Mubadalah.id – Pernah tidak kita merasakan seolah-olah masalah yang sedang kita hadapi, justru terasa semakin rumit? Atau bahkan masalah yang satu belum juga beres, masalah yang lain malah terus berdatangan? Walhasil kita pun dibuat stres dan kalang-kabut. Kita pun bingung apa yang seharusnya dilakukan. Berdiri serasa salah, duduk juga salah. Maju gelisah, mundur pun gelisah, apalagi kalau tak berbuat sama sekali. Pikiran dan hati kita kemudian terus berkecamuk.
Menghadapi masalah semacam itu memang tidak mudah. Tetapi juga bukan berarti sampai membuat mengeluh dan apalagi menyerah. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap? Pertama-tama, selalu perbaharui niat dan cara pandang hidup kita selama di dunia. Hiduplah untuk Allah bukan manusia. Itu artinya kita butuh sama Allah, maka dekati Allah. Bisa melalui ibadah wajib dan sunah, berbuat baik kepada sesama. Hidup kita itu yang mengatur Allah, maka kalau kita pengin hidup teratur, hiduplah dengan aturan Allah.
Kalau kita sadari, apa yang kita rasakan, masalah yang sedang kita hadapi itu semata-mata karena sikap kita selama ini. Bukan karena Allah benci kepada kita. Tidak ada jalan lain kecuali kita harus koreksi diri, karena pasti banyak dosa-dosa yang telah kita perbuat. Untuk itu masalah yang semakin rumit itu sebetulnya cara Allah untuk menunjukkan bahwa kita ini manusia yang lemah di hadapan Allah. Itu artinya kita perlu kembali kepada Allah, minta kekuatan kepada Allah.
Lalu kenapa masalah menjadi semakin rumit? Karena kita sendiri yang membuatnya rumit, itu yang akhirnya mempengaruhi pikiran dan hati kita. Kalau kita merasa lelah, istirahatlah. Mungkin Allah sedang ingin mengingatkan agar kita bisa hidup secara proporsional, ada waktu jeda untuk selalu ingat Allah, tidak berlebihan dalam melakukan hal apapun. Nikmati saja setiap jeda yang Allah kasih untuk kita. Jangan memaksakan kehendak, karena bisa jadi Allah punya kehendak lain yang bisa jadi tidak kita sukai tetapi itu terbaik bagi kita.
Masalah itu dihadirkan Allah kepada semua makhluk-Nya, bukan hanya kepada seseorang saja. Jadi berhentilah merasa menjadi orang yang paling menderita di seantero jagat ini. Setiap orang telah Allah takdirkan masalah sesuai porsinya masing-masing. Ada seseorang yang sedang terlilit hutang, ada juga yang bisnisnya dilanda bangkrut, ada yang masih belum dipertemukan dengan jodohnya, terlibat konflik rumah tangga, menghadapi pahitnya perceraian, sedang sempit rezeki, belum dikaruniai buah hati dan masih banyak lagi.
Begitu juga orang yang secara kasat mata diberikan keberlimpahan harta dunia, itu tidak lantas otomatis membuatnya menjadi tenang hidupnya tanpa masalah. Harta yang banyakpun adalah ujian yang berpotensi menuai masalah demi masalah. Jangan takut dengan masalah. Maka teruslah dekati Allah, karena setiap masalah bersumber dari-Nya. Tidak ada seorangpun yang mampu menjamin masalah kita akan selesai dengan sempurna tanpa pertolongan dari-Nya. Hanya Allah saja tempat kita memohon kekuatan dan pertolongan.
Untuk itu menjadilah pribadi yang tenang dan tidak tergesa-gesa. Masalah boleh saja datang berulang, tetapi pastikan pikiran dan hati kita tetap cemerlang. Berbaik sangkalah ketika masalah dihadirkan Allah, itu artinya dalam waktu yang tak terlalu lama, kita akan banyak mendapatkan hikmah dan kemudahan. Masalah menjadi pengasah jiwa kita untuk naik kelas, untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan berkualitas. Tidak mungkin Allah menghadirkan masalah tanpa ada jalan keluarnya.
Dan satu lagi, sering kali kita hidup hanya mementingkan diri sendiri. Padahal hidup ini harus kita prioritaskan untuk mementingkan persoalan yang berkaitan dengan banyak orang. Seolah-olah dengan membahagiakan diri sendiri, misalnya dengan makan yang enak, rekreasi ke tempat yang indah, berbelanja ke mal, dan masih banyak lagi, itu semua menjadi cara kita mengabadikan kebahagiaan.
Padahal kebahagiaan yang hakiki hanya dapat diperoleh manakala kita mampu membahagiakan orang lain. Mulailah peduli dan membantu orang lain, insya Allah dengan begitu Allah akan peduli dan membantu di saat kita sedang punya masalah. []