Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan KH. Husein Muhammad tentang tujuan kehidupan KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur, maka ia sungguh-sungguh konsisten pada tujuannya, yaitu menghidupkan dunia kemanusiaan.
Dalam menghidupkan dunia kemanusiaan ini, Gus Dur melakukannya melalui beragam mekanismenya, antara lain penegakan hak-hak asasi manusia, pluralisme, demokrasi, dan puncaknya adalah cinta.
Sebagaimana para sufi besar, Gus Dur adalah seorang yang selalu berkehendak hidupnya diabdikan sepenuhnya bagi manusia dan kemanusiaan.
Justru, ia hampir tak pernah peduli terhadap hidupnya sendiri dan keluarganya, meski ia tetap mencintai dan menyayangi mereka.
Gus Dur memiliki sumber inspirasi bagi gagasan ini, sebagaimana para sufi juga memilikinya. Salah satunya adalah teks suci kenabian (hadits qudsi) yang artinya.
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, sebuah misteri. Aku rindu untuk dikenal. Maka, aku ciptakan makhluk. Lalu, berkat Aku, mereka mengenal-Ku.”
Makhluk dalam hadits ini tidak lain adalah manusia sebagai mikrokosmos, meski sesungguhnya ia juga mencakup makrokosmos, alam semesta.
Dalam bahasa pesantren, makhluk adalah ma siwa allah (selain Tuhan). Hadits ini ingin menyatakan bahwa Tuhan mencintai manusia dan Tuhan ingin mencintai mereka.
Maka, semesta ini Tuhan ciptakan. Harap selalu kita ingat bahwa cinta Tuhan kepada manusia adalah untuk seluruh manusia, di mana pun ia berada dan kapan pun.
Dengan segala macam identitas primordial yang Tuhan ciptakan. Tuhan tidak membeda-bedakan ciptaan-Nya.
Tuhan tidak mendiskriminasi ciptaan-Nya untuk memberi dan menyayangi-Nya.
Meski manusia mendurhakai-Nya, Tuhan tetap saja memberi nikmat, kegembiraan, dan menganugerahinya segala hal yang manusia perlukan bagi hidup dan kehidupannya. Al-Qur’an menyatakan:
“Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. al-Baqarah (2): 29).*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad, dalam buku Samudra Kezuhudan Gus Dur.