• Login
  • Register
Jumat, 3 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Apa yang Salah dari Laku Kesalingan?

Konsep kesalingan sendiri disadari atau tidak, secara tekstual dan eksplisit telah disampaikan dalam al-Qur’an. Terdapat banyak ayat yang menempatkan manusia laki-laki dan perempuan secara setara, baik pada ruang personal maupun sosial dan publik secara luas

Rizka Umami Rizka Umami
09/09/2021
in Pernak-pernik
0
Patriarki

Patriarki

128
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bertepatan dengan Hari Literasi Internasional tahun ini, saya mengawalinya dengan membaca beberapa artikel tentang perkembangan dunia literasi. Tidak sekadar baca tulis, tetapi mencakup literasi finansial dan digital yang penting untuk diketahui oleh tiap-tiap orang. Dalam dunia digital, literasi tumbuh pesat dengan berbagai ragam bentuk dan fungsi, tidak hanya menghibur dan menyebarkan informasi atau berita, tetapi juga digunakan untuk menyebarkan ideologi, propaganda dan lain sebagainya. Hal yang tidak bisa dipungkiri juga dilakukan oleh gerakan Islam konservatif.

Bicara soal Islam konservatif, telah banyak ditemukan di media sosial akun-akun yang secara massif mendukung paham-paham tertentu, yang menempatkan Islam menjadi tidak ramah secara sosial. Pun terhadap perempuan. Beragam meme tentang bagaimana seharusnya perempuan bersikap, bagaimana harus menutup aurat, bagaimana perempuan harus bicara dan menjadi shalihah dengan menjauhi feminisme, dan lain sebagainya, secara provokatif dihadirkan dengan sengaja.

Beberapa waktu lalu, meme yang senada juga kembali ditemukan. Di mana isi teksnya tidak hanya provokatif tapi juga menyerang gagasan feminis muslim dan gagasan mubadalah yang dikatakan sebagai virus varian baru. Adapun petikan isi meme tersebut berbunyi, “… Varian baru feminisme Islam menyerang jantung ajaran Islam, merombak konsep wahyu dan tafsir dengan metode tukeran, iri-irian, saling-salingan (bahasa arabnya = mubadalah).”

Bagi saya, meme tersebut tidak hanya meresahkan, tetapi juga menggembosi semangat perempuan yang selama ini berjuang untuk mendapatkan posisi yang setara dan bersama-sama mendorong tercapainya keadilan bagi setiap manusia. Berangkat dari obrolan di grup kontributor mubadalah tentang meme tersebut, saya ingin kembali mengulas konsep dasar mubadalah yang saya pahami dan di mana letak gagasan mubadalah tersebut di dalam al-Qur’an. Sehingga bisa menjawab kekeliruan narasi dalam meme tersebut.

Apa sih mubadalah? Dalam Qirā’ah Mubādalah (2019) Kiai Faqih Abdul Kodir telah menjelaskan secara detail makna kata ini. Bahkan di dalam Al-Qur’an kata mubadalah disebut sebanyak 44 kali. Mubadalah berasal dari akar suku kata ba-da-la yang artinya mengubah, menukar dan mengganti. Istilah mubadalah juga merupakan bentuk kesalingan antar dua belah pihak, laki-laki dan perempuan (h.59).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan
  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Baca Juga:

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Jadi konsep kesalingan sendiri disadari atau tidak, secara tekstual dan eksplisit telah disampaikan dalam al-Qur’an. Terdapat banyak ayat yang menempatkan manusia laki-laki dan perempuan secara setara, baik pada ruang personal maupun sosial dan publik secara luas. Misalnya dalam petikan QS. Al-Maidah: 2 yang artinya, “… saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan…”

Dalam terjemahan ayat tersebut jelas menyeru kepada manusia, untuk menjalankan laku kesalingan. Saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan bukan sebaliknya. Apakah ayat tersebut hanya berlaku untuk satu jenis kelamin tertentu? Faktanya tidak. Ayat tersebut tidak hanya merujuk pada satu jenis kelamin tertentu. Allah menyeru kepada manusia, jadi bisa laki-laki dan perempuan sekaligus. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Allah tidak pilih kasih terhadap makhluk ciptaan-Nya. Keduanya memiliki tugas untuk saling menolong dan saling menjauhi permusuhan dan dosa.

Selain itu disebutkan dalam QS. Al-Ahzab: 58, “Orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sesungguhnya mereka telah memikul dusta yang besar dan dosa yang nyata.” Dalam ayat ini fakta bahwa Allah melindungi orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, semakin jelas. Jadi gagasan mubadalah tidaklah membela ketidakadilan, dan jelas bahwa gagasan ini berlandasan pada ayat-ayat Al-Qur’an yang dipahami secara kontekstual.

Di sini laku kesalingan jelas-jelas tidak keluar dari ajaran Islam. Justru laku kesalingan adalah salah satu ajaran dalam Islam itu sendiri. Laku kesalingan di masa Nabi pun sesungguhnya telah dijejakkan oleh Nabi Agung Muhammad Saw. Ketika Nabi dan istrinya, Khadijah sama-sama berdagang. Nabi dan istrinya yang lain juga menjalankan laku kesalingan ketika di rumah, seperti dalam memasak, mencuci baju dan merawat anak.

Jadi, jika masih ada pihak-pihak yang menganggap gagasan mubadalah dan hadirnya feminis muslim sebagai kecacatan atau virus baru, saya khusnudzan pihak-pihak tersebut hanya belum membaca dan memahami konsep feminisme dalam Islam yang telah diusung para tokoh muslim secara mendalam. Sebab baik gagasan mubadalah dan feminisme Islam, memiliki tujuan yang mulia, sesuai dengan ajaran dalam al-Qur’an.

Bukankah kehadiran Muhammad dan Islam yang dibawanya juga dalam rangka melebih-baikkan derajat perempuan di dalam masyarakat? Dari budak dan barang waris menjadi subjek yang utuh dan memiliki hak waris, berjuang di medan perang dan berpendidikan. Bukankah perjuangan itu yang kita teladani hingga hari ini? Wallahu a’lam. []

Tags: feminismeGenderInspirasi Keadilan RelasiislamkeadilanKesalinganKesetaraanmuslimperspektif mubadalahQira'ah Mubadalah
Rizka Umami

Rizka Umami

Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Konsentrasi Islam dan Kajian Gender. Sedang menekuni sastra, isu lingkungan dan isu perempuan.

Terkait Posts

Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

3 Februari 2023
Nabi Khidr as

Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

3 Februari 2023
ceria

Nabi Saw Menyambut Ceria Kehadiran Anak Perempuan

2 Februari 2023
Pesan Moral

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

2 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist