• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Clash of Champions: Ketika Keluarga Menjadi Support System dalam Pendidikan

Kehadiran Clash of Champions yang menampilkan putra-putri bangsa berprestasi menjadi angin segar di tengah-tengah tontonan yang minim edukasi

Khairun Niam Khairun Niam
04/07/2024
in Publik
0
Clash Of Champions

Clash Of Champions

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan ini publik sedang ramai membincangkan sebuah acara yang tayang dalam chanel youtube Ruangguru, yaitu Clash of Champions. Acara dengan tema game show ini tayang perdana pada 2 Juli 2024 dan langsung menembus 3 jt view . Lalu pada episode kedua dengan 2,4 jt view di chanel youtubenya. Acara dengan durasi kurang lebih 40 menit tersebut berhasil menarik perhatian masyarakat, khususnya para pemuda yang masih berstatus mahasiswa.

Sinopsis Clash of Champions

Mengutip dari ruangguru.com Clash of Champions merupakan sebuah game show yang diadakan oleh Ruangguru. Acara ini diikuti oleh 40 Mahasiswa berprestasi dari berbagai kampus ternama. Dalam game tersebut para peserta akan ditantang untuk menaklukkan berbagai rintangan yang menguras otak dan menguji mental.

Di tengah-tengah trend cek khodam, Clash of Champions yang ruang guru adakan juga turut ramai menjadi pembicaraan warga net. Bagaimana tidak, program ini diikuti oleh 40 mahasiswa berprestasi dari perguruan tinggi negeri dan swasta dalam negeri. Bertambah lagi 10 mahasiswa berprestasi lain yang berkuliah di luar negeri.

Konsep acara yang elegan dan menarik menjadikannya tontonan yang cukup seru. Kita bisa melihat sekumpulan orang-orang genius berkompetisi dengan menghitung dan menghafal. Bertambah lagi acara tersebut diselingi dengan curhatan para peserta ketika mereka mengomentari diri sendiri dan peserta yang lain, sehingga acara tersebut terlihat lebih dramatis.

Selain itu, foto mahasiswa yang tersajikan dalam bentuk pamflet dengan menampilkan instansi serta ragam prestasi yang para peserta miliki membuat “ke-geniusannya” semakin terlihat. Salah satu peserta yang menjadi perbincangan akhir-akhir ini adalah Shakira, Mahasiswa Kedokteran dari UI yang telah menulis 13 Jurnal scopus yang membuat netizen takjub dengan kecerdasannya. Hal ini bisa terlihat dari beberapa kolom komentar seperti “13 Jurnal Scopus? Nangis di pojokan deh, baru satu aja udah banyak ngeluh aku mah”.

Support System Tidak hanya Perihal Finansial

Kehadiran Clash of Champions yang menampilkan putra-putri bangsa berprestasi menjadi angin segar di tengah-tengah tontonan yang minim edukasi. Di sisi lain, acara tersebut juga menampakan bahwa para peserta bukanlah berasal dari keluarga yang “biasa-biasa saja”.

Baca Juga:

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Surat yang Kukirim pada Malam

Perlu penulis tegaskan, “biasa-biasa saja” tidak hanya tentang finansial yang dapat menunjang kemampuan, melainkan hadirnya keluarga yang menjadi support system adalah sebab utama seseorang bisa melangkah lebih jauh.

Dalam hal ini para peserta Clash Of Champions adalah mereka yang memilki privillage dari orang tuanya dan lagi-lagi ini bukan tentang materi. Kalau kita perhatikan sebagian para peserta Clash Of Champions sepertinya memang tampak bukan berasal dari keluarga yang sederhana.

Walaupun begitu, privilege di sini tidak hanya tentang materi saja. Mempunyai sosok keluarga yang full support terhadap hobi dan kemampuan yang anak miliki  juga merupakan privilege tersendiri.

Perbedaannya hanyalah anak yang mempunyai kemampuan akan lebih mudah untuk mencapai masa depan cerah karena berangkat dari latar belakang keluarga yang mapan dan dukungan fasilitas yang mapan pula. Sedangkan, anak yang memiliki kemampuan tetapi berasal dari keluarga sederhana, akan lebih sulit karena harus berusaha lebih keras untuk meraih impiannya.

Golongan kedua inilah keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi anak. Karena faktanya banyak anak cerdas tetapi berasal dari keluarga kurang mampu.

Di sini dapat kita pahami bahwa support system yang baik tidak hanya berbentuk finansial melainkan memiliki orang tua yang memahami pentingnya sebuah pendidikan merupakan support system tersendiri bagi anak.

Keluarga Sehat Menghasilkan Anak yang Hebat

Sebenarnya sub judul ini penulis terinspirasi dari akun tiktok @dindalimunthe. Menurut penulis, apa yang Dinda tulis itu merupakan fakta yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Masih banyak di sekitar kita yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi tidak mendapatkan kesempatan karena terhalang finansial.

Oleh sebab itu di sini penulis mengambil sub keluarga sehat dapat menghasilkan anak yang hebat karena menurut penulis sendiri, keluarga yang sehat tidak hanya tentang finansial semata. Melainkan keluarga yang sehat adalah keluarga yang sehat dari segala hal, finansial, pemikiran, dan mental.

Jika tidak memiliki ketiganya minimal orang tua harus memiliki dua di antara tiga unsur tersebut. Yaitu mental dan pemikiran. Di sekitar penulis sendiri banyak yang secara finansial mereka biasa saja bahkan ada yang orang tuanya tidak sekolah, tetapi anaknya berhasil sampai sarjana. Ini membuktikan bahwa tidak memiliki privillage dari keluarga karena finanisal yang tidak mencukupi bukan penghalang untuk melanjutkan pendidikan.

Memetik Pelajaran dari Clash of Champions

Dari Clash of Champions kita dapat mengambil beberapa pelajaran di antaranya.

Pertama, selain finansial, orang tua yang paham pentingnya pendidikan adalah support system terbaik dalam mendukung kemampuan anak.

Kedua, pentingnya fokus dan mendalami potensi dalam diri karena semakin jauh seseorang mendalami kemampuan yang ia miliki, maka akan mendapatkan hasil yang sepadan dengan usahanya. Bonusnya adalah mereka akan bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama.

Ketiga, Clash of Champions juga dapat menjadi motivasi bagi generasi muda-mudi Indonesia agar belajar lebih giat lagi dalam belajar. Wallahua’lam. []

Tags: Clash Of ChampionskeluargaparentingpendidikanprestasiRuangguru
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID