• Login
  • Register
Kamis, 30 November 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ulama Perempuan Pluralis: Bu Sinta Layak Dianugerahi Gelar Doktor

Marzuki Wahid Marzuki Wahid
18/12/2019
in Publik
0
Ulama Perempuan Pluralis: Bu Sinta Layak Dianugerahi Gelar Doktor

Ibu Sinta Nuriyah. Foto: Wikipedia

36
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Bu Sinta, begitu anak bangsa memanggil Ibu Negara Nyai Hj. Dra. Sinta Nuriyah, M.Hum. Istri mendiang Presiden RI keempat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini lahir di Jombang pada 8 Maret 1948. Ia dikenal sebagai ulama perempuan pluralis yang peduli pada isu-isu anti korupsi, kemiskinan, dan pembelaan hak-hak konstitusional kelompok minoritas. Bu Sinta diapresiasi sebagai Srikandi Pemberdayaan Perempuan Indonesia.

Sekitar 38 tahun, Bu Sinta ikut berjuang bersama Gus Dur menegakkan demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan beragama/berkeyakinan di Indonesia. Keputusan-keputusan Gus Dur selaku Presiden pada 1999-2001 terkait pemberdayaan perempuan banyak dipengaruhi oleh Bu Sinta selaku Ibu Negara.

Meski Gus Dur telah tiada, Bu Sinta tetap konsisten menyuarakan hak asasi manusia, demokrasi, pemberdayaan perempuan, kebebasan beragama/berkeyakinan, dan anti korupsi. Ketika KPK dilemahkan, pada 28 Agustus 2019 bersama Buya Syafi’i Ma’arif Bu Sinta tidak segan-segan mendatangi gedung KPK untuk memberikan dukungan atas kinerja memberantasan korupsi. Demikian juga ketika legitimasi KPU dirongrong, bersama Moh. Mahfud MD, Imam Prasodjo, Rhenald Kasali, dan 20 tokoh lainnya yang tergabung dalam Suluh Kebangsaan, Bu Sinta mendatangi gedung KPU untuk memperkuat legitimasi Pemilu yang telah diselenggarakannya.

Kiprahnya dalam pemberdayaan perempuan, Bu Sinta mendirikan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati pada 3 Juli 2000. Ini dilakukan setelah membidani kelahiran Forum Kajian Kitab Kuning (FK3) pada 1997. FK3 yang dipimpinnya melakukan kajian kritis dengan perspektif keadilan gender atas kitab karya Syeikh Nawawi al-Bantani. Hasil kajiannya ditulis dalam bahasa Arab  dengan judul Syarh wa Ta’liq ‘ala Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayani Huquq az-Zawjayn (2000), lalu diterjemahkan dan diterbitkan dengan judul Wajah Baru Relasi Suami-Istri: Telaah Kitab Uqud Al-Lujjayn (2001).

Sebagaimana aktivis lain, Bu Sinta pernah berprofesi menjadi wartawan di Majalah Zaman (1980-1985) dan membantu Syu’ban Asa di majalah TEMPO. Beliau juga aktif memperjuangkan hak-hak perempuan melalui Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak
  • Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan

Baca Juga:

Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan

Hingga sekarang, sudah lebih dari 18 tahun, Bu Sinta selalu menyelenggarakan Sahur Keliling setiap bulan Ramadlan di berbagai tempat di mana kaum minoritas diperlakukan tidak adil. Melalui aktivitas sosial keagamaan ini, Bu Sinta menyuarakan keadilan gender, persamaan hak, dan perlindungan kaum minoritas.

ulama perempuan ini dibesarkan dalam lingkungan pesantren. Pendidikan dasar hingga menengah ditempuh di Pesantren Jombang. Beliau juga mengikuti pendidikan khusus Mu’allimat di Pesantren Tambakberas Jombang. Jenjang pendidikan S1 diselesaikan pada Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan gelar Magister diperoleh dari Program Studi Kajian Wanita, Universitas Indonesia pada 1999.

Bersama Gus Dur sejak 11 September 1971 sampai 30 Desember 2009, ia memiliki permata hati dan kader penerus bangsa empat orang perempuan, yakni Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa), Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus (Anita), dan Inayah Wulandari (Inay).[]

Marzuki Wahid

Marzuki Wahid

KH Marzuki Wahid. akrab di panggil Kang Zeky adalah pendiri Fahmina dan ISIF Cirebon

Terkait Posts

Nyai Fadilah

Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

30 November 2023
Toleransi

Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama

30 November 2023
KDRT

KDRT Itu Bukan Aib Keluarga yang Harus Ditutupi

30 November 2023
Kekerasan Israel

Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

30 November 2023
Kekerasan Seksual

Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

29 November 2023
Hari Guru

Memperingati Hari Guru dan Peran Penting Masing-masing Individu dalam Memajukan Pendidikan

29 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Birrul Awlad: Berbuat Baik pada Anak Tanpa Syarat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma Al-Murabit: Perempuan Ulama yang Menuntut Pembebasan Kaum Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak
  • Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan
  • Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist