• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

3 Konsep Pendidikan Nonseksis Menurut Ulama KUPI

Konsep pendidikan nonseksis ini, dikenal dengan model pendidikan yang berperspektif gender. Yakni pendidikan yang mendasarkan semua aktivitasnya dengan menanamkan pemahaman bahwa gender feminin dan maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya.

Redaksi Redaksi
11/06/2022
in Hikmah, Keluarga
0
konsep pendidikan nonseksis

konsep pendidikan nonseksis

427
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk buku Parenting With Love, yang ditulis oleh Maria Ulfah Anshor, tentang pola pendidikan yang adil bagi anak, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan nonseksis (tidak membedakan jenis kelamin) harus ditanamkan sejak anak masih di dalam kandungan.

Konsep pendidikan nonseksis ini, kata Maria, dikenal dengan model pendidikan yang berperspektif gender. Yakni pendidikan yang mendasarkan semua aktivitasnya dengan menanamkan pemahaman bahwa gender feminin dan maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya dalam kehidupan sosial bagi perkembangan anak.

“Konsep pendidikan nonseksis harus dimulai sejak anak-anak masih kecil, bahkan sejak bayi maupun dalam masa kehamilan,” tulisnya.

Tiga Konsep Pendidikan Nonseksis

Berikut tiga konsep pendidikan nonseksis yang perlu dilakukan oleh orangtua.

Pertama, orangtua hendaknya tidak bersikap diskriminatif dalam memperlakukan anak laki-laki dan perempuan.

Mulailah dari hal-hal kecil yang kita mampu, misalnya, pilihan warna, mainan, dan sebagainya, tidak disosialisasikan secara stereotype.

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

5 Jenis KB Modern

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Selama ini, anak-anak sejak lahir sudah dikonstruksikan dengan pilihan-pilihan yang stereotype, misalnya, pemilihan warna untuk anak perempuan berbeda dengan warna anak laki-laki, gambar-gambar atau motifmotif selimut, seprai yang menghiasi tempat tidur mereka berbeda antara anak laki-laki dan perempuan, meskipun bisa juga karena faktor selera orangtua.

Motif-motif binatang biasanya untuk anak laki-laki dan corak bunga atau tumbuh-tumbuhan untuk anak perempuan.

Begitu juga dalam jenis mainan, ada stereotype mainan anak laki-laki dan perempuan, padahal anak-anak belum tentu menyukai jenis mainan yang dipersepsikan dengan stereotype yang diberikan oleh orangtuanya.

Akan tetapi, karena dikondisikan dan masyarakat di sekitarnya juga turut melanggengkan, dengan sendirinya mereka mengikuti konsep gender yang berlaku di lingkungannya.

Kedua, setelah anak mulai mengenal lingkungannya, berikan kebebasan kepada anak perempuan dan laki-laki untuk tumbuh dan mengeksploitasi rasa kepenasarannya.

Hentikan kebiasaan menyosialisasikan nilai-nilai stereotype bahwa perempuan harus dengan kepribadian yang feminin (lemah lembut, halus, penyayang, cengeng, dan sebagainya), sedangkan laki-laki dengan kepribadian maskulin (berani, tegas, kekar, kuat, tidak boleh menangis, dan sebagainya).

Kepribadian feminin dan maskulin tersebut ada pada setiap orang, sehingga kedua sifat tersebut harus ditumbuhkan sejak dini pada semua anak, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, pendidikan dengan pendekatan nonseksis selain dimulai dari keluarga, harus disosialisasikan kepada masyarakat, termasuk guru-guru di sekolah, agar mereka menghargai bahwa semua peran berlaku untuk semua jenis kelamin.

Pekerjaan domestik maupun pekerjaan publik dapat dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Sekolah-sekolah hendaknya memasukkan kurikulum dan perlakuan yang nonseksis terhadap anak didiknya.

Saat ini, banyak sekolah yang masih memberikan pilihan kegiatan ekstrakurikuler, seperti keterampilan, olahraga, dan sebagainya tidak berdasarkan pada bakat dan potensi anak, melainkan berdasarkan pada jenis kelamin.

Dengan pendekatan pendidikan nonseksis yang dimulai dari lingkungan di dalam rumah, masyarakat, dan sekolah secara terpadu diharapkan akan terjadi perubahan struktur dalam masyarakat.

Ketiga institusi konsep pendidikan nonseksis ini sangat menanamkan nilai-nilai adil gender kepada anak-anak sejak dini, sehingga mempercepat mereka tumbuh dengan proses kesadaran dan keadilan gender. (Rul)

Tags: bedajeniskelaminKonsepKupinonseksispendidikantidak membedakanulama KUPI
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Pemukulan

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

18 Juni 2025
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • SIS Malaysia

    Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID