Kehidupan pernikahan membutuhkan komitmen bersama dari kedua pasangan. Komitmen hidup bersama selamanya untuk saling melengkapi satu sama lain dalam suka maupun duka. Komitmen yang dibangun diharapkan sudah dimiliki keduanya sebelum menikah.
Selain itu, komitmen untuk menikah juga harus dipertimbangkan dengan baik secara matang. Tujuannya adalah memiliki kehidupan pernikahan dengan pondasi yang kuat, sehingga kedua pasangan dapat merasakan kenyamanan dan kebahagiaan bersama.
Hal ini tak terlepas dari bagaimana kita mengetahui dan membicarakan komitmen tersebut secara mendalam bersama pasangan, serta hal apa saja yang nanti akan ditemukan ke depan. Berikut beberapa topik diskusi yang bisa dibahas dengan pasangan sebelum menikah.
1. Finansial Bersama
Finansial adalah salah satu persoalan besar yang cukup sering dihadapi ketika menjalani kehidupan pernikahan. Menurut salah satu konselor kesehatan mental, Jaclyn Bronstein, membicarakan financial flow lebih baik saat sebelum menikah daripada sesudah menikah.
Masing-masing pasangan butuh mengetahui dari mana saja uang yang akan datang, siapa saja yang akan menjadi pencari nafkah, apakah hanya sang suami atau keduanya bekerja. Rencana apa saja yang akan dilakukan bersama setelah menikah, seperti membeli rumah, mobil, liburan atau kebutuhan primer serta sekunder lainnya? Kedua pasangan juga perlu mengetahui siapa yang cenderung boros dan siapa yang suka menabung.
Selain itu, kita juga harus mengetahui apakah kita atau pasangan kita memiliki beban finansial sebelum menikah? Sehingga kedua pihak dapat mempertimbangkan untuk membuat perjanjian pra nikah atau pre-nuptial agreement, yang menjabarkan apakah harta bersama hanya atas satu nama saja, atau atas nama masing-masing keduanya.
Lalu, bagaimana pembagian pemasukan serta pengeluaran yang akan dilakukan dalam keluarga? Siapa yang akan memegang keuangan keluarga. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang esensial yang bisa ditanyakan kepada pasangan supaya memudahkan kita memahami apa yang diinginkan masing-masing pihak.
2. Tempat Tinggal setelah Menikah
Pembahasan mengenai tempat tinggal juga harus dibicarakan bersama dengan pasangan, supaya kedua pihak dapat menemukan tempat yang nyaman untuk menyambung hidup bersama setelah menikah. Apakah tempat tinggal yang berupa rumah atau apartemen? Sewa, kontrak, atau beli?
Apakah ingin tinggal berdua atau bersama dengan salah satu orangtua pasangan? Selain itu, apakah kedua pasangan memiliki keinginan untuk tinggal di luar kota atau negara lain? Apakah keduanya ingin tinggal jauh atau dekat dengan keluarga besar? Beberapa pertanyaan tersebut harus dikomunikasikan lebih lanjut.
Pilihan demi pilihan yang telah dipertimbangkan bersama, akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan didapatkan, sekolah untuk anak-anak (jika ingin memiliki keturunan), seberapa jauh atau dekat dengan keluarga masing-masing dan lain sebagainya. Pastikan kedua pasangan benar-benar memutuskan bersama, bukan hanya keputusan salah satu pihak saja.
3. Anak dan Pola Asuh
Apabila kedua pasangan berencana ingin memiliki anak, sebaiknya dibicarakan lebih matang terlebih dahulu baik dari segi persiapan mental, fisik, sampai keuangan. Rencana untuk memiliki anak tidak hanya membahas tentang berapa jumlah anak yang diinginkan.
Beberapa hal lain yang bisa ditanyakan seperti, bagaimana jika pasangan belum bisa hamil atau mengalami gangguan kesuburan? Apakah akan adopsi anak? Bagaimana jika salah satu pasangan memiliki bawaan genetik dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik anak?
Selain itu, persoalan siapa yang akan menjaga anak ketika keduanya bekerja pun harus dibahas. Apakah day care juga akan menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangkan? Vivian Jacobs, seorang terapis pernikahan dan keluarga memaparkan bahwa pola asuh dan cara didik kepada anak membutuhkan kerjasama yang baik antara kedua orang tua. Tak kalah penting untuk membicarakan soal kebutuhan konseling bagi orang tua. Hal ini juga turut menjaga kesehatan mental masing-masing pasangan.
Jika memutuskan tidak memiliki anak atau mengontrol kehamilan, bicarakan bersama pasangan mengenai kontrasepsi. Diskusikan beberapa pilihan kontrasepsi yang ada, pemilihan kontrasepsi tersebut harus disesuaikan dengan kesehatan fisik masing-masing pasangan dan akan lebih baik tidak ada pemaksaan salah satu pihak dalam penggunaan kontrasepsi.
4. Pembagian Tugas dalam Pekerjaan Domestik
Siapa yang akan mencuci pakaian, memasak, mencuci piring, serta membersihkan rumah, membersihkan toilet, dan lain sebagainya? Apakah akan meminta tenaga tambahan untuk membersihkannya jika keduanya bekerja?
Pembagian tugas seperti ini juga harus dibicarakan dengan jelas. Tidak semua orang merasa nyaman untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sehingga hal ini harus dibahas lebih lanjut supaya kembali menemukan jalan tengah. Jika istri tidak bekerja nine-to-five, apakah hanya istri yang mengurus pekerjaan rumah tangga? Pembagian tugas dengan suami kelak juga harus memiliki kesepakatan bersama.
5. Pekerjaan dan Pendidikan
Bagaimana karir serta pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan saat ini? Apakah masing-masing bekerja untuk mencari nafkah atau ingin bekerja dan mengejar karir ketika sudah menikah? Apakah salah satu pasangan memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah baik di dalam maupun di luar kota atau negeri?
Ceritakan juga tentang keinginan masing-masing pasangan jika memiliki cita-cita untuk membangun ‘karir impian’ atau berbisnis, serta cara untuk mewujudkannya. Jika hal-hal tersebut akan dilakukan setelah menikah, secara langsung atau tidak langsung kegiatan kita juga akan berdampak pada pasangan, maka itu harus dibicarakan lebih lanjut.
Apabila salah satu pasangan memutuskan untuk mengurus rumah tangga dan tidak bekerja, atau bekerja secara paruh waktu, bicarakan kepada pasangan. Apakah keadaan finansial yang dimiliki bersama sudah mencukupi kebutuhan atau jika salah satu yang bekerja saja sudah cukup?
Keberhasilan dalam menerima apa yang menjadi fokus dalam karir serta pekerjaan masing-masing pasangan harus terus diusahakan dan membutuhkan adaptasi yang sesuai dengan waktu setiap pasangan. Jika masing-masing dapat memahaminya sebelum menikah akan lebih baik, sehingga hal-hal ini juga harus menjadi topik yang dibicarakan bersama dengan pasangan.
6. Aturan dan Batasan yang Diterapkan Bersama
Pada pembahasan ini, masing-masing pasangan dapat saling terbuka tentang hal yang menjadi ruang personal (me time), apa yang menjadi hal yang disukai dan tidak disukai pasangan, serta tipe komunikasi yang akan dibangun bersama.
Jika harus menjalani hubungan jarak jauh setelah menikah, hal ini juga harus dibicarakan lebih dalam supaya tidak ada salah paham. Komunikasi adalah hal yang esensial dalam menjalani sebuah hubungan, sehingga pada topik ini menjadi hal yang penting juga untuk mengetahui pasangan kita lebih lanjut.
Hal lain yang dapat menimbulkan potensi untuk konflik adalah teman lawan jenis dari masing-masing pasangan. Keduanya harus membahas pertemanan mana yang masih dalam batas wajar dan mana yang harus diberi batasan. Selain itu, waktu yang diberikan untuk keluarga besar dan waktu untuk berdua juga dapat dibahas bersama untuk diatur dengan lebih baik.
7. Kehidupan Seksual
Pembicaraan seputar kehidupan seksual seringkali masih dianggap tabu. Padahal, jika hal ini dapat dibahas sebelum menikah, masing-masing pasangan dapat saling mengerti apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh masing-masing pasangan.
Tanyakan kepada pasangan apa pandangannya terhadap kehidupan seksual setelah menikah, serta bagaimana kehidupan seksualnya sebelum menikah dan adakah dampak yang kira-kira dapat ditimbulkan dalam menjalani hubungan pernikahan ke depan? Saling paham tentang pandangan masing-masing pasangan mengenai kehidupan seksual merupakan salah satu hal untuk tetap menjaga hubungan yang lebih intim.
Pada pembahasan ini, masing-masing pasangan dapat saling terbuka kepada pasangan supaya bisa saling memahami apa yang menjadi concern masing-masing pasangan terhadap kehidupan seksualnya. Bicarakan juga strategi yang dapat dilakukan bersama untuk terus menjaga “api cinta” dalam kehidupan pernikahannya ke depan.
Pernikahan yang bahagia pasti menjadi impian setiap pasangan agar keutuhannya terjaga selamanya. Meski tentu saja kerikil dalam rumah tangga akan selalu ada. Beberapa topik di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kedua pasangan sebelum menikah, sehingga dapat saling mengenal lebih dalam satu dengan yang lainnya.
Selain itu, persiapan mental untuk masing-masing pribadi pasangan juga dibutuhkan. Mempersiapkan diri sendiri sebelum menikah juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan pernikahan kelak bersama pasangan yang kita cintai. Jadi, sudah siap menikah? []