• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

10 Hari Terakhir Ramadan dan Para Pekerja Malam

Semoga di 10 hari terakhir Ramadan ini, kita lebih berfokus pada diri sendiri. Memperbaiki diri, dan memperbanyak ibadah sesuai kemampuan

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
31/03/2024
in Hikmah, Rekomendasi
0
10 Hari Terakhir Ramadan

10 Hari Terakhir Ramadan

823
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ramadan adalah bulan suci yang penuh kerahmatan. Yang selalu menjadi bulannya puncak ibadah bagi seorang muslim. Di mana setiap kegiatan yang kita lakukan terhitung sebagai pahala, bahkan dilipatgandakan. Setiap hari, ibadah puasa terjalani seperti air yang terus mengalir, laju dan tak terasa. Begitu pula dengan Ramadan kali ini. Tanpa terasa kita pun sudah akan memasuki 10 hari terakhir Ramadan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Sahih Ibn Khuzaimah. Pada bulan Ramadan terdapat tiga fase yang masing-masing daripada fase tersebut memiliki keutamaan tersendiri.

“Adalah bulan Ramadan awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan), dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Fase-fase tersebut terindikasi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua, serta 10 hari terakhir Ramadan. Sebagaimana yang paling umum, ibadah puasa berlangsung selama 30 hari maupun 29 hari. Tergantung munculnya hilal penentuan.

Malam Lailatul Qadar pada 10 Hari Terakhir Ramadan

Memasuki 10 hari  terakhir Ramadan adalah sebuah kenikmatan untuk beribadah. Konon, malam lailatul qadar lebih sering terjadi pada malam-malam 10 hari terakhir Ramadan. Rasulullah Saw. bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Yang artinya: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Lailatul qadar adalah malam seribu bulan, di mana malam lailatul qadar sangat dinantikan oleh kaum muslimin. Yang hanya bisa kita dapatkan hanya satu malam dalam setahun. Malam yang penuh keajaiban dan malam terbaik daripada malam-malam Ramadan lainnya.

Baca Juga:

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Spiritualitas Perempuan dan Pencarian Lailatul Qadar: Perspektif Mubadalah

Peluang Wanita Haid dalam Meraih Keutamaan Lailatul Qadar dalam Pandangan Islam

Lailatul Qadar adalah Pesan Pelestarian Lingkungan

Padahal, betapa Ramadan telah penuh dengan keampunan dan kerahmatan yang tiada tanding. Namun, lailatul qadar dipercaya memiliki sebuah keajaiban dan ketenangan tersendiri. Hingga membuat semua orang berlomba-lomba mendapatkannya. Khususnya pada malam 10 hari terakhir Ramadan.

Ibadah Para Pekerja Malam

Kendati demikian, bagaimana nasib kaum muslimin yang berprofesi sebagai pekerja, khususnya pekerja di malam hari. Apakah ibadah mereka tampak kurang di mata Allah Swt. karena lebih memilih bekerja daripada beribadah.

Apakah para pekerja malam ini, sama sekali tidak akan bertemu dengan berkahnya 10 hari terakhir Ramadan? Contoh saja, di tempat saya tinggal. Mata pencaharian masyarakat sekitar ialah sebagai seorang nelayan. Di mana baru mulai pergi menjaring ikan, saat sore hari hinggga pagi hari esok baru kembali. Apakah dengan beribadah seadanya, lantas tidak mendapatkan keberkahan 10 hari terakhir Ramadan?.

Dalam hal ini, saya tertarik untuk mengutip perkataan dari Gus Baha, ulama kharismatik asal Rembang:

“Hindari omongan seperti misalnya saat bulan Ramadan, ‘Rugi Ramadan setahun sekali kok nggak salat tarawih di masjid berjamaah’. Itu namanya tak menghargai perasaan orang. Di luar sana itu ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hatinya. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya, mereka sedang bekerja. Tarawih itu sunnah, sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang paling utama.”

Dengan demikian, saya berpendapat bahwa, janganlah kita merasa lebih unggul dari orang-orang yang secara kasat mata tidak tampak beribadah. Bahwasannya, Allah Swt itu Maha Adil dan Maha Mengetahui. Memang benar kita dianjurkan untuk beribadah lebih unggul pada 10 hari terakhir Ramadan.

Namun, jangan sampai ibadah kita tidak tampak di mata Allah Swt karena kita menganggap orang lain lebih rendah daripada kita yang sering beribadah. Karena sesungguhnya, merasa lebih baik daripada orang lain adalah salah satu sifat arogan, dan arogan bagian dari setan.

Semoga di 10 hari terakhir Ramadan ini, kita lebih berfokus pada diri sendiri. Memperbaiki diri, dan memperbanyak ibadah sesuai kemampuan masing-masing diri. []

Tags: 10 Hari Terakhir RamadanBulan PuasaIbadah Pekerja MalamLailatul Qadarramadan
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version