Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, dunia media sosial dikagetkan dengan kasus seorang ibu yang mencabuli anak kandungnya sendiri. Pencabulan tersebut ia rekam dan ia sebarkan melalui akun TikTok pribadinya, kemudian viral di X dan akhirnya pelaku pun ditangkap dan dijatuhi hukuman.
Melansir dari Tempo.co, kasus pencabulan itu dilakukan oleh seorang ibu berinisial R (22 tahun) kepada anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun itu terjadi di sebuah rumah yang ada di wilayah Pondok Betung, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Kronologi ibu mencabuli anak bermula saat pelaku mendapatkan pesan atau Direct Message (DM) dari seseorang yang mengaku bernama Icha Shakila di Facebook. Icha menawarkan R uang sebesar Rp 15 juta jika dia mau mengirimkan foto tanpa busana.
Setelah akun Icha diduga meminta R untuk berhubungan seks dengan anaknya sendiri. Akan tetapi, imbalan Rp 15 juta yang dijanjikan kunjung dibayarkan. “Karena diancam, menurut keterangan tersangka, akhirnya melakukan pencabulan.”
Membaca kasus tersebut membuat saya merinding dan sedih, bagaimana bisa seorang ibu tega melakukan pencabulan kepada anak kandungnya sendiri. Apakah ia tidak tau bahwa tindakan tersebut selain melukai fisik anak, juga akan menimbulkan luka serta trauma yang berkepanjangan.
Di sisi lain, Vera Itabiliana, S.Psi., Psikolog juga menyebutkan bahwa salah satu dampak yang akan dialami oleh korban pencabulan adalah ia bisa jadi ia terdorong untuk melakukan hal yang sama pada orang lain. Baik di usia anak, maupun di masa depan. Karena itu, korban harus beul-betul mendapatkan pendampingan, agar bisa pulih kembali.
Tips Mencegah Korban tidak Jadi Pelaku KS
Melansir dari klikdokter.com setidaknya ada lima cara agar anak yang menjadi korban pencabulan dapat pulih kembali dan tidak menjadi pelaku kekerasan seksual. Pertama, berikan perhatian dan kasih sayang.
Ikhsan Bella Persada, seorang psikolog menyebutkan bahwa salah satu cara mencegah anak melakukan pelecehan seksual bisa diawali dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh pada anak. Begitu pun pada anak yang menjadi korban pancabulan.
Dengan cara ini, anak tidak merasa kesepian dan secara perlahan traumanya sembuh. Hingga akhirnya ia bisa tumbuh dengan baik dan bisa terus menerima kondisinya sendiri.
Kedua, memberikan pendidikan seksual. Penting bagi orang tua untuk memberikan pendidikan seksual pada anak sejak dini. Tujuannya adalah agar anak memahami batasan-batasan privasi mengenai tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain
Menurut Ikhsan, pendidikan seks pada anak juga kita perlukan agar anak bisa memahami dampak yang terjadi jika ia melewati batasan-batasan tersebut. Sehingga dalam masa pertumbuhannya, anak akan berlatih melakukan batasan diri, baik dengan orang tuanya maupun dengan orang-orang di sekitarnya.
Ketiga, ajari dan berikan contoh yang baik. Cara pencegahan pelecehan seksual selanjutnya, yaitu dengan mengajari dan memberikan contoh kepada anak mengenai perilaku yang baik terhadap orang lain.
Mama-Papa bisa mengajarkan si kecil untuk selalu berempati dan peduli terhadap perasaan orang lain. Tanamkan pula kepadanya untuk selalu menghormati perbedaan. Ajak anak untuk menghormati teman dengan jenis kelamin, agama, etnis, maupun latar belakang ekonomi yang berbeda.
Tujuannya adalah agar si kecil memiliki interaksi positif dengan orang lain, mampu mengekspresikan emosinya secara efektif, dan memiliki hubungan baik dengan siapa pun.
Untuk mengasah keterampilan tersebut, Mama-Papa bisa meminta anak berpartisipasi dalam kegiatan rutin, seperti melakukan pekerjaan rumah, merawat saudara kandung, dan berinteraksi dengan keluarga besar.
Menurut penelitian dari National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, anak dengan kemampuan sosial yang baik akan lebih mandiri, bertanggung jawab, dan mampu mengendalikan hidupnya dengan baik.
Mendapatkan Kesejahteraan Emosional
Keempat, pastikan anak mendapatkan kesejahteraan emosional. Pola asuh orang tua berperan penting dalam cara anak mengelola emosi dan perilakunya. Karena itu, dukung kesehatan mental anak dengan memenuhi kesejahteraan emosinya secara positif.
Mama-Papa bisa menanamkan afirmasi positif kepada anak. Biasakan pula untuk menyampaikan dan melakukan tindakan yang mencerminkan cinta, kasih sayang, dan rasa hormat kepada sesama.
Dengan begitu, setiap orang tua dapat membantu anak untuk memiliki perasaan dan cara pandang yang positif, mengontrol emosi, mengasah kemampuannya dalam mengatasi situasi penuh tekanan dan ketakutan, serta belajar menerima kekecewaan.
Dukungan dari orang tua juga berguna mengurangi risiko anak mengalami kecemasan dan depresi yang bisa mengganggu proses adaptasi di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat.
Kelima, pantau lingkungan sekitar anak. Setiap orang tua perlu memantau lingkungan di sekitar anak. Lingkungan pertemanan bisa memengaruhi perilaku, bahasa, dan perkembangan si kecil. Umumnya, anak akan mencontoh hal-hal yang orang di sekitar mereka lakukan. Anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba hal baru.
Karena itu, agar anak tidak menjadi pelaku pelecehan seksual, pastikan anak berada di lingkungan yang positif. Begitu pun, dalam kasus di atas. Korban harus segera kita berikan perlindungan dan pendampingan. Jika perlu, ia harus kita pisahkan dari orang tua yang mencabulinya.
Hal ini bertujuan supaya anak tidak terus mengalami kekerasan seksual, dan secara perlahan ia juga bisa sembuh dari trauma yang akibat dari ibunya.
Itu lah lima tips, agar korban kekerasan seksual dapat pulih dan tidak terjerumus menjadi pelaku kekerasan seksual. Tentu saja lima hal ini tidak mudah untuk dilakukan, terutama jika pelakunya justru orang terdekat.
Maka dari itu, kita semua harus sama-sama memberikan dukungan dan perlindungan pada anak-anak, supaya tidak menjadi korban kekerasan seksual. Baik di lingkungan keluarga, sekolah dan yang lainnya. []