• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Di Lingkungan Rumahku, Bapak-Bapak Juga Nyuci

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
30/05/2020
in Keluarga
0
112
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam urusan mencuci pakaian, ada hal yang menarik, yang terjadi di lingkungan rumah saya. Oke baiklah, dari pada kelamaan, mari langsung saja kita ke TKP, eh ke pembahasan maksudnya guyss … hehe

Jadi begini teman-teman, setiap pagi hari, saya sering menyaksikan lalu lalang beberapa bapak-bapak pergi ke sungai untuk mencuci pakaian keluarganya. Mereka pergi dengan membawa ember besar (bak-bakan/paso) yang berisi tumpukkan baju kotor, kemudian handuk yang dililitkan di leher, lalu, tangannya memegang ember kecil yang berisi peralatan mencuci dan mandi.

Tidak jarang, mereka juga membawa anak-anaknya yang masih kecil baik laki-laki maupun perempuan untuk dibawa ke sungai. Pernah suatu hari, saya melihat dengan langsung, kalau anak-anaknya selain untuk mandi dan asyik main air, ia juga ikut membantu bapaknya untuk mencuci pakaian.

Oya, sungai tersebut hanya berjarak sekitar 80 meter dari belakang rumah saya lho. Jadi lumayan dekat, dan kalau ada yang mau pergi nyuci ke sungai, ya saya bisa mengetahui termasuk para bapak-bapak itu. Tapi yang anehnya, walaupun mereka mempunyai sumur masing-masing, tapi mereka lebih memilih di sungai, mereka beralasan, katanya ingin lebih cepat dan praktis.

Setelah selesai mencuci pakaian, saya perhatikan, mereka kembali pulang dengan raut muka yang tampak bahagia, mungkin karena pekerjaannya telah selesai dikerjakan kali ya… hehehe

Baca Juga:

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Nah, apa yang dilakukan oleh bapak-bapak ini, tentu saja, membuat saya menjadi penasaran, sebetulnya apa sih alasan bapak-bapak ini tiap hari mau mencuci pakaian keluarganya? karena yang saya tahu, di daerah pedesaan yang kental dengan budaya patriakhi ini, mencuci pakaian itu pekerjaan perempuan/ibu bukan laki-laki/bapak-bapak.

Diantaranya ada yang memberikan alasan, tugas suami dan istri itu ya saling berbagi peran aja sih, kalau dia mencuci baju, maka istrinya yang masak atau melakukan hal lain. Tidak jarang mereka saling membantu tugasnya masing-masing. Yang penting bagi mereka sama-sama merasa nyaman dengan pekerjaannya.

Ada juga yang mengatakan, karena istrinya sibuk bekerja untuk mencari uang, maka semua urusan pekerjaan rumah, nyuci baju, masak, ngepel, nyapu dan lain-lain, ia yang mengerjakannya, dan termasuk mengurus anak juga, ia yang bertanggung jawab.

Selain itu ada pula yang mengungkapkan, karena terbiasa kerja jam 7.30 pagi, maka ia manfaatkan waktu yang ada untuk mandi dan mencuci pakaian. Tidak jarang juga karena terburu-buru kerja pagi-pagi, ia yang masak untuk sarapan keluarga, nanti agak siangan istrinya yang mencuci baju. Intinya dalam urusan keluarga mereka fleksibel. 

Menarik bukan? Menurut saya ini jelas menarik. Maka, kenapa saya tuliskan, hehehe..

Dengan mendengar alasan dari bapak-bapak itu, saya hanya bisa takjub. Mereka secara tidak langsung telah selesai memahami dan mewujudkan tujuan pernikahan itu sendiri. Yaitu menjadikan keluarga, yang penuh ketentraman (sakinah), memadu cinta kasih (mawaddah wa rahmah). Dan apa yang dilakukan oleh mereka menurut saya sudah sangat mubadalah sekali alias mereka sudah bisa saling berbagi peran, tugas dan pekerjaannya dengan pasanganya.

Dengan begitu, walaupun yang melakukannya hanya beberapa bapak-bapak/laki-laki, tapi setidaknya bisa menjadi teladan sekaligus bisa menyadarkan bahwa dalam pekerjaan mencuci baju atau pekerjaan domestik lainnya, itu bisa dikerjakan oleh keduanya, baik suami maupun istri. Keduanya bisa saling untuk bekerjasama, membantu, dan tolong menolong dalam segala bentuk pekerjaan. Sehingga dari keduanya tidak ada pihak yang merasa terbebani oleh pekerjaannya.

Saya jadi teringat oleh perkataan yang sering disampaikan oleh DR. Faqihuddin Abdul Kodir. Beliau mengatakan bahwa dalam kerja-kerja domestik maupun publik pada dasarnya Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa, ruang tersebut menjadi kerja bersama antara suami dan istri atau laki-laki dan perempuan, di mana keduanya dituntut untuk saling bekerja bersama, dan berjuang bersama. Karena bagaimana pun juga istri adalah mitra untuk suaminya, dan begitu sebaliknya suami juga menjadi mitra bagi istrinya.

Maka dari itu, saya kira dengan mencuci pakaian dan saling berbagi peran seperti yang telah dilakukan oleh bapak-bapak seperti di atas, membuat hubungan ia dengan sang istri bisa untuk saling melengkapi, menghargai, menyayangi, dan mencintai satu dengan lainnya.

Sehingga, membuat mereka tidak lagi merasa terbebani dalam menjalani bahtera rumah tangga. Apalagi untuk mengharapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaadah, rahmah dan maslahah saya kira sangat mudah untuk diwujudkan jika ada prinsip kesalingan. []

Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID