Mubadalah.id – Perspektif dan metode mubadalah mendorong laki-laki dan perempuan untuk terus berbuat kebaikan dan menolak keduanya dari segala perbuatan yang mendekatkan pada keburukan dan kemungkaran. (Baca: Ngaji Toleransi Bareng Kiai Husein Melalui Buku “Menangkal Siaran Kebencian: Perspektif Islam”)
Hal itu diungkapkan oleh penulis buku Qira’ah Mubadalah, Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, MA saat Kursus Perspektif dan Metode Qira’ah Mubadalah yang digelar Forum Kajian Kitab Kuning (FK-3) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Menurutnya, laki-laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai manusia yang mulia. Keduanya diperintahkan untuk selalu berbuat keadilan, kesalingan, dan kemaslahatan.
“Keduanya (laki-laki dan perempuan) saling kerja sama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” kata Kiai Faqih.
Maka dari itu, kata Kiai Faqih, perempuan justru tidak boleh menghamba kepada laki-laki, dan juga sebaliknya laki-laki tidak boleh menghamba kepada perempuan. Sebab keduanya hanya boleh menghamba kepada Allah SWT.
“Mubadalah berangkat dari keyakinan bahwa Allah, Tuhan bagi laki-laki dan perempuan,” ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, keduanya hanya boleh mengharapkan ridho dari Allah. “Sebab pondasinya adalah mubadalah (kesalingan), maka keduanya harus saling berusaha untuk mencari ridhonya Allah,” ucapnya.
Kiai Faqih mengingatkan, mubadalah memberikan kesadaran bahwa hidup di dunia ini tidak boleh untuk mengeksploitasi, mendiskriminasi bahkan melakukan kekerasan baik kepada perempuan maupun laki-laki.
”(Jadi) rahmatan lil ‘alamin untuk laki-laki dan perempuan,” tutupnya. (RUL)