Mubadalah.id – Wakil Direktur Harian Kompas, Try Harijono mengajak masyarakat untuk menyaring dengan cermat informasi yang bertebaran di media sosial (medsos). Pasalnya, tahun politik ini banyak informasi hoaks (kabar bohong), ataupun fitnah yang disebar melalui medsos. “Maka dari itu yang harus dilakukan adalah saring sebelum sharing (berbagi). Apakah berita ini bermanfaat untuk masyarakat. Dimulai dari diri sendiri. Ketika menerima berita bohong, lebih baik dihentikan,” kata Try, panggilan akrabnya saat ditemui Mubadalahnews usai acara.
Try mengingatkan, ketika mendapatkan informasi, maka harus dicermati terlebih dahulu. Apakah informasi tersebut bermuatan berita bohong atau bukan. Maka dari itu, Try pun mengingatkan, agar masyarakat tak mudah termakan berita bohong.
“Kalau berita itu bohong, maka jangan membagikannya. Jadi mulai dari diri sendiri, tahan jari untuk tidak menyebarkan berita yang diterima. Kalau belum terkonfirmasi kebenarannya,” tegas Try.
Ia mengaku, maraknya berita bohong menjadi keprihatinan bersama, bahkan tidak hanya di Indonesia. Hal itu terjadi di berbagai belahan negara lain, dan sampai sekarang berita bohong itu menjadi tantangannya.
“Berita bohong akan kalah dengan berita yang baik. Yakinlah bahwa yang membawa berita baik, mengkabarkan berita baik jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan (orang) menyebarkan berita bohong,” ujarnya.
Try mengingatkan, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Jadi semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga kerukunan dan persatuan bangsa. Oleh sebab itu, semua warga diminta untuk menyebarkan semangat kebaikan.
Menurut Try, sudah saatnya para santri dan masyarakat pada umumnya harus bersama-sama menjaga keutuhan bangsa, menjaga kedamaian dan kenyamanan. Maka dari itu, masyarakat pun diminta untuk meningkatkan literasi dan semangat membacanya.
“Tugas kita semua untuk menanamkan kepada semua kalangan bahwa berita bohong itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Justru (berita bohong) dapat memecah belah masyarakat, menyebarkan kebencian membuat orang emosional dan sebagainya,” tutupnya.
Untuk diketahui, Pondok Pesantren (PP) Kebon Jambu al-Islamy menggelar kelas menulis bertajuk menulis untuk keabadian di masjid setempat, Minggu, 31 Maret 2019. Acara tersebut diikuti oleh ratusan santri, mahasiswa, dan dosen. (RUL)