• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Aleta Baun; Perempuan Adat Sang Penjaga Lingkungan

Mama Aleta menegaskan bahwa dia dan seluruh Masyarakat adat tidak akan membiarkan Pembangunan yang merusak alam

Siti Robikah Siti Robikah
05/06/2024
in Figur, Rekomendasi
0
Aleta Baun

Aleta Baun

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Aleta Baun atau panggilan akrabnya Mama Aleta, seorang pejuang lingkungan yang berasal dari tanah Mollo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mama Aleta menjadi satu-satunya utusan masyarakat adat yang maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Daerah Pemilihan NTT II. Dari sinilah Mama Aleta semakin banyak masyarakat yang mengenalnya. Namun sebenarnya sebelumnya Mama Aleta telah banyak berkiprah dalam menjaga lingkungan.

Mengenal lebih dekat Mama Aleta

Lahir dari keluarga petani di Mollo, NTT dan dibesarkan di tengah masyarakat pertanian membuat Mama Aleta mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sangat besar. Setelah ditinggal ibunya di usia yang masih sangat muda, Mama Aleta dibesarkan oleh keluarga dan Masyarakat di sekitarnya untuk menjadi perempuan yang mampu menghormati lingkungan sebagai sumber kehidupan dan spiritual.

Menolak Tambang Marmer di Desa Fatumnasi dan Kuanoel

Mama Aleta pernah memimpin penolakan terhadap penambangan yang terjadi di wilayah Masyarakat adat Mollo, NTT. Ketika itu sebuah perusahaan ingin menguasai wilayah dan akan menjadikannya sebagai tempat pertambangan. Dengan membawa anaknya yang masih bayi berumur dua bulan, Mama Aleta memberanikan diri keluar masuk kampung untuk mempertahankan wilayah Masyarakat adat.

Dalam perjuangannya tersebut, Mama Aleta rela mengungsi dari rumahnya dalam waktu beberapa bulan. Bersama rakyat Mollo, Mama Aleta menghadapi intimidasi dan kekerasan oleh para preman yang dibayar oleh Perusahaan.

Banyak hal yang telah mereka lakukan untuk mempertahankan wilayahnya. Dia mengorganisir ratusan penduduk desa untuk dapat menggunakan lokasi penambangan sebagai tempat menenun. Penolakan dengan cara menenun ini, menurut Mama Aleta karena menenun adalah identitas adat orang timur.

Baca Juga:

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Lailatul Qadar adalah Pesan Pelestarian Lingkungan

Sejak kecil, ibunya telah mengajarkan dia untuk bisa menenun. Tidak hanya itu, ibunya juga mengajarkan tentang kekayaan alam, adat dan tanggung jawab perempuan.

Tidak hanya menjadi tanggung jawab perempuan, laki-laki juga mempunyai tanggung jawab terhadap alam yang menjadi tempatnya untuk melangsungkan kehidupan. Dengan menenun, Perempuan timur dapat menjaga identitas dan alam saat berjuang, sedangkan laki-laki berperan mengurus rumah dan anak secara bergantian.

Perjuangan ini tidaklah mudah hingga 13 tahun (1999-2012) lamanya mempertahankan alam dengan menutup tambang marmer yang telah beroperasi. Mama Aleta menegaskan bahwa dia dan seluruh Masyarakat adat tidak akan membiarkan Pembangunan yang merusak alam.

Mendapatkan Penghargaan

Perjuangan berat Mama Aleta inilah yang kemudian mengubah hidupnya. Pada tahun 2013, Mama Aleta mendapatkan penghargaan sebagai The Goldman Enviromental Prize Award 2013. Hasil dari penghargaan tersebut Mama Aleta mendirikan Mama Aleta Fund (MAF) pada tahun 2017.

Lalu pada tahun 2017 juga, Mama Aleta mendapatkan penghargaan Yap Thiam Hien Award (YTHA) 2016, yang mana penyerahannya dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Melansir dari web resmi Mama Aleta Fund memperlihatkan banyak kegiatan yang Mama Aleta lakukan bersama Masyarakat adat. Mama Aleta melakukan banyak kegiatan yang terfokus pada penyelamatan alam. Namun tidak hanya itu saja, Mama Aleta juga memperjuangkan kesetaraan bagi Perempuan adat NTT.

Dari sinilah dapat kita lihat bahwa perjuangan Mama Aleta menjaga keutuhan alam sangat berharga. Dia tidak hanya memikirkan diri sendiri namun juga alam yang sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup.

Sebenarnya keutuhan alam bukan hanya tanggung jawab perorangan ataupun tanggung jawab kelompok semata, namun menjadi tanggung jawab bersama. Akan tetapi hal ini sangat sulit kita lakukan jika kesadaran pribadi belum ada dalam diri masing-masing manusia.

Mari bergerak untuk menjaga keselamatan dan keutuhan alam kita. []

Tags: Aleta BaunHari Lingkungan HidupIsu LingkunganKeadilan EkologisPejuang Lingkungan
Siti Robikah

Siti Robikah

Anggota Puan Menulis, Pengkaji Gender dan Islamic Studies, PSQH Salatiga

Terkait Posts

Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version