• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih

Nalar keagamaan yang menempatkan tubuh perempuan semata sebagai sumber fitnah tidak hanya merugikan perempuan. Tetapi juga mempersempit makna keadilan dan kasih sayang yang menjadi inti ajaran Islam.

Redaksi Redaksi
23/06/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
fikih perempuan

fikih perempuan

785
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam banyak literatur fikih terdapat begitu banyak anjuran, larangan, dan aturan yang secara khusus ditujukan kepada perempuan. Bukan karena perilakunya, melainkan karena jenis kelaminnya.

Perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa alasan dan tanpa ditemani mahram, wajib menutup seluruh tubuhnya, dilarang berhias di depan umum, tidak boleh menyambung rambut, mencukur alis, menggambar di tubuhnya (tato), berbicara lantang di ruang publik, hingga memimpin shalat.

Selain itu, ia wajib berkabung atas kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari. Semua ini adalah aturan-aturan yang hanya kepada perempuan.

Rentetan peraturan ini tidak bisa kita lepaskan dari satu asumsi mendasar dalam konstruksi keagamaan yaitu tubuh perempuan adalah sumber fitnah.

Seperti, Dr. Faqihuddin Abdul Kodir jelaskan dalam buku Pertautan Teks dan Konteks dalam Muamalah, berbagai larangan ini lahir dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap seksualitas perempuan, seolah tubuhnya adalah ancaman yang harus laki-laki kendalikan. Maka bukan hal aneh jika ruang gerak perempuan dalam banyak pemahaman fikih lebih sempit daripada laki-laki.

Sumber-sumber fikih klasik bahkan mereproduksi narasi ini secara eksplisit. Dalam kitab ‘Uqūd al-Lujayn, Syaikh Nawawi al-Bantani (1230–1314 H/1813–1897 M) mengutip hadis:

Baca Juga:

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

“Perempuan adalah perangkap bagi setan (untuk menggoda manusia). Andaikata syahwat (libido) ini tidak ada, niscaya perempuan tidak punya kekuasaan (daya tarik) di mata laki-laki.”

Dari sini, muncul penilaian bahwa perempuan yang baik adalah mereka yang bisa mengecilkan potensi fitnahnya di ruang publik, sambil menawarkan sisi erotis itu secara eksklusif kepada suaminya.

Hadis populer yang sering dikutip untuk mendukung konsep ini berbunyi: “Perempuan shalihah adalah yang jika dilihat menyenangkan, jika diperintah taat, dan jika ditinggalkan menjaga diri dan harta suaminya.”

Di balik kalimat manis itu, sesungguhnya ada standar moral yang berat sebelah kepada perempuan. Perempuan hanya mereka nilai dari seberapa jauh ia bisa menyenangkan dan melayani laki-laki.

Tubuh Perempuan Tidak Berharga

Dalam hubungan suami istri pun, tubuh perempuan sering kali tidak dihargai sebagai milik dirinya. Fikih mengajarkan bahwa kewajiban istri adalah tamkin yaitu menyediakan dirinya untuk suami kapan dan di mana saja.

Bahkan, sebagaimana dalam Sunan at-Tirmidzi (no. hadis 1160), “Jika suami mengajak istri berhubungan intim. Maka ia harus memenuhinya meskipun sedang di dapur atau di atas punggung unta.”

Dalam riwayat lain dari Shahih al-Bukhari (no. hadis 3065 dan 4898), perempuan yang menolak ajakan suaminya. Hingga suami tidur dengan perasaan kecewa akan “dilaknat oleh malaikat sampai pagi.”

Nalar keagamaan yang menempatkan tubuh perempuan semata sebagai sumber fitnah tidak hanya merugikan perempuan. Tetapi juga mempersempit makna keadilan dan kasih sayang yang menjadi inti ajaran Islam.

Padahal, sebagaimana ditegaskan Dr. Faqihuddin, jika Islam benar-benar membawa misi rahmatan lil alamin. Maka sudah semestinya fikih berkembang ke arah yang lebih adil. Bukan sekadar menjaga ketertiban sosial yang bias gender, tapi juga menghormati kemanusiaan perempuan secara utuh. []

Tags: fitnahMenyoalPemikiran Fikihperempuantubuh
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Tauhid

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

11 Juli 2025
Tauhid dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Disabilitas

    Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID