• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tubuh dan Perempuan

Dwi Putri Dwi Putri
19/08/2020
in Hikmah, Personal, Rekomendasi
0
seksualitas perempuan
267
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tubuh adalah serangkaian fisik organisme manusia yang terdiri dari fisik kasar dan fisik halus. Yang di dalamya terdapat jiwa dan raga. Menurut KBBI V, tubuh merupakan keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut.

Sedangkan menurut Abineno J. I, tubuh adalah rangkaian dalam diri seorang manusia yang dilengkapi dengan jiwa atau berjiwa dan bukan jiwa abadi yang berada ataupun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh atau badan yang fana atau yang tidak nyata.

Artinya tubuh manusia tidak hanya berbicara kepala, pundak, punggung, tangan, kaki, dan lain-lain. Akan tetapi juga berbicara perihal jiwa, spirit, dan semangat. Pengertiannya secara umum tentu kita tidak bisa mendefinisikan apa itu tubuh secara utuh. Karena dalam pandangan Nietszche, ia menyatakan bahwa tubuh tidak hanya dimanfaatkan dan dialami dalam banyak cara, bahwa hasratnya dapat diubah oleh interpretasi budaya.

Menurut Bryan S Turner (Listyani, 2016) kajian sosiologis tentang tubuh perempuan setidaknya didorong oleh sejumlah faktor. Pertama adalah pengaruh sosial dan politik gerakan feminisme di dunia akademik maupun masyarakat umum. Kedua maraknya perdebatan etik di seputar persoalan penerapan teknologi medis. Ketiga, munculnya perkembangan paham estetika tubuh dalam realitas kebudayaan konsumer.

Candraningrum pada tahun 2014 memandang persoalan penindasan ini sebagai bagian dari politik penundukan karena pemilik kuasa berusaha melakukan kendali atas tubuh perempuan (Susilo, 2016). Lanjutnya, keberadaan tubuh perempuan yang didominasi oleh politik kepemilikan untuk menguasai secara penuh. Maka tidak heran, Candraningrum menyatakan bahwa kekuasaaan terhadap tubuh perempuan berjalan sesuai dengan keadaan alam yang berubah secara dinamis.

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Pernah mendengar kisah Hasan Al Basri? Pemuda tampan yang tinggal di sekitar Basrah. Jawahirul Bukhori mengisahkan kisah fenomenal Hasan Basri sebagai sosok yang sangat menyukai pakaian-pakaian yang bagus dan berjalan-jalan di tengah kota. Tiba suatu hari ini menemukan seorang gadis yang elok lagi cantik. Hasan bisa melihatnya dari kedua bola matanya yang sangat indah yang memaksa langkah kakinya untuk terus mengikuti si gadis.

Sadar jika ia sedang dibuntuti, si gadis menegur Hasan, ada apakah gerangan Hasan mengikutinya. Spontan Hasan menjawab karena ia sangat tertarik pada matanya. Si gadis memperkenankan Hasan menunggu sejenak sembari nanti ia akan kembali untuk memberikan sesuatu ke pada Hasan. Bukan main senangnya. Apalagi yang akan memberi adalah gadis pujaannya.

Beberapa jam kemudian tibalah perempuan paruh baya menyerahkan sebuah kotak yang tertutup rapat. Pesannya, si gadis tidak bisa memberikan langsung pada Hasan. Innalillahi, setelah dibuka, kotak tersebut ternyata berisikan dua bola mata gadis tadi. Gemetarlah seluruh tubuh hasan dan segera bertobat kepada Allah swt.

Dari cerita tersebut (wallahu a’lam bishshowwab) kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa sejak dahulu bahwa tubuh perempuan hanya dianggap sebagai objek laki-laki. Kendati itu adalah sebuah keindahan, tetap saja keindahan tersebut tidak dapat diekspresikan secara leluasa sebagaimana laki-laki yang bebas melakukan apa saja yang ia inginkan.

Hasan contohnya, dengan ketampanannya ia bebas menunjukkan kepada siapa saja akan apa yang ia miliki tanpa beban dirinya akan dikenai gejala sexual harassment sebagaimana yang dialami oleh si gadis. Hal ini mungkin bisa kita analisa melalui teori biologis pelecehan seksual seperti yang dikatakan oleh Sandra S. Tangri yang menyatakan bahwa perilaku pelecehan seksual merupakan suatu ekspresi dari kerja hormon-hormon seksual laki-laki dan perempuan.

Laki-laki dipandang memiliki dorongan seksual yang lebih besar sehingga seringkali laki-laki menjahili perempuan. Hasan Al Basri masih terus mengikuti si gadis mata indah tadi contohnya, walaupun tidak secara fisik bersentuhan langsung, akan tetapi ekspresinya menunjukkan pelecehan terhadap perempuan.

Ada apa dengan tubuh perempuan? Bagaimana tanggapan anda ketika melihat perempuan berpakaian minim? Hanya memakai hot pant, rok mini, dan short? Negatif? Tentu saja, karena itulah konstruksi yang diberikan oleh masyarakat patriarkal menanggapi soal tubuh perempuan. Ia harus tertutup dan tidak semua laki-laki boleh memandangnya.

Dalam wacana masyarakat umum, tubuh perempuan dikonstruksikan dengan bentuk pasangan yang berlawanan dengan laki-laki atau oposisi biner (Susilo, 2016). Posisi ini berbanding jauh dengan laki-laki. Ibarat ada istilah utara dan selatan, perempuan diidentikkan dengan posisi lebih di bawah sedangkan laki-laki di posisi atas.

Hal yang paling krusial ditakutkan adalah apabila terjadi pemerkosaan. Perempuan selalu dijadikan sebagai objek sekaligus pelaku dalam tindakan pemerkosaan. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mau tidak mau akhirnya tubuh perempuan dibekap oleh kebudayaan. Ia tidak bebas berekspresi dan mengeksplor kemampuannya dalam membentuk tubuhnya seperti keinginan alam bawah sadarnya sendiri.

Padahal Islam diantaranya sangat menghargai kebebasan berekspresi dan tidak menafikannya. Karena ekspresi muncul sebagai fitrah manusia. Entah itu melalui pemikiran, kebudayaan, seni, dan lainnya tanpa harus tercerabut dari akar ajarannya. Bentuk-bentuk hermeneutika dan estetika Islam menjadi sesuatu yang asing bagi sarjana dan masyarakat kita karena telah ter”Barat”kan (Hadi, 2016).

Nah di sini kita kembali bertanya, budaya kita di Timur kan sudah mengatur bagaimana cara perempuan berpakaian, lalu jika tubuh kita sudah mulai terbuka, apakah kita rela menggeruskan budaya yang sudah tertanam sejak dahulu?
Untuk pertanyaan tersebut, ada baiknya kita berpacu pada mahfudzot seperti yang digaungkan oleh Nahdlatul Ulama (penulis kira relevan) yakni, “Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.”

Terjadinya kasus pemerkosaan juga yang disalahkan pertama kali adalah tubuh perempuan, bukan mata dan libido laki-laki. Padahal bisa saja perempuan berpakaian minim adalah bentuk kekagumannya terhadap tubuhnya. Tapi karena tubuh lain yang dibentuk sosiokultural menganggap bahwa perempuan itu derajatnya di bawah laki-laki, makanya perempuan tidak punya kuasa terhadap tubuhnya sendiri.

Ini bukan berarti penulis mendorong dan mengharuskan perempuan untuk berpakaian minim. Akan tetapi, penulis ingin menekankan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama untuk berekspresi. Yang terpenting adalah baik perempuan maupun laki-laki tidak melupakan 3 adab, yakni adab al makhluq bi ghoyrihi, adab al makhluq bi al kholiq, dan yang tidak kalah penting adab al makhluq bi nafsihi. []

Dwi Putri

Dwi Putri

Dwi Putri sedang menyelesaikan studinya di UNUSIA Jakarta. Dia juga merupakan alumni women Jakarta yang sempat diadakan oleh AMAN Indonesia yang bekerjasama dengan Mubadalah.

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID