Mubadalah.id – Ihsan secara literal berarti berbuat baik. Ia sering juga disebut Pertan yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai “budi pekerti”. Ia bisa baik atau terpuji (akhlak mahmudah) dan bisa pula buruk atau tercela (akhlak madzmumah).
Inti ihsan adalah menghadirkan Tuhan di dalam diri, menyucikan hati, dan menghadirkan kebaikan kepada semua makhluk Tuhan.
Dalam hadits Nabi Saw, ihsan bisa kita maknai sebagai “Anda mengabdi kepada Tuhan seakan-akan melihat-Nya atau Anda selalu merasa Tuhan selalu melihat Anda.”
Ihsan atau akhlak seluruhnya berisi pesan-pesan kesalehan dan moralitas kemanusiaan. Ihsan atau al-akhlak al-hasanah merupakan tujuan puncak manusia dalam kehidupan bersamanya.
Dalam mewujudkan relasi antar manusia yang dilandasi kesalehan sosial dan nilai-nilai moral universal ini adalah misi kenabian Muhammad Saw: “Bu’itstu li utammima makarim al-akhlak.” (Aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan budi pekerti yang terpuji).
Secara implementatif, ia berisi, antara lain adalah: kejujuran, ketulusan, kesederhanaan, kesabaran, kedermawanan, menjaga kehormatan diri, menjaga kepercayaan menghargai orang lain. Serta tidak mencaci-maki atau merendahkannya, tidak melakukan penyelewengan terhadap hak orang lain, tidak kikir, tidak menipu, tidak berkhianat, dan sebagainya.
Secara singkat, akhlak berarti cara-cara berkehidupan yang menghargai hak-hak dasar yang melekat pada setiap manusia. Akan tetapi, lebih dari itu, ihsan/akhlak juga berarti bertindak santun, kasih, dan berbuat baik kepada semua ciptaan Tuhan, bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada alam.
Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan, “Sungguh, Tuhan mencintai kebaikan terhadap segala hal. Maka, jika kamu menyembelih binatang, maka sembelihlah dengan cara yang baik.” []