• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Yang Terlupa saat Membedah Kata Fitrah

KH Husein Muhammad menjelaskan bahwa makna asli Idulfitri adalah kembalinya manusia kepada komitmen Awal. Yakni bertauhid, mengesakan Tuhan

Thoah Jafar Thoah Jafar
24/04/2023
in Personal
0
Kata Fitrah

Kata Fitrah

572
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Idulfitri adalah kembali ke asal kejadian. Seperti itu keumuman ulama saat mengurai pemaknaan kata fitrah, dalam perayaan yang di Indonesia masyhur kita sebut hari Lebaran.

Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadan, setiap Muslim akan terbebas dari dosa dan kembali kepada kesucian. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ‏

“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (QS. Bukhari).

Daftar Isi

    • Tiga makna fitri
  • Baca Juga:
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja
  • Islam Adalah Agama Kemanusiaan
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum
    • Fitri adalah induk

Tiga makna fitri

Fitri atau kata fitrah mengandung tiga pengertian. Yakni suci, asal kejadian, dan agama yang benar.

Baca Juga:

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Pakar tafsir Al-Qur’an, Profesor Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an (1999) mengatakan, seseorang yang beridulfitri akan senantiasa menjaga keindahan, berusaha mencari kebenaran, dan menampilkan kebaikan.

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي  اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.

“Dari Abu Ruqayah Tamim Ad Daari, sesungguhnya Rasulullah Muhammad Saw bersabda, ‘Agama adalah nasihat.’ Kami berkata, ‘Kepada siapa?’ Beliau bersabda, ‘Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan kepada pemimpan kaum Muslimin dan rakyatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadis tersebut, maka setiap yang beridulfitri harus sadar bahwa setiap manusia tak luput dari kesalahan dan menuntut adanya kesadaran untuk saling meminta san memberikan maaf.

Pendapat lainnya, KH Husein Muhammad menjelaskan bahwa makna asli Idulfitri adalah kembalinya manusia kepada komitmen Awal. Yakni bertauhid, mengesakan Tuhan. Komitmen itu menekankan bagi manusia untuk menjadikan hanya Allah sebagai satu-satunya eksistensi Yang Paling Besar, Paling Kuasa, Paling Mulia, Paling Pengasih dan Penyayang.

Lebih jelasnya, keyakinan itu membawa keharusan bagi manusia untuk memandang dan memperlakukan semuanya sebagai makhluk setara atau sama. Tak seorang pun boleh merendahkan dan menghina orang lain. Manusia tidak boleh menjadi hamba dari selain Allah dan hanya untuk mencintai-Nya, tidak untuk mencintai selain Dia. (Khutbah Idulfitri: Kembali ke Asal Menjadi Manusia Genuin dan Terhormat, Mubadalah.id, Kamis, 20 April 2023).

Fitri adalah induk

Selepas Nabi Adam AS, awal kehidupan manusia dimulai di rahim seorang ibu. Seorang perempuan memberikan pengorbanan luar biasa dalam menjaga keberlangsungan awal kejadian manusia.

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

“Dari Abu Hurairah, beliau berkata, ‘Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi pun menjawab,‘Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Al-Qurtubi menjelaskan, hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap ibu harus kita berikan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan terhadap ayah. Yakni, pada saat sang ibu mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Alhasil, jika fitri dan kata fitrah kita maknai sebagai asal kejadian, dan Idulfitri berarti kembali kepada hal tersebut. Maka perayaan pasca-Ramadan ini sesungguhnya memberikan amanat kepada manusia untuk menghormati ibu dan perempuan. Di mana sejatinya menjadi media atau wasilah dari kekuasaan Allah Swt dalam menghadirkan proses penciptaan manusia di dunia.

Selamat hari raya Idulfitri, momentum penghormatan dan bukti kodrat kesetaraan perempuan di dunia ini. []

Tags: Hari Raya IdulfitriIbuIdulfitri 1444 HislamKhutbahlebaranMakna Fitrahmanusiaperempuan
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Inara Rusli Lepas Cadar

Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

5 Juni 2023
Pasangan Hidup

Ketika Pasangan Hidup Pergi

5 Juni 2023
Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

3 Juni 2023
Korban Kekerasan Seksual

Laki-laki Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual

1 Juni 2023
Nilai Perempuan

Bergantung pada Status, Nilai Perempuan Lebih dari Itu Part II

31 Mei 2023
Bidadari Surga

Bolehkah Kita Semua Memimpikan Bidadari Surga?

30 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist