• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Waras Berkebun: Sarana Terapi Diri Sebagai Upaya Pemulihan Depresi

Psikiater membenarkan langkah yang saya ambil untuk mengurangi overthinking dengan berkebun

Ara Ara
15/03/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Waras Berkebun

Waras Berkebun

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – WARAS Berkebun memiliki kepanjangan dari kata ‘WARAS’ (Sehat Jiwa dan Fisik Selaras) dengan cara ‘Berkebun’. Inisiatif WARAS Berkebun berdiri sejak September, 2022 hingga sekarang. Sejarah berdirinya WARAS Berkebun bermula dari perjalanan hidup saya sebagai penyintas depresi.

Saya sering merasa sedih, lebih suka mengurung diri di kamar, susah untuk beranjak dari tempat tidur. Lalu saya memutus komunikasi dengan teman-teman, kehilangan hobi dan minat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan rasanya ingin menghilang dari dunia. Saya sering bertanya ke diri sendiri tentang apa yang saya rasakan,

“Kenapa saya sering merasa tidak bergairah untuk hidup? Apa aku depresi?’’

Daripada saya mendiagnosis diri sendiri yang nantinya dapat membahayakan diri saya, maka saya konsultasi ke psikolog dan psikiater. Hasil pemeriksaan psikolog dan psikiater yang saya baca di selembar kertas tertera diagnosis severe depression (depresi tingkat berat).

Saya baca tentang depresi di buku psikologi dengan penulis Carol Wade dan dijelaskan dalam buku tersebut bahwa depresi merupakan gangguan seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kita lalu kehilangan minat, terganggunya fungsi untuk bersosialisasi, dan adanya gangguan suasana hati atau perasaan.

Baca Juga:

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Isu Perceraian Veve Zulfikar: Seberapa Besar Dampak Memiliki Pasangan NPD?

Stop Membandingkan, Mulai Menjalani: Life After Graduate

Jalan Menuju Pulih, Proses Berdamai dengan Gangguan Mental

Anjuran Membuat Taman di Rumah

Intervensi dari psikolog untuk pemulihan depresi saya yaitu dengan cara beliau bertanya ke saya tentang aktivitas atau hobi yang saya suka lakukan di rumah. Sebelum didiagnosis depresi oleh psikolog dan psikiater, saya memang suka dengan tanaman dan berkebun namun belum secara intens.

Karena saya suka tanaman, maka psikolog menganjurkan saya untuk membuat taman di rumah. Psikolog menjelaskan bahwa taman yang saya desain akan menjadi ruang aman dan nyaman di rumah, karena ini sebagai langkah awal untuk memulai membawa diri saya merasa aman berada di dunia.

Psikolog saya berkata,

“Kalau kamu sudah merasa bosan, stres, dan tidak nyaman di rumah, kamu bisa pergi ke tamanmu. Anggap taman itu sebagai bagian dari dirimu, agar kamu juga tidak merasa kesepian.”

Sementara intervensi dari psikiater saya yaitu dengan pemberian obat antidepresan dan menyarankan perbanyak aktivitas fisik di rumah. Saya menjadikan berkebun sebagai sarana olahraga.

Psikolog dan psikiater saya juga merekomendasikan agar saya mengikuti terapi perilaku di rehabilitasi psikososial. Saya mengikuti terapi perilaku pada vokasi pertanian. Saya belajar teknis berkebun sederhana dengan instruktur saya.

Mulai Menanam Tanaman Hias

Saya memulai berkebun di rumah dengan menanam tanaman hias hingga sekarang berkembang menjadi tanaman yang bisa saya konsumsi bersama keluarga. Beberapa tanaman yang dapat saya konsumsi bersama keluarga di antaranya cabai rawait, cabai panjang, bayam merah, bayam hijau, kemangi, daun mint, daun ketela, kangkung, daun cakra-cikri, daun bidara, jambu air, jambu biji, mangga, dan lidah buaya.

Saya memanfaatkan ampas kopi dan teh dari sisa konsumsi keluarga kami sebagai pupuk serta rendaman kunir dan rebusan cabai sebagai pestisida alami. Saya berkomitmen pada diri sendiri untuk berkebun minimal 30 menit/hari.

Suatu waktu, saya pernah overthinking di pagi hari selama dua minggu dan rasanya saya terjebak dalam pikiran sendiri yang belum tentu terjadi. Saya terpikir untuk keluar rumah dan mulai memasukkan tanah ke polybag yang berlangsung selama 2 jam.

Pikir saya: “Mulai aja dulu.”

Dari yang awalnya fokus dan terganggu oleh pikiran-pikiran negatif yang saya ciptakan sendiri akhirnya saya jadi fokus ke tanaman dan overthinking perlahan hilang. Lalu saya klarifikasi ke psikiater saya, dengan bertanya ke beliau

“Dok, kemarin saya overthiniking kurang lebih dua minggu, dan mengatasinya dengan berkebun, overthinking-nya berkurang.”

Psikiater membenarkan langkah yang saya ambil untuk mengurangi overthinking dengan berkebun.

Pemulihan Depresi

Alhamdulillah perjalanan pemulihan depresi dari awal tahun 2020 hingga sekarang perlahan membaik. Psikiater saya secara bertahap menurunkan dosis dua jenis obat yang saya minum. Obat pertama yakni obat antidepresan yang dari Januari 2020 – Juli 2023 saya konsumsi menjadi tidak minum obat sejak Agustus 2023 hingga sekarang.

Obat kedua sebagai anti cemas yang awal dosisnya 650 mg/hari sekarang menjadi 50mg/dua hari. Dari yang tadinya saya tidak minat beraktivitas, kurangnya harapan untuk hidup hingga sekarang menjadi ketagihan berkebun, dan rasanya jika tidak berkebun sehari saja ada yang hilang dari hidup saya.

Bagi penyintas depresi seperti saya, mampu untuk beraktivitas dan berfungsi sehari-hari, kembalinya minat untuk berada di dunia saja sudah suatu perkembangan yang baik.

Tentunya berkat pertolongan Allah melalui perantara ibu saya yang selalu support untuk berobat ke psikiater dan psikolog, memberi saya dana untuk beli perlengkapan perkebunan, adik saya yang membantu saya berkebun, instruktur pertanian, teman-teman penyintas di rehabilitasi psikososial, dan orang-orang yang tidak bisa saya sebut satu-per satu.

Berbagi Kisah Waras Berkebun

Dan, yang paling penting adalah selalu ucapkan terima kasih ke diri sendiri karena tidak pernah lelah, selalu ingin belajar, dan menghargai apapun yang sudah dicapai meski hanya pencapaian kecil.

Tidak ada yang pernah sangka atas riwayat depresi berat yang saya alami bisa membuka jalan saya menjadi salah satu dari 29 finalis di Festival Gaharu Bumi Innovation Challenge yang Ashoka Indonesia selenggarakan atas dukungan Kementerian Dalam Negeri dan Ford Foundation.

Di festival tersebut saya membagikan kisah WARAS Berkebun sebagai terapi dan bentuk pemulihan dari depresi. Harapannya, setelah audiens mendengar kisah saya, mereka menjadi merasa tidak sendiri apabila ada memiliki kesamaan latar belakang, dan menjadi lebih aware dengan kesehatan jiwa diri sendiri dengan tidak malu untuk berobat ke psikiater dan psikolog.

Oleh karena itu, saya bermimpi WARAS Berkebun nantinya dapat menjadi wadah bagi penyintas gangguan kesehatan mental agar bisa hidup berdaya, positif, dan memandang dunia dengan mentadabburi ciptaan-NYA melalui aktivitas berkebun. []

Tags: DepresiKesehatan MentalpsikologiStresWaras Berkebun
Ara

Ara

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version