• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Keterlibatan Perempuan dalam Keputusan Hukum

Secara tradisional, aturan hukum seringkali diturunkan dari konstruksi patriarki. Karena karakter umum pembuatan hukum seringkali tidak berdasarkan pada pengalaman perempuan

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
20/05/2023
in Publik
0
Keterlibatan Perempuan

Keterlibatan Perempuan

792
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Keterlibatan Perempuan memiliki peran penting dalam menegakkan hukum. Indonesia sebagai negara hukum dalam pengertian Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 mengandung arti bahwa semua orang di mata hukum setara dan berhak mendapatkan keadilan. Tidak ada yang bisa berada di atas hukum. Pada prinsipnya, equal justice for all atau keadilan yang sama untuk semua. Hukum tidak mendiskriminasi seseorang atau mendiskriminasi atas dasar jenis kelamin.

Secara tradisional, aturan hukum seringkali diturunkan dari konstruksi patriarki. Karena karakter umum pembuatan hukum seringkali tidak berdasarkan pada pengalaman perempuan. Apalagi konstruksinya juga masih bias kelompok kepentingan untuk menindas hak orang lain, termasuk perempuan.

Mengutip Thomas Jefferson, yang pernah mengatakan bahwa adalah tugas penting pemerintah untuk mencapai kesetaraan dan keadilan bagi semua warga negara yang tidak memihak. Hal ini merupakan salah satu inti dari penerapan prinsip negara hukum. Untuk itu, penting adanya keterlibatan perempuan dalam upaya menegakkan kesetaraan. Termasuk dalam isu gender, di mana menjadikan posisi perempuan dan laki-laki setara di depan hukum.

Kontribusi Perempuan dalam Penegakan Hukum

Prof Nurul Barizah menegaskan bahwa peran perempuan itu sangat signifikan dalam memberikan kontribusi dalam penegakan di negara hukum. “Karena di dunia ini perempuan itu populasinya lebih dari 50%, demikian juga di Indonesia”,  ujar Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga tersebut.

Mirisnya, hingga hari ini dunia kita masih menempatkan perempuan hanya sebagai pelengkap kepentingan laki-laki (subordinasi), dan peminggiran dari dunia pendidikan, politik, ekonomi, sosial, hukum, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

KB dan Politik Negara

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Dengan demikian, esensi hukum kita pandang sebagai instrumen yang dimotivasi untuk terciptanya keadilan, serta sebagai kesatuan sistem pengetahuan yang merespon kesenjangan sosial. Sehingga dengan peran perempuan itu lantas akan mewakili suara pengalaman perempuan. Tujuannya sebagai sarana dalam menciptakan sistem hukum yang bersukma keadilan hakiki bisa terwujud.

Dalam buku Nalar Kritis Muslimah, Bu Nyai Nur Rofiah mengusung keadilan hakiki dengan menyetarakan laki-laki dan perempuan. Keadilan hakiki dapat kita raih apabila laki-laki dan perempuan dapat menjadi subjek penuh dalam sistem sosial. Tidak ada lagi  yang merasa tertindas dan menindas.

Lebih lanjut Bu Nur juga menegaskan bahwa perspektif keadilan hakiki penting untuk memahami kemaslahatan. Tujuannya agar bisa sampai pada kemaslahatan yang hakiki bagi perempuan dalam berbagai aspek. Terutama di bidang hukum.

Keterwakilan Perempuan masih Minim

Di samping itu, dalam tataran penegakan hukum, aparat penegak hukum mayoritas masih didominasi oleh laki-laki, seperti pada kepolisian. Meski kini mulai banyak perempuan yang memegang jabatan tinggi pada lini bidang hukum, tetap sebagian besar laki-laki. Representasi 30% perempuan di parlemen bermaksud untuk memperbaiki sistem yang diskriminatif ini.

Tetapi sampai saat ini keterwakilan perempuan belum memberi kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktur masyarakat atau sistem hukum yang tidak biased gender. Mengingat hal ini peran perempuan dalam menyuarakan pengalaman perempuan sangat kita perlukan, agar narasi penegakan hukum seimbang demi mewujudkan keadilan hakiki.

Hal ini membutuhkan proses yang tidak semudah membalikkan telapak tangan, hukum dapat menjadi alat untuk mengubah itu. Disinilah keterlibatan perempuan secara langsung dalam perumusan hukum tersebut menjadi amat penting demi terwujudnya prinsip negara hukum bersukma keadilan hakiki.

Selain itu, memberikan kepastian hukum dan tidak ada diskriminasi gender dalam kehidupan bermasyarakat. Harapannya, aparat hukum memiliki persektif perempuan demi mendorong Indonesia menjadi lebih ramah gender. Yakni dengan menciptakan hak-hak yang terjamin secara hukum di lingkungan masyarakat yang hidup di negara Indonesia yang berlandaskan hukum ini. []

 

Tags: demokrasiGenderkeadilanKesetaraanKeterlibatan Perempuanpolitik
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version