Mubadalah.id – Diabetes melitus atau DM pasti bukan penyakit yang asing bagi kita semua. Penyakit yang terkenal dengan istilah silent killer atau membunuh secara perlahan, dan jadi ancaman umat manusia. Penyebab penyakit ini sebenarnya sangat kompleks dan banyak. Gejala yang penderitanya alami juga beragam sesuai dengan karakteristiknya. Tetapi, inti awal dari penyakit ini adalah dengan konsumsi gula yang berlebihan.
Gen-Z Belum Ada Habisnya
Manusia memang tampaknya akan lebih kompleks daripada sebelumnya. Ini merupakan salah satu fitrah Allah SWT dalam penciptaan manusia. Mereka dapat belajar, berkembang dan bertumbuh sesuai dengan kondisi alamnya. Jika mereka tidak dapat melakukan, maka mereka akan mengalami kepunahan seperti kisah manusia pada masa lalu.
Ya hal ini juga terjadi dalam generasi ini. Membahas generasi yang tak ada habisnya, tak lain adalah gen z. Generasi yang punya segudang talenta tetapi juga punya permasalahan yang sama. DM juga penyakit yang menghantui gen z sendiri. Jika dulu penyakit ini selalu dikaitkan dengan orang tua, tetapi kini diabetes bisa saja menyerang kita yang masih muda.
Konsumsi gula berlebih jadi salah satu penyebab penyakit ini. Walau tak menutup kemungkinan ada juga faktor lain seperti genetik yang menyebabkan 10-5% lebih rentan mengalami penyakit ini. Walau demikian, konsumsi gula berlebih masih jadi pedoman dalam penyebabnya. Jadi, faktor usia dan keturunan nyatanya tidak dapat membuat kita abai terhadap penyakit ini.
Penyuka Manis
Makanan dan minuman manis nyatanya juga sering masuk pada FYP kita dari berbagai sosial media yang kita punya. Video tersebut menunjukkan bagaimana lezat dan nikmatnya makanan atau minuman manis ini. Tak kadang yang awalnya dari FYP, jadi hal baru yang ingin mencoba dan salah satunya makanan atau minuman manis ini. Kita punya kepercayaan bahwa makanan atau minuman manis sering dapat mengembalikan mood yang kurang baik.
Makanan dan minuman manis sering jadi penguasa FYP. Kita tak ragu mencoba makanan atau minuman manis begitu saja. Apalagi jika makanan wtau minuman tersebut sudah masuk kategori viral. Orang akan dengan cepat dan berbondong-bondong mengkonsumsinya tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Hidup mengikuti tren juga bukan hal baru kan bagi generasi muda kini, atau yang biasa kita sebut sebagai gen z.
Nah tapi, gimana sebenarnya konsumsi makanan atau minuman manis yang terlalu berlebihan ini? Jawabnya ya sama, “Semua yang berlebihan, tidak baik”. Diabetes yang tadi dipercaya hanya menimpa orang tua dan berdasarkan keturunan dapat jadi penyakit banyak orang.
Standar konsumsi gula dalam sehari yaitu 4 sendok makan atau 50 gram perhari. Tetapi, bayangkan jika setiap pagi dan sore kita munum teh atau kopi yang punya kandungan gula 3-5 gram, plus dengan makanan lainnya seperti roti, buah dan dan lainnya juga mengandung gula tanpa kita sadari.
Jadi Generasi Diabetes?
Dari data kementrian kesehatan, 19,5 juta penderita diabetes pada tahun 2021, dan diprediksi akan meningkat pada angka 28,6 juta pada 2045. Ya bener 2045, bukannya jadi Indonesia Emas, bisa jadi Indonesia Diabetes. Tulisan ini tujuannya bukan buat menakuti-nakuti seperti hantu, cuma untuk membuat kita berpikir dan berdiskusi bersama terkait bahayanya si hantu ini.
Aku sendiri adalah punya turunan penyakit ini. Ketika itu masih teringat bagaimana kakek melawan penyakit ini. Melihat secara langsung bagaimana kondisi kakek ketika melawan penyakit ini buat aku sadar tentang bahayanya. Kemudian aku mendapat pelajaran untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi gula juga sudah ada dalam alam bawah sadar aku. Tapi, tidak semua orang dapat pengalaman dan pembelajaran yang sama.
Negara di Asia yang punya teknologi mumpuni seperti Singapura juga sedang melawan penyakit ini. Di Singapura, mereka melakukan label terkait kandungan gula pada makanan atau minuman kemasan. Selain itu, makanan dan minuman siap saji juga harus mencantumkan kadar gulanya dan juga skala kandungan gula tersebut.
Usaha seperti Singapura juga saya temukan di Indonesia. Walau hanya lewat video di salah satu minimarket di Indonesia itu dapat jadi salah satu usaha yang baik. Tetapi, saya juga menemukan komentar yang mempertanyakan bagaimana kebijakan ini nantinya. Ada yang berpendapat bahwa bisa saja produk tersebut menyogok pihak terkait agar produknya tidak mendapat label tinggi gula dan sebagai.
Gen-Z Bukan Generasi Diabetes
Pembahasan terkait diabetes hanya penyakit orang tua tampaknya harus kita tinggalkan jauh-jauh. Makanan dan minuman manis emang jadi mood booster sendiri bagi sebagian orang. Tapi membayangkan kaki atau bagian tubuh lain yang lama sembuh jika terluka adalah hal yang menyakitkan bukan?
Menjaga kesehatan adalah tugas pribadi kita, walau dengan regulasi dari pemerintah juga dapat membantu masyarakatnya agar hidup lebih sehat. Lihat konten mukbang di TikTok atau media sosial lain yang menggoda pasti tidak dapat terhindarkan.
Tetap sadar dengan apa yang kita konsumsi, berolahraga dan tidak keras kepala adalah tiga hal yang baik yang bisa kita lakukan dalam melawan hantu ini. Aku yakin, gen z dan prediksi itu hanya akan jadi prediksi jika kita semua mau belajar dan berubah.[]