• Login
  • Register
Kamis, 2 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

4 Manfaat Menemani Anak Belajar di Rumah

Siti Nur Amanah Siti Nur Amanah
23/04/2020
in Featured, Keluarga
0
344
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pemerintah Indonesia terus berusaha melawan pandemic corona. Di luar usaha pemerintah, peran setiap individu juga bisa memutus rantai penyebaran Covid-19 tersebut salah satunya yaitu dengan kegiatan belajar di rumah.

Sejatinya memang belajar dapat dilakukan dimana saja, tak terkecuali di rumah. Sejak perpanjangan waktu belajar di rumah dampak pandemic corona. Pemerintah mengadakan program belajar di rumah melalui siaran TV terhitung sejak 13 April 2020 hingga 3 bulan kedepan.

Mata pelajaran PAUD, SD, SMP, dan SMA disiarkan pada jam-jam tertentu (pukul 08.00wib-23.00 wib), tanpa kuota atau akses internet para siswa biasa langsung menyimak pelajaran di depan tv. Hal tersebut seolah menjawab keluhan para ibu-ibu yang sebelumnya selama anak belajar di rumah mengandalkan kuota atau akses intenet. Tentu saja boros kuota dan tidak semua daerah terhubung akses internet.

Program tersebut tentu saja disambut antusias para orang tua khususnya yang kesulitan mengajari anak-anaknya belajar di rumah. Karena memang tidak semua orang tua bisa mengajari anaknya belajar yang bukan bidanganya. Sampai- sampai ada meme “gimana rasanya belajar di rumah? Aku tak sanggup lagi, mamahku lebih galak dari ibu guru di sekolah, bawaannya marah- marah mulu”.

Meme tersebut bisa jadi memang kenyataan yang dirasa anak ketika diajari/didampingi belajar oleh orang tua. Karena memang mengajar itu bukan perkara mudah, butuh ilmu, skill, ketrampilan, keahlian khusus dan profesionalitas tertentu yang tidak semua orang tua memiliki keahian itu.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam
  • Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah
  • Doa Agar Memiliki Keluarga Sakinah
  • 5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

Baca Juga:

7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

Doa Agar Memiliki Keluarga Sakinah

5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

Agar apa yang kita sampaikan bisa diterima atau dimengerti di tengah-tengah kerterbatasan pengetahuan yang orang tua miliki. Ketika apa yang disampaikan orang tua tetapi belum bisa ditangkap oleh anaknya dan kejadian itu terjadi berulang-ulang, tentu saja bisa memunculkan emosi yang mengakibatkan orang tua jadi sering  marah- marah.

Disamping itu, dengan kerempongan orang tua yang mengajari anaknya belajar tersebut, di sisi lain pekerjaan rumah numpuk dan harus segera diselesaikan seperti memasak, bersih-bersih rumah, dan mengerjakan pekerjaan domestik lainnya sudah barang tentu hal tersebut makin menguras emosi dan tenaga orang tua. 

Sebenarnya ada manfaat yang dapat kita ambil dari anak yang belajar dirumah melalui siaran tv tersebut. Tentu saja selain bisa dijangkau oleh seluruh kalangan karena tv sudah dimiliki oleh semua orang dan bukan salah satu barang istimewa lagi.

Belajar melalui siaran tv juga otomatis lebih hemat pastinya karena tidak harus beli kuota dan bisa terjangkau semua kalangan. Manfaat itu antara lain;

Pertama, lebih dekat dengan anak. Kalau dulu waktu anak belajar disekolah, tentu saja anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada di rumah, belum lagi kalau anak ikut les tertentu. Jadi anak banyak menghabiskan waktu di luar daripada di rumah bersama kita.

Nah, semenjak anak belajar di rumah dan kita mengajari serta mendampingi kegiatan tersebut tentu saja banyak waktu yang dihabiskan anak bersama kita, bahkan di sela-sela belajar itu kita bisa bercerita banyak dengan anak kita bukan? Kegiatan tersebut selain menyenangkan buat anak, tentu saja membuat kita jadi lebih dekat dengan anak.

Kedua, lebih mengetahui tentang karakter, bakat dan potensi anak. Dengan kita mengajari/ mendampingi anak belajar secara terus-menerus bahkan dalam jangka waktu +- 3 bulan secara otomatis kita akan mengetahui karakter, bakat dan potensi anak kita bukan?

Misalnya anak kita lebih suka pelajaran IPS dari pada hitung-hitungan, atau sebaliknya anak kita lebih suka pelajaran hitung-hitungan darai pada IPS atau bahasa, dan lain sebagainya. Sehingga kita bisa mengarahkan atau mengembangkan dari kesukaan anak tersebut dan mengupayakan lebih maksimal mengenai materi yang tidak dikuasai anak kita.

Meskipun sebelumnya mungkin kita sudah mengetahui potensi anak kita, tapi hanya sekilas, dari nilai-nilai hasil belajart yang didapat dari sekolah. Namun tentu saja akan berbeda dengan mengajari dan menemani anak belajar secara langsung.

Ketiga, lebih sabar. Dengan kita mengetahui potensi atau bakat yang dimiliki anak kita dan kelemahan anak kita dalam belajar (misalnya dalam hal hitung-hitungan anak kita lemah), kita bisa lebih sabar mengajari anak kita yang lemah dalam hitung-hitungan tersebut dan tidak harus marah- marah.

Apalagi memaksa anak harus segera menyelasaikan soal hitung-hitungan tersebut. Kita jadi lebih sabar membimbing atau mengajarinya secara pelan-pelan, tahap demi tahap. Sehingga apa yang kita terangkan bisa dimengerti dan anak jadi lebih semangat untuk belajar lagi.

Keempat, bisa lebih menghargai jasa-jasa guru. Setelah kita mengajari dan mendampingi anak belajar, kita akan mengerti betapa mengajarkan anak tentang sesuatu itu tidak mudah, butuh keterampilan dan keahlian khusus agar apa yang disampaikan bisa diterima oleh anak, terlebih dengan karakter anak yang berbeda-beda dan kita dituntut harus tetap sabar menghadapi anak-anak tersebut.

Akhirnya kita jadi lebih menghargai jasa-jasa guru, perjuangan guru ketika mengajarkan, dari sesuatu yang tidak dimengerti menjadi sesuatu yang dimengerti. Bahkan di lini masa media pernah dihebohkan dengan kasus orang tua yang tidak terima anaknya ditegur dan dihukum guru, kemudian melaporkan guru tersebut, pada pihak berwenang.

Lalu ada ada juga oknum orang tua yang memaki-maki guru dengan alasan tidak terima anaknya dikeluarkan dari sekolah. Nah, dengan kita mendampingi dan mengajari anak-anak belajar dirumah, jadi lebih tahu kesulitan mengajar,  dan tentu saja pada akhirnya kita jadi lebih menghargai jasa para guru. []

Tags: anakkeluargaorang tuaPandemi Covid-19parenting
Siti Nur Amanah

Siti Nur Amanah

Penulis adalah lulusan S1 IKIP PGRI Semarang tahun 2011, lulusan S2 Universitas Negeri Semarang tahun 2014, menjadi dosen Program Studi Ekonomi Syariah IAI Cirebon dan Pegiat Literasi IAI Cirebon.  Menulis buku Moderasi Islam di Era Disrupsi dalam Pandangan Pendidikan Islam dan Ekonomi Syariah (Sebuah antologi essay dari para cendikiawan Islam Jawa Barat dan Banten) tahun 2018.

Terkait Posts

Kesehatan Calon Pasangan

Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

31 Januari 2023
Makanan Penambah Darah

Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia

26 Januari 2023
Toxic Parents

Toxic Parents dan Akibatnya pada Pengasuhan Anak

26 Januari 2023
Mandul itu Bukan Salah Perempuan

Mandul itu Bukan Salah Perempuan Semata

25 Januari 2023
Konsep Makruf

Konsep Makruf sebagai Tips Rahasia Keharmonisan Rumah Tangga

16 Januari 2023
Pemikiran Ibnu 'Asyur

Mengenal Sosok dan Pemikiran Ibnu ‘Asyur Terkait Filsafat Hukum Keluarga Islam

11 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyadran Perdamaian

    Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Saw Tertawa Karena Mendengar Cerita Kentut dari Salma

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA
  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja
  • Pertemuan Mitologi, Ekologi, dan Phallotechnology dalam Film Troll

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist