• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Sudahi Saja Ketakutanmu Para Akhi, dan Mari Saling Memahami

Atu Fauziah Atu Fauziah
28/10/2020
in Kolom, Personal
0
film Up in the Air
174
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perempuan sekarang memang sudah banyak yang berkarir dan aktif dalam berbagai bidang, seperti sosial, ekonomi, pendidikan dan politik. Tetapi masih marak kita temui laki-laki yang anti terhadap perempuan karir dan lebih memilih perempuan rumahan yang ‘dianggapnya’ lebih cocok dijadikan istri sebab akan lebih telaten mengurus rumah dan anak-anak kelak.

Ada banyak ketakutan-ketakutan laki-laki terhadap perempuan karir dan berpendidikan tinggi, apalagi jikalau pendidikan si laki-laki di bawah perempuan. Itu bisa menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian laki-laki―ketakutan yang tidak masuk akal saya rasa― karena dianggapnya perempuan yang berpendidikan tinggi akan mudah membangkang dan sulit diatur oleh suaminya. Apakah benar seperti itu?

Begini ya para Akhi, jika kalian takut menikahi perempuan yang berpendidikan tinggi sebab takut sulit diatur dan takut tidak menghargai kalian, itu sih kaliannya saja insecure. Lagian akhi ini cari asisten rumah tangga apa cari calon istri sih? Kalau mau cari perempuan yang gampang diatur-atur, disuruh-suruh, atau perempuan yang selalu hormat dan berbakti kepada Akhi, silahkan cari asisten rumah tangga. Saya sih pikir-pikir lagi kalau buat disuruh-suruh.

Pernikahan bukan untuk mengatur-atur seseorang apalagi perempuan, bukan pula untuk menjinakkan perempuan. Tetapi sebagai sarana untuk bersama-sama berbuat kebaikan, saling mengembangkan diri, agar kita memilki partner dalam meraih segala cita-cita. Bukankah itu lebih indah? Tidak ada yang lebih mengungguli dan berkuasa, sebab jika laki-laki dan perempuan bekerja sama keduanya akan sama-sama unggul kok! Kalau seperti ini sih, saya mau.

Perlu para Akhi tahu dan pahami beberapa hal ini,

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh
  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Mengasuh Anak Tugas Siapa?
  • Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Baca Juga:

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja

Mengasuh Anak Tugas Siapa?

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

1. Perempuan berhak memilih jalan hidupnya

Ada banyak perempuan yang saya temui ketika sebelum menikah ia aktif dalam mengembangkan diri dan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan orang tuanya. Tetapi setelah menikah perempuan itu berhenti bekerja karena permintaan suaminya. Ini yang cukup saya sayangkan. Mengapa perempuan selalu dipaksa untuk memilih? Dipaksa untuk memilih keluarga atau karirnya. Yang bisa saja karirnya itu adalah hal yang sangat membahagiakan bagi perempuan, tetapi perempuan itu terpaksa meninggalkannya sebab suami ingin dilayani penuh. Padahal perempuan sangat mungkin menjadi ibu rumah tangga sekaligus ibu karir, asal Akhi mau berbagi tugas ketika di rumah agar tidak memberatkan perempuan.

2. Perempuan berhak mengembangkan potensinya

Kenapa masih saja tidak memahami kami, kaum perempuan juga butuh ruang untuk mengembangkan potensi yang kami miliki, butuh relasi positif selain relasi keluarga. Bukankah laki-laki bisa bebas mengembangkan potensinya tanpa pernah dibatasi oleh kewajibannya pada keluarga? Seharusnya perempuan pun bisa seperti itu. Perempuan yang berkarir toh tidak akan lari dari kewajiban keluarganya? Mengapa seolah laki-laki meragukan kemampuan kami sebagai perempuan?

3. Perempuan berhak meraih segala tujuan dan cita-citanya

Sangat sering saya dengar perkataan seperti ini, ‘Perempuan memang mesti cerdas dan berpendidikan tinggi, sebab perempuan akan menjadi ibu. Dan ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya’ saya tidak menafikkan kalimat tersebut. Memang benar ibu memiliki peran besar dalam mendidik anak, tetapi apakah perempuan berpendidikan hanya untuk mengurus anak nantinya?

Tentu saja tidak. Banyak alasan kenapa perempuan berpendidikan tinggi, tentu saja para perempuan memiliki tujuan dalam hidupnya, juga punya cita-cita yang ingin diraih. Mungkin di antara mereka ada yang bercita-cita menjadi pilot, diplomat, dokter, astronot, kan bisa saja. Jadi berpendidikan tinggi bukan hanya tentang mengurus anak ya teman-teman. Perempuan juga punya cita-cita yang ingin diwujudkan menjadi kenyataan.

4. Perempuan berhak mandiri

Ayolah, berhenti untuk tidak selalu membuat kami kaum perempuan bergantung pada laki-laki, dengan itu kalian laki-laki dengan bebas mengatur-ngatur kami. Perempuan memiliki hak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Toh kami mandiri bukan berarti kami tidak butuh laki-laki, tetapi kami hanya ingin menjadi perempuan yang tidak sedikit-sedikit minta bantuan laki-laki.

Selagi kami bisa melakukan dan memenuhi kebutuhan tanpa memberatkan laki-laki, kenapa tidak? Apakah suami tidak senang semisal istrinya membeli skincare tanpa harus pakai uang suami? Kalau saya sih bakal seneng banget, itu berarti uang suami akan masuk jatah ditabung tanpa harus dibelikan skincare. Itu lebih ajib bukan?

Sudahi saja ketakutan-ketakutan kalian para Akhi, mari kita jalin hubungan yang saling memahami keinginan masing-masing tanpa mengedepankan ego untuk saling mengungguli. Kami para perempuan paham betul ketakutan kalian meskipun tidaklah benar, dan cobalah pahami kami juga sebab hidup kami bukan hanya tentang mengurus suami dan anak. Kami punya potensi yang mesti dikembangkan, kami punya cita-cita, dan kami pun ingin menjadi perempuan yang mandiri. []

Tags: KesalinganMubadalahperempuanrelasi adil gender
Atu Fauziah

Atu Fauziah

Mahasiswi Akidah Filsafat Islam di UIN Banten.

Terkait Posts

Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist