Sosok Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, senyatanya sangat terkenang di hati banyak orang. Karakter beliau yang membuat namanya masih harum, meskipun telah tiada sejak 12 tahun yang lalu.
Mubadalah.id – Gus Dur meninggalkan warisan kepada bangsa Indonesia berupa nilai-nilai kehidupan yang luhur. Selama saya mengikuti Kelas Pemikiran Gus Dur Online yang dimulai bulan lalu, saya mempelajari 9 nilai-nilai keutamaan Gus Dur.
Nilai-nilai tersebut, diantaranya: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Keksatriaan, dan Kearifan Tradisi. Semua nilai-nilai tersebut sangat relevan hingga saat ini.
Pada Desember ini, yang seringkali diperingati dengan Bulan Gus Dur, rasanya kita perlu merefleksikan nilai-nilai Gus Dur dalam kehidupan sehari-hari.
Ketauhidan
Tertulis jelas dalam dasar negara Indonesia, yakni Pancasila pada sila pertama. “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan. Salah satu agama yang diakui di Indonesia adalah Konghucu, yang mana disahkan pada masa pemerintahan Gus Dur.
Nilai ketauhidan ini adalah pondasi awal dari terbentuknya karakter dan kesadaran manusia yang kuat dan terpuji. Misalnya, sebuah pencurian tidak akan terjadi, jika kita meyakini adanya Tuhan yang melihat segala perbuatan makhluk-Nya. Begitupun dengan perbuatan-perbuatan tercela dan merugikan lainnya.
Kemanusiaan
Nilai yang ke-2 ini juga termasuk cerminan dari Pancasila sila ke-2. “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Bersumber dari nilai ketauhidan, kemudian menciptakan pandangan bahwa manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya, memiliki akal dan anggota tubuh yang bisa dimaksimalkan fungsinya untuk kebaikan kepada sesama makhluk. Hal ini juga disebutkan dalam firman Allah dalam QS. At-Tin ayat 4.
Salah satu quotes terkenal Gus Dur ialah “Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga menistakan manusia berarti menistakan Penciptanya”. Dengan memahami dan mengimplementasikan petuah tersebut, konflik antar umat beragama dapat berkurang. Hidup menjadi damai dan tentram layaknya harapan setiap orang.
Keadilan
Gus Dur mengajarkan untuk memperlakukan kelompok minoritas sama dengan kelompok mayoritas. Perlakuan yang setara ini akan menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat secara merata. Memperjuangkan keadilan sama halnya dengan memanusiakan manusia.
Misalnya dengan turut andil menyuarakan dukungan terhadap kebijakan, seperti RUU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual) atau Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021, berarti memperjuangkan keadilan untuk korban KBG (Kekerasan Berbasis Gender) atau kelompok yang tertindas.
Kesetaraan
Nilai kesetaraan yang dicontohkan Gus Dur tampak jelas saat membela dan berpihak kepada kelompok yang dilemahkan, minoritas, atau marjinal. Dengan konsep kesetaraan, keadilan akan terwujud, hak-hak masyarakat terpenuhi, dan tidak lagi terjadi diskriminasi, marjinalisasi dan subordinasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai ini perlu kita terapkan pada semua relasi. Baik antara suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik, guru-murid, bos-karyawan, si kaya-si miskin sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial.
Pembebasan
Pandangan bahwa setiap orang adalah manusia yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik, adalah dasar untuk menciptakan semangat pembebasan, melepaskan diri dari berbagai hal yang membuat diri tidak aman dan tidak nyaman.
Dengan berpegang pada nilai pembebasan, setiap orang bisa tumbuh menjadi pribadi yang berdaya, hingga mampu untuk memberdayakan yang lain juga. Dari jiwa-jiwa yang bebas dan merdeka, menciptakan hubungan yang sehat dan produktivitas yang meningkat. Semangat pembebasan ini juga bisa menjadikan kita manusia yang berpikiran terbuka, tidak judgemental, dan moderat.
Kesederhanaan
Nilai kesederhanan ini sangat tercermin pada sosok Gus Dur. Kezuhudan Gus Dur terbukti saat beliau tidak mempertahankan jabatannya sebagai orang nomor 1 di Indonesia. Dengan sikap sederhana, juga menjadi sebuah usaha untuk melawan sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif.
Contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan mengkonsumsi segala hal dengan secukupnya, dan bergaya seadanya pun semampunya. Karena semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin sederhana penampilannya.
Persaudaraan
Nilai persaudaraan sangat merepresentasikan sosok Gus Dur yang merangkul semua orang dari berbagai golongan. Perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi suatu permasalahan bagi Gus Dur. Oleh sebab itu, berkat pandangannya yang terbuka terhadap keberagaman, Gus Dur dijuluki Bapak Pluralisme Indonesia.
Gus Dur berhasil menjadi tauladan bagi masyarakat Indonesia yang majemuk. Dari nilai persaudaraan ini, kita belajar memaknai perbedaan menjadi sesuatu yang indah, mengeratkan hubungan persaudaraan se-bangsa dan se-tanah air, serta menekankan pentingnya toleransi. Tanpa adanya nilai persaudaraan, suatu bangsa akan mudah terpecah belah.
Keksatriaan
Sifat berani yang ada dalam diri Gus Dur, menjadikan beliau layaknya seorang ksatria. Memiliki prinsip yang kuat, berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakini, sehingga beliau tidak mudah diintervensi oleh kepentingan segelintir orang.
Tak hanya beringas memperjuangkan kepentingan umum, Gus Dur juga sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani prosesnya. Integritas yang dimiliki Gus Dur dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan berupaya menjadi pribadi yang berkomitmen tinggi serta istiqomah atau konsisten.
Kearifan Tradisi
Gus Dur menjadikan Ideologi Pancasila, Konstitusi UUD 1945, dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai landasan untuk menggerakkan kearifan tradisi Bangsa Indonesia. Saat ini, dengan maraknya kelompok yang menyuarakan khilafah, nilai kearifan tradisi Gus Dur menjadi tameng untuk menghalangi kelompok separatis.
Tak hanya itu, kecintaan Gus Dur pada kearifan tradisi terpotret dalam keseharian beliau, dengan sering memakai batik sebagai wujud kebanggaan atas budaya Indonesia. Berangkat dari contoh kecil sikap yang Gus Dur ajarkan, dapat memperkuat spirit nasionalisme dalam diri kita semua. Semakin kita berbudaya, semakin bangga menjadi orang Indonesia. []