• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Refleksi Kursus Metodologi Musyawarah Keagamaan Fatwa KUPI

Selama proses musyawarah saya lebih banyak menyimak argumentasi dan juga cerita pengalaman dari para ibu nyai yang semuanya berperan sebagai pengasuh pondok pesantren terutama dalam pengelolaan sampah

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
10/08/2022
in Personal
0
KUPI

KUPI

424
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan yang sangat luar biasa, yaitu menjadi peserta kursus metodologi musyawarah keagamaan KUPI yang dilaksanakan di Semarang. Dalam kursus ini saya bertemu dengan 29 ibu nyai dari berbagai latar belakang pesantren di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas tentang paradigma, perspektif dan nilai-nilai yang para ulama KUPI seperti Ibu Nyai Nur Rofiah, Kiai Faqih, Buya Husein dan juga Mbak Sri Wiyanti Eddyono bangun bersama.

Di sisi lain, pengalaman yang tidak kalah menarik dan membuat saya terus merasa bersyukur adalah para peserta kursus metodologi musyawarah keagamaan KUPI bukan hanya diberikan materi yang keren-keren.

Tetapi kami juga diajak dan diajarkan untuk berani membuat fatwa atau mengambil peran dalam merumuskan dan mendiskusikan terkait hukum dari dua isu, yaitu isu kebangsaan dan pengelolaan sampah.

Dalam proses tersebut kami mencoba melakukan musyawarah dengan metodologi dan struktur musyawarah KUPI yaitu mulai dari tashawur atau mendeskripsikan akar masalah yang tengah masyarakat hadapi.

Baca Juga:

Membongkar Konstruksi Seksualitas Perempuan dalam Pemikiran Keagamaan

Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Lalu kami juga perkuat dengan adillah atau dalil-dalil yang menjadi argumentasi dalam pembahasan tersebut, dan juga meneruskan dengan istidal (analisis).

Kemudian, tazkiyah (rekomendasi) dan maraji’ atau menyertakan sumber pengambilan data-data.

Peran Ibu Nyai dan Pengelolaan Sampah

Untuk mempersingkat waktu, Kiai Faqih dan Ibu Nyai Nur sebagai fasilitator membagi kami ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok musyawarah isu kebangsaan dan pengelolaan sampah. Kebetulan kemarin saya tertarik untuk bergabung dengan kelompok pengelolaan sampah.

Sebab, selama ini isu lingkungan masih sangat jarang membahasnya dan masih menjadi isu yang kurang seksi. Padahal isu lingkungan ini merupakan permasalahan bersama yang sampai saat ini masih belum menemukan solusi untuk mengatasinya.

Selama proses musyawarah saya lebih banyak menyimak argumentasi dan juga cerita pengalaman dari para ibu nyai yang semuanya berperan sebagai pengasuh pondok pesantren terutama dalam pengelolaan sampah.

Saya melihat bagaimana cara beliau-beliau merumuskan permasalahan dengan sangat tepat.

Lalu mencari argumentasi adillah dan menyusunnya menjadi tulisan yang utuh dengan struktur yang sudah dibriefing oleh para fasilitator.

Pemandangan dan ruang musyawarah ini membuat saya yakin bahwa perempuan itu bukan makhluk lemah, kurang akal dan kurang agama, apalagi sumber fitnah.

Perempuan adalah manusia yang oleh Allah ciptakan lengkap dengan akal budi yang utuh. Hanya saja selama ini perempuan terutama di kalangan pesantren masih belum mendapatkan akses untuk mengambil peran dalam memberikan sumber pengetahuan. Padahal, pengalaman perempuan itu bisa menjadi sumber pengetahuan.

Oleh karenanya, suara perempuan penting untuk didengar, pengalamannya bisa menjadi sumber pengetahuan dan perempuan berhak untuk ikut terlibat dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Sebab, sebagaimana Ibu Nyai Nur Rofiah sampaikan bahwa perempuan tidak boleh menganggapnya sebagai tamu di ruang publik.

Tetapi bagaimana memandangnya sebagai subjek penuh sebagaimana laki-laki.

Dengan begitu, saya sangat mengapresiasi sekali kegiatan kursus metolodogi KUPI ini dengan melibatkan para perempuan dari beragam latar belakang dan dari daerah yang berbeda-beda.

Sehingga kita bisa saling bertukar pengalaman tentang kondisi serta realitas yang terjadi di daerah masing-masing. Misalnya, terkait keterlibatan perempuan sebagai aktor dan sumber pengetahuan.

Ibu Nyai Mengajar Santri Putra

Ibu Nyai Najhaty Sharma bercerita bahwa di pondok pesantren yang ia kelola bersama keluarganya.

Sampai saat ini masih belum memberikan kesempatan pada ibu nyai untuk mengajar santri putra.

Hal ini ternyata berbeda dengan pengalaman saya waktu mondok di Ponpes Miftahul Falah Garut.

Di sana para ibu nyai ikut mengajar santri putra, dengan begitu pengetahuan tentang fiqh perempuan seperti haid, dan nifas.

Kemudian, kehamilan dan yang lainnya bisa tersampaikan ke santri putri dan putra secara bersamaan.

Di sisi lain, para ibu nyai di Miftahul Falah juga selalu terlibat dalam proses bahtsul masail.

Mereka merumuskan peraturan pondok, dan merumuskan kurikulum pendidikan bagi santri-santrinya, baik putri ataupun putra.

Dengan saling berbagi pengalaman ini, masing-masing peserta bisa mempunyai gambaran bahwa realitas sosial itu memang beragam.

Dan dari keragaman realitas ini masing-masing peserta bisa mempunyai gambaran bahwa sudah ada para perempuan yang berani untuk menjadi aktor.

Dan sumber pengetahuan, termasuk di lingkungan pondok pesantren.

Kemudian yang terakhir, saya berharap melalui kegiatan ini akan semakin banyak perempuan di kalangan pondok pesantren yang berani menyuarakan pendapat.

Lalu mengambil peran dan tidak takut untuk ikut terlibat dalam berbagai aktivas sosial, baik di lingkungan pesantren maupun di ruang publik lainnya. []

Tags: FatwakeagamaanKupiKursusMetodologiMusyawarahRefleksi
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID