• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Ajaran Stoisisme Memperkukuh Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam

Mazhab stoisisme mengingatkan kita untuk selalu menjaga hubungan sosial (hablum minannas) dengan menjaga kerukunan dan silaturahmi

Ni'am Khurotul Asna Ni'am Khurotul Asna
16/06/2022
in Publik
0
Ajaran Stoisisme

Ajaran Stoisisme

228
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ajaran stoisisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mengajarkan bagaimana kita sebagai manusia mampu mengelola, beradaptasi dari mental dan emosi dengan lebih tangguh dan bijak menjalani hidup.

Segala nilai dan konsep dari mazhab stoisisme dinilai cukup relevan dan begitu eksis dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari di zaman serba modern ini untuk berbagai kalangan umur dan tentunya tidak bertentangan dengan norma, nilai agama, dan paham yang telah mapan menjalar di komunitas.

Meskipun aliran filsafat ajaran stoisisme ini terbilang sangat tua karena didirikan di awal abad ke-3 SM oleh Zeno dan dikembangkan oleh filsuf stoa lain seperti Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca. Kita dengan mudahnya dapat memahami ajaran stoisisme ini dengan mudah dan santai karena sangat realistis dengan kehidupan.

Tidak dipungkiri setiap orang pasti berpengalaman kaitannya dengan mental dan emosi ketika berhubungan sosial dengan orang lain dan dampak yang dijalani dari perilaku sehari-harinya dengan alam.

Ajaran stoisisme mengajarkan kepada kita untuk “hidup selaras dengan alam” (in accordance with nature). Artinya, bukan hanya tentang cara, solusi atau dampak menghadapi perubahan lingkungan hidup saja. Tetapi kita diajak untuk lebih menyadari bahwa kita hidup dengan menggunakan nalar secara beriringan dalam meraih kebahagiaan saat hidup bersosial, menerima keberadaan dan nasib kita sebagai bagian dari semesta, serta mau beradaptasi dengan apa yang terjadi dengan alam sejauh yang dapat kita kontrol tapi tidak untuk merubahnya.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Ajaran Stoisisme dalam Hablum Minannas

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam berhubungan baik dengan pamannya Abu Thalib yang non muslim. Tak pernah sekalipun berperilaku tak pantas, Nabi sendiri selalu bersikap hormat padanya. Begitu juga sebaliknya, Abu Thalib pun berperilaku baik pada nabi, beliau kerap mendukung dan memberi perlindungan pada nabi semampunya.

Dari sikap Nabi dan pamannya, kita dapat belajar bahwa kita harus belajar untuk tetap berperilaku baik pada orang lain dan jangan sampai mengisolasi diri. Mazhab stoisisme mengingatkan kita untuk selalu menjaga hubungan sosial (hablum minannas) dengan menjaga kerukunan dan silaturahmi.

Terkadang beberapa pengalaman berhubungan kepada orang lain membuat kita terprovokasi sehingga memancing emosi negatif muncul dan berdampak negatif pada hubungan sosial kita.

Kembali pada hidup selaras dengan alam, bagaimana kita menggunakan nalar kita untuk berpikir apa penyebab ketika mudah terpancing dari perilaku dan penilaian orang lain. Kita perlu menyadari bahwa diri sendiri yang bertanggung jawab jika merasa tersinggung, marah, dan bukan orang lain. Pun menyadari dengan kerendahan hati dan tidak sempurnanya kita juga dapat menjadi penyeimbang.

Orang Jepang terkenal dengan kebiasaan hidupnya yang baik dengan menciptakan ikigai (alasan menemukan makna hidup), salah satunya dengan selalu tersenyum dan bersikap ramah pada orang lain, tidak mengisolasi diri sampai hari tua tapi menciptakan koneksi pada dunia mereka sendiri menjadi salah satu tips berumur panjang dan berdampak baik pada kesehatan.

Meskipun beberapa permasalahan hubungan sosial yang ada seperti relasi pertemanan palsu yang malah terbentuk akhirnya berdampak buruk dan dapat kita hindari dengan menjaga kualitas bersosial kita dengan lingkungan sekitar yang lebih baik. Maka, ajaran stoisisme memperkukuh hablum minannas, dan kita bisa mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ajaran Stoisisme dalam Hablum Minal Alam

Hidup berhubungan dengan alam menjadi ikhtiar yang tak lepas dari makhluk hidup untuk tetap bertahan. Maka dari itu, adanya keterkaitan dan kesinambungan erat menjadi daur yang terus berulang demi keberlangsungan hari demi hari. Konsep hidup selaras dengan alam dari ajaran stoisisme menuntut kita menyadari adanya keterkaitan (interconnectedness) di kehidupan ini.

Semua peristiwa yang ada dalam dunia ini adalah hasil rantai peristiwa yang panjang. Seperti kemunculan Covid-19 yang sampai saat ini melanda dunia, banyak sekali pendapat ahli yang mengemukakan asal muasal penyebab tapi kita tak jarang terjebak dengan kebenarannya. Virus yang terus bermutasi muncul dari keterkaitan asal dengan virus sebelumnya. Maka sadar akan keterkaitan segala hal di alam ini membantu kita mengerti dan lebih menerima mengapa pandemi bisa terjadi.

Fenomena yang tak kalah mencengangkan juga hadir dari berita kerusakan iklim yang bertebaran mengabarkan dampak buruk bisa kapan saja terjadi menerpa kita dan lagi-lagi berasal dari mata rantai peristiwa yang sedang dan telah terjadi. Maka alih-alih merenunginya, ajaran stoisisme mengajarkan kita untuk tidak hanya meratapi segala peristiwa tapi mencari solusi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah segala hal buruk akan terjadi pada diri.

Begitu banyak rentetan peristiwa yang terjadi, ajaran stoisisme menganggap bahwa pandemi dan peristiwa alam lainnya adalah hal yang terjadi di luar kendali manusia. Perspektif stoa mengatakan peristiwa alam adalah hal yang netral terjadi dan menjadi bagian dari kehidupan dan sejarah manusia.

Maka, konsep memahami hidup selaras dengan alam menyadarkan kita bahwa sebagai makhluk hidup bernalar adalah keharusan kita belajar untuk menerima apa yang sedang terjadi, dalam halnya nasib karena segala kejadian merupakan rentetan dari perlakuan kita dan kejadian sebelumnya hingga akhirnya mendorong untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada. []

 

 

 

 

 

Tags: FilosofifilsafatFilsufkehidupankemanusiaanStoisisme
Ni'am Khurotul Asna

Ni'am Khurotul Asna

Ni'am Khurotul Asna. Mahasiswa pendidikan UIN SATU Tulungagung. Gadis kelahiran Sumsel ini suka mendengarkan dan menulis.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version