• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Apa Penyebab Seseorang Memiliki Rasa Malu?

Masithoh Azzahro Lutfiasari Masithoh Azzahro Lutfiasari
29/11/2021
in Kolom
0
Apa Penyebab Seseorang Memiliki Rasa Malu?

Apa Penyebab Seseorang Memiliki Rasa Malu?

43
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Apa penyebab seseorang memiliki rasa malu? Beberapa hari yang lalu, saya menjumpai sebuah video di Instagram. Video itu merekam seorang perempuan berseragam sekolah menengah, putih abu-abu, sedang bercerita tentang aktivitas seksual bersama teman-teman lelakinya.

Kemungkinan besar perempuan itu siswa SMK karena mengenakan bawahan celana. Sebagaimana biasa celana siswa perempuan di sekolah-sekolah menengah kejuruan.

Entah menceritakan pengalaman sendiri atau hanya sedang bercanda soal aktivitas seksual, siswa perempuan ini sangat ekspresif dalam video tersebut.

Bahasa tubuh dan pemilihan kata-katanya menunjukkan bahwa dia sedang dalam posisi yang nyaman, dalam artian tidak risih untuk bercanda mengenai aktivitas seksual.

Kemudian, seperti biasa, saya menjelajahi kolom komentar untuk melihat reaksi netizen. Sebagian besar memilih untuk menandai akun teman-teman mereka supaya melihat video tersebut juga.

Baca Juga:

Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

Namun beberapa komentar dari akun yang saya asumsikan milik lelaki, menyebarkan aroma misoginis, misalnya:

“Gtu lah klau anak cw masuk stm. Klakuanya gx baik. Waktu gue smk jg ada malah dia 1 1nya anak cw masuk stm. Bahkan sering ikut tawuran.”

Yang lain berkomentar singkat:

“Rusak.”

“Gatel.”

Selain itu, ada juga yang berisi penghakiman:

“Cw masuk stm?? Pas di cek… Sudah di-**** 54 kali oleh 89 pria.”

 

Tidak sedikit pula komentar yang intinya mengatakan siswa perempuan tersebut sudah sering melakukan hubungan seksual. Pasti begitu. Ini alasan dia fasih bercanda tentang hal tabu di depan teman-teman lelaki di sekolahnya.

Beberapa komentar yang saya tuliskan di atas menunjukkan adanya kesan buruk mengenai perempuan yang bercanda satu topik, yang waktu itu kebetulan tentang aktivitas seksual.

Label yang merendahkan seperti kata-kata ‘rusak’, ‘nakal’ atau ‘gatel’ sering sekali diberikan, baik di kehidupan sehari-hari maupun dalam interaksi dunia maya. Hal ini bertujuan untuk memunculkan rasa malu pada diri perempuan. Supaya dia menahan diri untuk mengekspresikan apapun terkait seksualitas, baik secara verbal maupun non-verbal.

Seolah-olah, perempuan tidak seharusnya tahu banyak tentang seks dan seksualitas. Jika perempuan tahu banyak dan bahkan bisa bercanda mengenainya, maka dia laik disebut ‘rusak’, ‘nakal’, atau ‘gatel’.

Jika saja yang direkam dalam video tersebut adalah siswa laki-laki, kemungkinan besar komentar-komentar yang muncul akan lain. Sebagaimana isu keperawanan umumnya selalu lebih dibesar-besarkan daripada isu keperjakaan di Indonesia. Dalam konteks lingkungan pelajar pun begitu adanya.

Siswa laki-laki yang sudah tidak perjaka, tidak akan menerima stigma negatif seperti yang dialami siswa perempuan yang diketahui sudah tidak perawan. Bahkan siswa laki-laki yang sudah tidak perjaka bisa jadi menganggap hal tersebut sebagai sebuah pencapaian dan membangga-banggakannya kepada orang lain. Seperti yang dilakukan oleh beberapa teman SMA saya dulu.

Dengan demikian, apakah ini berarti rasa malu tidak berlaku untuk laki-laki?

Sedangkan yang diperintahkan untuk menjaga kemaluannya dalam Islam adalah laki-laki dan perempuan. Namun rasa malu tentang hubungan seks di luar nikah dikonstruksi berat sebelah untuk perempuan saja.

Malu adalah sebagian dari iman. Tentunya pesan ini berlaku tanpa kecuali karena menjaga iman adalah kewajiban seluruh umat Islam. Sayangnya, konstruksi sosial menuntut perempuan untuk menanggung rasa malu yang lebih besar atas aktivitas seksual yang dilakukan sebelum pernikahan. Sehingga memberi kesan seolah lelaki terbebas dari rasa malu.

Status tidak perjaka sebelum pernikahan tidak bernuansa aib. Bahkan seringkali dipelintir menjadi pembuktian kejantanan dan superioritas di antara teman-teman sebaya. Sementara itu, ketidakperawanan sebelum menikah adalah sebuah kehinaan yang mesti dicecar. Bukankah dosa dari zina berlaku untuk laki-laki dan perempuan?

Demikian penjelasan terkait apa penyebab seseorang memiliki rasa malu?Semoga bermanfaat. []
Tags: dosagatellaki-lakimalumenikahnakalperempuansekolahseksualsiswaSMKsuperiortabuzina
Masithoh Azzahro Lutfiasari

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Terkait Posts

Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Merawat Bumi

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

14 Juli 2025
Disabilitas Mental

Titik Temu Antara Fikih dan Disabilitas Mental

14 Juli 2025
Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID