• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Tingkat Toleransi Beragama di Indonesia

Pemikiran dan kebiasaan yang berbeda bisa menjadi pemicu terpecah belahnya persatuan. Tetapi Indonesia dapat berdampingan dengan segala bentuk keragaman

Iqromah Zm Iqromah Zm
28/05/2022
in Publik
0
Tingkat Toleransi Beragama di Indonesia

Tingkat Toleransi Beragama di Indonesia

216
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sudah seyogianya tingkat toleransi beragama di Indonesia tinggi. Pasalnya, Indonesia adalah negara dengan berbagai macam suku, budaya, ras dan agama. Bisa bertahan bahkan harmonis dalam menjalani segala lini kehidupan adalah sebuah pencapaian luar biasa yang dimiliki Indonesia. Sebagaimana pendapat dari Dr. Toynbee dalam buku Dialog Peradaban karya Abdurrahman Wahid dan Daisaku Ikeda bahwa Indonesia adalah negara yang rakyatnya dapat hidup berdampingan meskipun berbeda agama.

Dr. Toynbee menegaskan bahwa sebuah toleransi beragama adalah isu penting, Indonesia dapat dijadikan contoh yang baik diikuti. Sehingga jika menilik pendapat tersebut, seharusnya toleransi sudah mengakar, dan damai bukan angan-angan.

Pemikiran dan kebiasaan yang berbeda bisa menjadi pemicu terpecah belahnya persatuan. Tetapi Indonesia dapat berdampingan dengan segala bentuk keragaman. Hal ini bisa terjadi karena seharusnya toleransi sudah mengakar pada setiap insan.

Terbukti pada saat perayaan hari raya, kegiatan kebudayaan dan banyak hal lain yang berjalan sebagaimana mestinya bahkan di beberapa daerah terdapat kesalingan dalam mensukseskan acara masing-masing, misalnya anggota Banser yang melindungi jemaat yang sedang merayakan Natal di Gereja. Begitulah memang seharusnya toleransi sudah mengakar kuat di Indonesia.

Berkaitan dengan keberagaman, Indonesia memiliki banyak masyarakat yang memiliki kepekaan perdamaian dan kreativitas dalam menjalani perdamaian itu. Salah satunya dalam acara Kenduri Perdamaian dan pembukaan Pameran peace innovation academy yang diikuti oleh peserta dengan berbagai kreativitas yang membanggakan.

Selain dari acara tersebut tentu banyak kegiatan yang lebih membanggakan dan mewakili sikap toleransi sudah mengakar, serta perdamaian. Selain dari karya, banyak aksi toleransi yang dilaksanakan di belahan bumi Indonesia yang seharusnya bisa dijadikan contoh misalnya pada hari raya keagamaan yang ada di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara.

Baca Juga:

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

“Di sini jika ada perayaan Idul Fitri umat Kristiani turut merayakan, begitu pula sebaliknya jika perayaan Natal maka umat Islam juga turut merayakan.” ucap Bupati sangihe, Helmut Hontong, SE (sumber: Youtube Dzawinnur, 2019). Perayaan di sini adalah perayaan secara eksistensi sebagai wujud saling menghormati bukan substansial yang menyinggung akidah seseorang.

Di samping perdamaian yang ada di Indonesia, tentu masih saja ada oknum-oknum yang keluar dari zona baik ini dengan berbagai dalih dan asumsi-asumsinya. Sebuah sikap intoleran dan asosial tentunya merusak tatanan baik dan menciptakan kegaduhan. Padahal, keberagaman adalah hal yang begitu indah jika kita bisa menetralkan diri pada posisi di mana kita berada.

Pada praktiknya, mula-mula kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah kita sudah mendukung perdamaian atau merasakan perdamaian itu sendiri. Damai dengan pilihan kita, dengan apa yang ada di sekitar kita dan damai dengan semua hal yang menyangkut kepentingan banyak kalangan. Selanjutnya kita bisa mendemonstrasikan perdamaian kepada khalayak tentang bagaimana damai itu dan pentingnya menjaga perdamaian.

Dari banyaknya aksi-aksi perdamaian yang ada di sekitar kita, seharusnya sudah menjadi bagian dari hidup kita, dengan sikap toleransi sudah mengakar, sehingga perdamaian bukan angan-angan semata. Namun, oknum tidak akan ada habisnya membuat keruh suasana. Salah satunya adalah penyebar hoax di media sosial yang berisi tentang isu provokatif yang menyebabkan pertikaian.

Selain itu, oknum yang mengatasnamakan agama sebagai dalih yang menimbulkan perpecahan dari sifat intoleran yang diambil. Contoh lain adalah ketika sifat intoleran dari seseorang yang menyebabkan rusaknya rasa damai dari seseorang seperti bulliying, kekerasan seksual dan bias gender.

Adanya pertikaian dan sikap intoleran muncul karena kurangnya ilmu pengetahuan dan kurangnya kepekaan terhadap sesama. Selain itu sikap merasa paling benar dan menganggap orang lain salah juga merupakan hal yang membuat perpecahan itu sendiri. Hal-hal seperti itu bisa diminimalisir dengan mengikuti ruang-ruang diskusi, membaca, berinteraksi dan berjumpa banyak orang. Membuka wawasan dan pemikiran juga bagian dari proses menjadi insan yang toleran.

Dengan demikian, sudah seharusnya kita membekali diri kita dengan ilmu pengetahuan yang baik dan mengamalkannya. Jika kita lihat, begitu banyak orang yang berpendidikan dan memiliki ruang khusus dalam tatanan daerah, namun apakah semuanya bersikap toleran dan mendemonstrasikan perdamaian? Lalu di mana pengejawantahan ilmu pengetahuan itu?

Padahal sejatinya output dari ilmu pengetahuan adalah memanusiakan manusia dan menciptakan insan kamil atau manusia sempurna pada dalam diri, dimana Tuhan, manusia dan alam saling bersinergi. Dalam istilah Arab disebut hablu minallah, hablu minannas dan hablu minnal ‘alam atau keterhubungan kita dengan Tuhan, manusia dan alam. Dengan ini, perdamaian akan selalu membersamai dan bukan hanya angan-angan semata.

Demikian penjelasan tingkat toleransi beragama di Indonesia. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Cara Menumbuhkan Sikap Toleransi dalam Islam]

 

 

Tags: IndonesiakeberagamanPerdamaiantoleransi
Iqromah Zm

Iqromah Zm

Mahasiswi STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, aktif di LPM Aksara

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID