Mubadalah.id – Feminisme Islam adalah perspektif yang berasal dari pengalaman hidup perempuan-perempuan muslim di seluruh dunia dalam cara mereka beragama, dan perjuangan mereka untuk menghancurkan patriarki. Konsep ini bisa berupa karya akademik, pergerakan akar-rumput, dan lain sebagainya.
Apa saja prinsip Feminisme Islam?
Feminisme Islam berdiri di atas fondasi al-Qur’an, tradisi kenabian, dan pengalaman perempuan-perempuan muslim dalam menghadapi patriarki. Feminisme Islam berakar di sejarah Islam dan kehidupan Muslim di masa kini, masa lalu, dan masa sekarang. Secara Qur’ani, Feminisme Islam memegang prinsip kesamaan moral-spiritual antara perempuan dan laki-laki, yang berasal dari kesamaan proses penciptaan.
Secara sirah Nabi, Feminisme Islam berpegang pada prinsip kemanusiaan dan keadilan yang dipraktikkan Nabi Muhammad selama hidup tanpa memandang gender dan seks. Secara teologis, Feminisme Islam berpegang kepada prinsip tauhid.
Prinsip ini berarti bahwa semua manusia sama, tanpa memandang gender, seks, ras, dan lain-lain. Prinsip ini juga berarti bahwa laki-laki tidak dapat mengklaim diri sebagai makhluk yang lebih tinggi dari perempuan secara moral-spiritual.
Mengapa memakai istilah ‘feminisme’?
Pertama, karena ‘feminisme’ sebagai simbol perjuangan perempuan sudah banyak dikenal secara global. Kedua, sebagai bentuk protes atas dominasi neo-imperialis Barat yang memaknai perjuangan perempuan sebagai hal yang khusus dimiliki oleh perempuan Barat. Ketiga, sebagai ekspansi ideologis dari makna ‘feminisme’ sehingga bisa mencakup kehidupan perempuan non-kulit putih.
Bagaimana mempraktikkan Feminisme Islam? Membaca dan memaknai al-Qur’an secara kritis tentang posisi perempuan di dalamnya; Menampilkan hadis-hadis dan narasi kenabian yg menampilkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan; Berpartisipasi dalam advokasi hak-hak perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya; dan sebagainya.
Feminisme Islam dalam konteks sejarah Islam
‘Feminisme’ adalah hal modern yang baru muncul pada abad ke-19. Jadi, tidak ada ‘feminisme’ dalam sejarah Islam dari abad ke-7. Yang ada dalam sejarah Islam adalah perjuangan perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya yang menentang hegemoni dalam bentuk apapun. Yang ada adalah praktik keadilan dan kemanusiaan terhadap kelompok-kelompok marjinal dan perempuan, yang pada saat ini kita sebut sebagai ‘feminisme’ sampai abad ke-18.
Muhammad bukan feminis dalam artian sekarang. Jika ada prilaku Nabi yang membela perempuan, maka hal itu berdasarkan prinsip kemanusiaan dan keadilan dalam al-Qur’an, bukan berdasarkan prinsip ‘feminisme’ seperti sekarang. Namun, Nabi bisa menjadi contoh perjuangan feminisme.
Apakah Islam benci terhadap perempuan?
Bedakan antara ‘Islam’ dengan ‘Muslim’. ‘Islam’ adalah sekelompok tradisi dengan berbagai ekspresinya di penjuru dunia. Praktik-praktik misoginis hanya bisa dilakukan oleh ‘Muslim’, bukan oleh ‘Islam’. ‘Islam’ adalah benda mati, yang menghidupkannya adalah ‘Muslim’.
Apakah ‘Feminisme Islam’ adalah sebuah kontradiksi?
Tentu tidak. ‘Feminisme’ sebagai ideologi merupakan ruang terbuka yang bisa diisi dengan berbagai pengalaman hidup perempuan. Jika pegangan hidup seorang perempuan adalah al-Qur’an dan tradisi keislaman dalam melawan patriarki, maka ia sedang mempraktikkan Feminisme Islam.[]