• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Teologi dalam Ujaran “My Body Is Mine”

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
09/04/2019
in Kolom
0
sulaman

sulaman

59
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Syahdan, tersebutlah Abu al-Mughis al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi atau yang kita kenal sebagai Al-Hallaj. Ia divonis mati pada tahun 922 Masehi di hadapan banyak orang dengan teriakan-teriakan “Allahu Akbar”.

Seperti para sufi lainnya yang menganggap kematian adalah sebuah pintu pertemuan. Ia sangat sadar dan tidak membenci mereka yang memberikan hukuman. Dia melangkah ke tiang gantungan.

Lehernya ditebas, tubuhnya lalu dimutilasi dan dibakar. Debu dari tubuhnya dibuang di sungai Tigris. Kepalanya ditanam di atas jembatan Baghdad.

Beberapa abad selanjutnya, sekitar tahun 1517 Masehi. Ali Hasan atau Syekh Siti Jenar juga dikenai hukuman yang sama. Ia diadili dengan tertutup. Lalu divonis mati.

Al-Hallaj berakhir di tiang gantungan karena ia mengatakan “Ana Al-Haqq” atau “Akulah Sang Kebenaran”.

Baca Juga:

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

Al-Hallaj dengan “Ana Al-Haqq”nya sedang menyadarkan bahwa manusia memiliki keindahan ilahiah. Dimana karena hal tersebut sudah seharusnya manusia berdaulat. Ia tidak boleh menghambakan dirinya kepada orang lain.

Al-Hallaj juga menyatakan bahwa Tuhan sangat dekat. Dan karena kedekatan tersebut manusia memiliki keistimewaan sebagai makhluk Tuhan yang bisa membimbing dirinya sendiri. Selain itu, manusia juga dikaruniai akal yang luar biasa.

Sehingga karena itu semua, manusia tidak bisa menghamba pada manusia lainnya. D imana dengan ajaran “Ana Al-Haqq” tersebut Al-Hallaj menolak penguasa. Karena manusia adalah Al-Haqq, Penjelmaan kebenaran.

Syekh Siti Jenar tidak jauh berbeda, ia divonis mati karena menyatakan “Manunggaling Kawula Gusti” atau menyatukan diri kita dengan Tuhan.

Syekh Siti Jenar sepulangnya dari Baghdad menjadikan teori Manunggaling Kawula Gusti tersebut sebagai pijakan agar masyarakat dijadikan sebagai poros. Di mana setiap rakyat memiliki kewajiban dan hak yang sama karena ia adalah manifestasi dari Tuhan yang sama dan memiliki sisi ketuhanan pada dirinya.

Syekh Siti Jenar kemudian dengan landasan teori tersebut menjadikan pendidikan di Padepokan Giri Amparan Jati sebagai tempat pendidikan untuk semua manusia. Bukan hanya untuk anak para priyayi, pemerintah, dan pejabat saja.

Teologi itu lalu hadir sekarang dalam bentuk yang berbeda, yaitu “my body is mine”. Di mana karena dalam diri manusia ada sisi ketuhanan, maka “tubuhku adalah otoritasku” bukanlah sebuah pelanggaran dari kepemilikan Tuhan atas tubuh manusia.

Ia malah menjadikannya sebagai sebuah penguatan bahwa tubuh manusia adalah milik Tuhan. Dan karena hal tersebut, maka tidak boleh ada yang menyakitinya, menghinanya, melukainya, dan menjajahnya.

Pernyataan “Ana Al-Haq”, “Manunggaling Kawula Gusti” dan  “my body is mine” adalah sebuah teologi yang sama-sama mengusung dalam diri manusia ada sisi Ketuhanan. Dan karenanya, maka tidak boleh ada yang menindas, menjajah dan melukainya. Itu semua adalah Teologi Pembebasan.

Jika Ana Al-Haqqnya Al-Hallaj dan Manunggaling Kawula Gustinya Syekh Siti Jenar lahir karena melihat ketidakadilan yang ada pada masyarakat kerajaan. Maka my body is mine lahir karena banyaknya penjajahan akan tubuh yang didasarkan pada jenis kelamin.

Dan jenis kelamin itu, bukan hanya berlaku untuk perempuan. Tapi untuk laki-laki dan perempuan yang dihina, dijajah, ditindas, dan dilukai tubuhnya karena jenis kelaminnya.

Dan sayangnya, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa mayoritas masyarakat kita adalah masyarakat patriarki. Di mana dalam masyarakat tersebut, tubuh yang sering disudutkan adalah tubuh perempuan.

Tubuh perempuan dianggap sebagai sumber pesona sehingga ia sama sekali tidak boleh menampilkan tubuhnya. Tubuh perempuan ditindas dengan diperbolehkannya tubuh itu disetubuhi tanpa seizin yang memilikinya. Tubuh perempuan dijajah dengan berbagai iklan yang memberikan standar. Tubuh perempuan dihina karena standar-standar masyarakat tentang perempuan.

Dan my body is mine hadir dengan membawa semangat ketuhanan dalam tubuh manusia. Di mana karena di dalam diri manusia ada Tuhan, dan manusia adalah wakil Tuhan, maka tubuh tidak boleh di apa-apakan tanpa seizin pemiliknya sebagai wakil Tuhan.

Sehingga, pernyataan my body is mine bukanlah pernyataan yang menentang Tuhan sebagai pemilik tubuh. Pernyataan itu malahan adalah sebuah bentuk teologi pembebasan atas tubuh manusia.[]

Tags: islammy body is mineteologitubuhTuhan
Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID