• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Saat Rabi’ah Al-Adawiyah Menelusuri Jalan Cahaya

Cinta Rabi'ah kepada Tuhan sedemikian rupa hebatnya, sehingga ia siap menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada-Nya.

Redaksi Redaksi
13/03/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Saat Rabi'ah al-Adawiyah

Saat Rabi'ah al-Adawiyah

411
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rabi’ah al-Adawiyah menempuh dan menjalani hidupnya sebagai “abidah”, pengabdi Tuhan sebagaimana biarawati di dunia Kristen. Ia menyusuri jalan cahaya, mengunjungi pengajian para sufi, di kota itu.

Antara lain, Rabi’ah al-Adawiyah mengunjungi Hasan al-Bashri, pemimpin para sufi terkemuka pada zaman itu. Hampir semua sufi berguru kepada Hasan al-Bashri.

Banyak teman mengolok-olok sikap hidup Rabi’ah itu. Mereka seperti tak setuju dengan jalan hidup barunya. Mengenai hal itu, ia mengatakan,

“Wahai Tuhan, mereka mencemoohku, lantaran aku mengabdi hanya kepada-Mu. Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, aku akan mengabdi kepada-Mu dengan seluruh darah dan napasku.”

la menggubah puisi indah:

Baca Juga:

Senyuman Paus Fransiskus: Warisan Damai yang Menyala

Islam dan Kesetaraan Gender: dari Kegelapan Menuju Cahaya

Al-Qur’an Membebaskan Manusia dari Situasi Dunia Gelap Menuju Cahaya

Berbahagialah Menyambut HUT Kemerdekaan RI Ke-79 Tanpa Memblokade Jalan Umum

Duhai yang berjanji menyambut dengan riang kekasih-Nya.
Duhai Kau yang tak ada yang lain yang aku harapkan.

Rabiah juga sering kali mengunjungi ahli fiqh, seorang mujtahid sekaligus sufi besar, Sufyan ats-Tsauri.

Begitu pula sebaliknya, Ats-Tsauri sering mengunjungi Rabi’ah. Keduanya Saling belajar dan terlibat dalam dialog-dialog intens tentang cinta Tuhan yang sering membuat keduanya menangis dalam “khauf” (khawatir, cemas) dan “raja” (berharap akan kasih Tuhan).

Konon, pada awal perjalanan spiritualnya, Rabi’ah dibimbing seorang sufi perempuan: Hayyunah. Puisi tersebut berasal darinya. Rabi’ah suatu saat mendengarkan temannya bersenandung cinta kepada Tuhan:

Duhai Kekasihku satu-satunya.
Engkau yang memberiku kegembiraan membaca tiap malam.
Lalu, Engkau lepaskan aku ketika siang datang.
Duhai Tuhanku, aku ingin seluruh siang adalah malam agar aku selalu mesra bersama-Mu.

Cinta Rabi’ah kepada Tuhan sedemikian rupa hebatnya, sehingga ia siap menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada-Nya.

Rabi’ah al-Adawiyah menerima apa pun yang dilakukan sang Kekasih (Allah), bahkan rela jika sang Kekasih memasukkan dirinya ke dalam neraka sekalipun. []

Tags: CahayajalanMenyusuriRabi'ah al-Adawiyah al-Bashriyyah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID