• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan dalam Lagu Runtah

Apakah lagu ”runtah” itu tidak semakin menebalkan prasangka yang sudah tidak adil terhadap perempuan ya?

Ahsan Jamet Hamidi Ahsan Jamet Hamidi
23/10/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Lagu Runtah

Lagu Runtah

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika remaja, saat mulai belajar bermain gitar, saya sering memainkan lagu-lagu Doel Sumbang. Karakter lagu-lagunya ringan, renyah, mudah dan enak di telinga. Ada ratusan karyanya yang berhasil menembus dapur rekaman dan cukup populer sejak tahun 80 an. Salah satu lagu yang cukup terkenal dan tersebar di media sosial saat ini adalah “Runtah”.

Berikut syair lagu berbahasa Sunda tersebut sekaligus artinya dalam Bahasa Indonesia.

Runtah (Sampah)

 Panonna alus, irung alus, biwir alus
Ditempo ti harep ti gigir mani mulus
Ngan hanjakal pisan kalakuan siga setan
Gunta-ganti jalu teu sirikna unggal minggu

(Matanya bagus, hidungnya bagus, bibirnya bagus
Dilihat dari depan dari samping sangat mulus
Tapi sayang sekali kelakuannya seperti setan
Sering berganti lelaki dalam setiap minggunya)

 Naha kunaon nu geulis loba nu bangor?
Naha kunaon nu bangor loba nu geulis?
Sigana mah ngarasa asa aing hade rupa
Bisa payu ka sasaha tungtungna jadi cilaka

Baca Juga:

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

(Kenapa orang cantik banyak yang nakal?
Kenpa orang nakal banyak yang cantik?
Mungkin sadar diri kalau mukanya cantik
Siapa saja mau ujung-ujungnya celaka)

 Kulit kelir koneng cangkang cau
Huntuna bodas tipung tarigu
Biwir beureum-beureum jawer hayam
Panon coklat kopi susu

(Kulitnya kuning langsat seperti warna kulit pisang
Giginya putih seputih tepung terigu
Bibirnya merah merona seperti jengger ayam
Matanya coklat kopi susu)

Ngan naha atuh beut dimumurah?
Geblek hirup daek jadi Runtah
Ulah bangga bisa gunta-ganti jalu
Komo jeung poho dibaju

(Tapi kenapa sih murahan banget?
Bodoh hidup kok mau jadi sampah
Jangan bangga sering berganti lelaki
Apalagi sampai lupa pake baju)

Sejarah Penciptaan Lagu

Syair lagu ”Runtah” yang berarti ”Sampah” ditulis oleh Doel Sumbang pada tahun 1992. Beberapa puluh tahun kemudian menjadi lebih popular ketika dinyanyikan Azmy Z. Pada channel youtube saja sudah bisa menembus lebih dari 7 juta penonton.

Dalam sebuah tayangan video di Youtube, saya melihat Kang Sule juga menyanyikan lagu ini bersama Doel Sumbang. Awalnya, saya tidak tahu arti lagu berbahasa sunda itu. Namun cukup terkesan oleh gaya Kang Sule. Ketika menyanyikan lagu itu, diksinya sangat jelas, penuh tekanan, saat menyebut kata ”setan”. Rasa penasaran itu mendorong saya untuk mencari padanan bahasa Indonesia dari lagu Runtah itu.

Dalam sebuah wawancara di media detik.com, Senin, 24 Okt 2022.

“Lagu Runtah ini bukan semata-mata saya membenci kaum perempuan, justru saya sangat mencintai perempuan dan menghormati perempuan. Karena ibu saya perempuan, istri saya perempuan, anak saya perempuan,” ucapnya di Majalengka, pada Minggu (23/10/2022).

“Lagu ini tercipta karena saya prihatin dengan keadaan saat ini. Saya harap lagu ini bisa menjadi ‘pepeling’ bagi kaum perempuan”. Demikian pesannya.

Melihat Sisi Lain

Saya mempercayai pengakuan Doel Sumbang, bahwa proses penciptaan lagu ini berasal dari sebuah pengamatan personalnya. Untuk itu, saya menghargainya sebagai sebuah karya cipta seni. Saya meletakkannya dalam ruang kebebasan berekspresi yang sama-sama harus kita rawat bersama.

Saya berusaha memahami arti dari syair lagu tersebut. Setelah mengerti, ketika lagu tersebut kita dendangkan, rasannya ada yang mengusik hati. Saya jadi ingat ibu, istri, anak perempuan, saudari, serta teman-teman dekat, para perempuan yang telah sangat berjasa dan menjadi tauladan baik dalam hidup saya.

Saya mengalami perasaan yang campur aduk. Antara sedih, ingin memberontak, hingga menghiba. Semoga sifat buruk seperti yang tersebutkan dalam syair lagu itu dijauhkan dari ibu, istri, anak dan teman-teman perempuan. Saya tidak sanggup membayangkan wajah-wajah mereka yang begitu tulus dan baik itu harus terlebeli dengan runtah, seperti yang ada dalam syair lagu itu.

Mengapa perasaan itu muncul? Mungkin, karena pada sisi kehidupan dunia yang lain, ada peristiwa yang lebih buruk, namun tidak terangkat dalam sebuah syair lagu. Misalnya cerita tentang seorang laki-laki yang tega membunuh perempuan, lalu menyetubuhi mayatnya. Ada yang rela menyeret tubuh kekasih perempuannya, lalu melindasnya dengan mobil hingga tamat. Duh, betapa biadabnya perilaku laki-laki seperti itu.

Menebalkan Prasangka

Saya sedang mengapresiasi perjuangan kawan-kawan yang sedang gigih melawan maraknya prasangka, yang bermuara pada adanya ketidak-adilan perlakuan dan pembagian peran, terutama kepada perempuan. Saya bertanya di dalam hati, apakah lagu ”runtah” itu tidak semakin menebalkan prasangka yang sudah tidak adil terhadap perempuan ya?

Sebuah tanya yang sulit untuk bisa saya jawab. Pertanyaan itu muncul dari kegalauan sikap pribadi saya yang hidup dalam budaya patriarkis. Dalam budaya yang permisif terhadap prasangka, yang selalu menyalahkan perempuan, ketika ada masalah dalam relasinya dengan laki-laki.

Saya tidak bisa membenarkan ketidakadilan yang sudah ada sejak dalam tahap niat itu. Membiarkan tumbuhnya prasangka yang menganggap perempuan sebagai biang keladi dalam setiap peristiwa retaknya sebuah hubungan antar dua manusia.

Faktanya, masalah yang muncul dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, bisa datang dari siapa saja. Ia tidak mengenal jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan, selalu memiliki dua sisi. Ada baik dan buruk. Ia terus ada dan muncul secara berimbang. Sikap selalu menyalahkan orang yang dipersepsi lemah, biasanya dilakukan oleh para pengecut. Oleh mereka yang sedang merasa punya kuasa, hingga leluasa untuk menindas yang lemah. []

Tags: Doel SumbangLagu RuntahperempuanPrasangkaReview Lagustigma
Ahsan Jamet Hamidi

Ahsan Jamet Hamidi

Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Terkait Posts

Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version