• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Clash of Champions: Ketika Keluarga Menjadi Support System dalam Pendidikan

Kehadiran Clash of Champions yang menampilkan putra-putri bangsa berprestasi menjadi angin segar di tengah-tengah tontonan yang minim edukasi

Khairun Niam Khairun Niam
04/07/2024
in Publik
0
Clash Of Champions

Clash Of Champions

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan ini publik sedang ramai membincangkan sebuah acara yang tayang dalam chanel youtube Ruangguru, yaitu Clash of Champions. Acara dengan tema game show ini tayang perdana pada 2 Juli 2024 dan langsung menembus 3 jt view . Lalu pada episode kedua dengan 2,4 jt view di chanel youtubenya. Acara dengan durasi kurang lebih 40 menit tersebut berhasil menarik perhatian masyarakat, khususnya para pemuda yang masih berstatus mahasiswa.

Sinopsis Clash of Champions

Mengutip dari ruangguru.com Clash of Champions merupakan sebuah game show yang diadakan oleh Ruangguru. Acara ini diikuti oleh 40 Mahasiswa berprestasi dari berbagai kampus ternama. Dalam game tersebut para peserta akan ditantang untuk menaklukkan berbagai rintangan yang menguras otak dan menguji mental.

Di tengah-tengah trend cek khodam, Clash of Champions yang ruang guru adakan juga turut ramai menjadi pembicaraan warga net. Bagaimana tidak, program ini diikuti oleh 40 mahasiswa berprestasi dari perguruan tinggi negeri dan swasta dalam negeri. Bertambah lagi 10 mahasiswa berprestasi lain yang berkuliah di luar negeri.

Konsep acara yang elegan dan menarik menjadikannya tontonan yang cukup seru. Kita bisa melihat sekumpulan orang-orang genius berkompetisi dengan menghitung dan menghafal. Bertambah lagi acara tersebut diselingi dengan curhatan para peserta ketika mereka mengomentari diri sendiri dan peserta yang lain, sehingga acara tersebut terlihat lebih dramatis.

Selain itu, foto mahasiswa yang tersajikan dalam bentuk pamflet dengan menampilkan instansi serta ragam prestasi yang para peserta miliki membuat “ke-geniusannya” semakin terlihat. Salah satu peserta yang menjadi perbincangan akhir-akhir ini adalah Shakira, Mahasiswa Kedokteran dari UI yang telah menulis 13 Jurnal scopus yang membuat netizen takjub dengan kecerdasannya. Hal ini bisa terlihat dari beberapa kolom komentar seperti “13 Jurnal Scopus? Nangis di pojokan deh, baru satu aja udah banyak ngeluh aku mah”.

Support System Tidak hanya Perihal Finansial

Kehadiran Clash of Champions yang menampilkan putra-putri bangsa berprestasi menjadi angin segar di tengah-tengah tontonan yang minim edukasi. Di sisi lain, acara tersebut juga menampakan bahwa para peserta bukanlah berasal dari keluarga yang “biasa-biasa saja”.

Baca Juga:

Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Kisah Nyata Kekerasan Finansial dan Pentingnya Perjanjian Pranikah

Perlu penulis tegaskan, “biasa-biasa saja” tidak hanya tentang finansial yang dapat menunjang kemampuan, melainkan hadirnya keluarga yang menjadi support system adalah sebab utama seseorang bisa melangkah lebih jauh.

Dalam hal ini para peserta Clash Of Champions adalah mereka yang memilki privillage dari orang tuanya dan lagi-lagi ini bukan tentang materi. Kalau kita perhatikan sebagian para peserta Clash Of Champions sepertinya memang tampak bukan berasal dari keluarga yang sederhana.

Walaupun begitu, privilege di sini tidak hanya tentang materi saja. Mempunyai sosok keluarga yang full support terhadap hobi dan kemampuan yang anak miliki  juga merupakan privilege tersendiri.

Perbedaannya hanyalah anak yang mempunyai kemampuan akan lebih mudah untuk mencapai masa depan cerah karena berangkat dari latar belakang keluarga yang mapan dan dukungan fasilitas yang mapan pula. Sedangkan, anak yang memiliki kemampuan tetapi berasal dari keluarga sederhana, akan lebih sulit karena harus berusaha lebih keras untuk meraih impiannya.

Golongan kedua inilah keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi anak. Karena faktanya banyak anak cerdas tetapi berasal dari keluarga kurang mampu.

Di sini dapat kita pahami bahwa support system yang baik tidak hanya berbentuk finansial melainkan memiliki orang tua yang memahami pentingnya sebuah pendidikan merupakan support system tersendiri bagi anak.

Keluarga Sehat Menghasilkan Anak yang Hebat

Sebenarnya sub judul ini penulis terinspirasi dari akun tiktok @dindalimunthe. Menurut penulis, apa yang Dinda tulis itu merupakan fakta yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Masih banyak di sekitar kita yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi tidak mendapatkan kesempatan karena terhalang finansial.

Oleh sebab itu di sini penulis mengambil sub keluarga sehat dapat menghasilkan anak yang hebat karena menurut penulis sendiri, keluarga yang sehat tidak hanya tentang finansial semata. Melainkan keluarga yang sehat adalah keluarga yang sehat dari segala hal, finansial, pemikiran, dan mental.

Jika tidak memiliki ketiganya minimal orang tua harus memiliki dua di antara tiga unsur tersebut. Yaitu mental dan pemikiran. Di sekitar penulis sendiri banyak yang secara finansial mereka biasa saja bahkan ada yang orang tuanya tidak sekolah, tetapi anaknya berhasil sampai sarjana. Ini membuktikan bahwa tidak memiliki privillage dari keluarga karena finanisal yang tidak mencukupi bukan penghalang untuk melanjutkan pendidikan.

Memetik Pelajaran dari Clash of Champions

Dari Clash of Champions kita dapat mengambil beberapa pelajaran di antaranya.

Pertama, selain finansial, orang tua yang paham pentingnya pendidikan adalah support system terbaik dalam mendukung kemampuan anak.

Kedua, pentingnya fokus dan mendalami potensi dalam diri karena semakin jauh seseorang mendalami kemampuan yang ia miliki, maka akan mendapatkan hasil yang sepadan dengan usahanya. Bonusnya adalah mereka akan bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama.

Ketiga, Clash of Champions juga dapat menjadi motivasi bagi generasi muda-mudi Indonesia agar belajar lebih giat lagi dalam belajar. Wallahua’lam. []

Tags: Clash Of ChampionskeluargaparentingpendidikanprestasiRuangguru
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Revisi Sejarah

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Raja Ampat

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

18 Juni 2025
Dokumen Abu Dhabi

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • SIS Malaysia

    Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID