sehat bisa jadi esok sakit, sekarang pasangan kita menjadi teman, esok bisa jadi pasangan kita menjadi lawan. Ada malam-siang, ada surga-neraka, ada baik-buruk, ada hitam-putih, dan lain sebagainya.

Refleksi Komitmen dalam Hubungan

Ada tiga hal yang bisa kita lihat apakah kita atau pasangan masih menjaga komitmen suatu hubungan dan mari kita refleksikan bersama.

Pertama, satisfaction level atau tingkat kepuasan terhadap hubungan. Bagaimana mengukur hubungan yang memuaskan? Ada beberapa cara, jika kita sudah pernah berpasangan sebelumnya maka bisa membandingkan dengan hubungan sebelumnya.

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Jika ada perbedaan secara signifikan, tentu yang lebih membuat kita senang dan saling menyejahterakan, bisa jadi hubungan saat ini punya komitmen jangka panjang. Hubungan tanpa kekerasan, hubungan yang membantu menemukan diri dan lebih produktif, hubungan yang memiliki batasan dan tetap menjaga kepercayaan, hubungan yang tidak mengubahmu menjadi orang lain dan lainnya.

Hal ini yang mampu merasakannya adalah diri kita sendiri. Kita bisa membandingkannya lebih mudah karena sebelumnya sudah memiliki pengalaman. Namun jika hubungan saat ini adalah hubungan yang pertama, dengan pertanyaan apakah rasa nyaman ini bukan hanya jebakan dan sementara? Dan apakah hubungan yang sedang kita jalin punya tujuan jangka panjang?

Melihat Kualitas Hubungan

Tentu hal ini agak sedikit lebih sulit karena tidak punya perbandingan dengan hubungan sebelumnya. Namun, kita bisa menanyakan hal tersebut kepada teman yang biasa kita berbagi cerita atau membandingkannya dengan pengalaman orang lain. Pastikan teman kita mampu melihat secara objektif dan punya sifat netral dalam melihat hubungan kita.

Kedua, quality of alternatives atau kualitas alternatif di luar hubungan kita dengan pasangan. Misalnya adalah ada orang ‘ketiga’, lingkup pergaulan, pekerjaan, cita-cita, ada alternatif lain yang lebih dari pasangan. Apakah dengan adanya alternatif tersebut pasangan kita tetap merasa nyaman dan merasa cukup dengan kita?

Namun sebenarnya tidak bisa untuk dibanding-bandingkan dan memunculkan pilihan, misal pilih pasangan atau teman, pekerjaan dan lainnya. Ada hal-hal yang membuat pasangan cemburu dan posesif dengan orang lain ataupun aktivitas kita. Yang paling penting adalah pasangan punya batasan dalam membagi alternatif-alternatif yang ada dan tetap menjaga komitmen bersama.

Ketiga, investment size atau hubungan yang berinvestasi, seperti memberikan waktu, perhatian, tenaga, pikiran dan materi yang harapannya saling memberikan kebahagiaan kepada diri dan pasangan. Biasanya semakin besar investasi atau perhatian kepada pasangan, semakin kuat keinginan untuk mempertahankan hubungan.

Namun ini bisa jadi bias sebab ternyata ada pasangan yang begitu royal untuk menutupi perselingkuhannya dengan orang lain. Kunci dari hubungan yang berinvestasi yakni membangun hubungan yang sehat dan membuat kedua pasangan sama-sama bahagia dengan cara masing-masing dan saling memberdayakan. []

Tags: CintaJodohKomitmen HubunganpasanganRelasi
Aslamiah

Aslamiah

Seorang pembelajar di akar rumput, berfokus pada gender dan pembangunan sosial yang inklusif

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID