• Login
  • Register
Rabu, 8 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Bagaimana Hukum Memandikan Jenazah Suami Istri?

Imam Nakhai Imam Nakhai
14/04/2020
in Hukum Syariat
0
95
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Saat melayat sahabat yang meninggal, sambil menunggu Mayyit dimandikan, kami mendiskusikan beberapa hal; Satu, Bolehkah Suaminya memandikan janazah Istrinya? Dua. Kalau boleh, apakah jika menyentuhnya bisa membatalkan wudhu’ suami atau istri yang sudah dimandikan dan diwudhu’i itu?

Dan beberapa pertayaan lain seputar “tajhizul mayyit”. Belum sempat menjawab beberapa pertayaan diskusi, ternyata mayyit sudah siap diberangkatkan ke maqam. Tersisalah pertanyaan itu tanpa jawab. Maka saya tulis saja, semoga bermanfaat.

Pertama; Dalam satu hadist yang dikutip An Nawawi dalam kitab al Majmu’, Aisyah istri Nabi yang lagi viral saat ini meriwayatkan; suatu hari Rasulullah kembali dari Baqi’ dan menemukan Istrinya Aisyah sakit kepala, Aisyah berseru “aduh kepalaku”, Rasulullah pun berkata, bahkan aku ya Aisyah “aduh kepalaku”. Rasul melanjutkan seandainya engkau meninggal sebelum aku, niscaya aku akan memandikanmu, mengkafanimu, mensholatimu dan mengkafanimu.

Hadis ini jelas menyatakan; bahwa suami boleh merawat jenazah istrinya, termasuk memandikannya, bahkan suami lebih berhak untuk merawat janazah istrinya dari pada perempuan lainnya. Bagaimana sebaliknya? Dalam kitab induk “al Um” juga disebutkan bahwa istri juga boleh memandikan janazah suaminya? Sekalipun sudah cerai? Ia sekalipun sudah cerai. Sampai kapan? Ada tiga pendapat; pertama, selamanya sekalipun sudah habis Iddahnya, dua: sebelum menikah lagi, dan ketiga sebelum iddahnya berahir.

Kedua; Apakah batal wudu’ nya, baik yang dimandikan maupun yang memandikan?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Baca Juga:

Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?

Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota

Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Orang yang meninggal hakikatnya sudah tidak punya beban kewajiban hukum apapun, termasuk batalnya wudhu akibat bersentuhan lain jenis. Jadi ketika janazah sudah disucikan (bahasa masyarakat), maka disentuh oleh siapapun tidak batal wudhunya. Demikian pula wudhu’ orang yang memandikan. Sebab tidak ada dalil yang menyatakan demikian. Sama halnya jika setelah dimandikan keluar najis, sekalipun dari kedua kemaluannya. Sebab si janazah sudah tidak punya beban kewajiban apapun.

Kecuali jika yang memandikan menyentuh kemaluannya, maka batal wudhu yang memandikannya, dan tidak boleh pegang pegang alat kelamin. Dan sebaiknya yang memandikan tidak memegang badannya, sebaiknya mengenakan sarung tangan. Ya hanya sunnah saja. Jadi intinya tidak batal wudhu janazahnya, dan juga yang memandikannya, kecuali ia pegang kemaluannya.

Bagaimana jika ada janazah laki laki tidak punya kerabat laki laki, dan juga tiada kerabat perempuan, serta tidak ada satu laki lakipun disitu? Bolehkah dimandikan oleh perempuan yang bukan mahrom? Dan sebaliknya? Ada dua pendapat, pertama tidak perlu dimandikan melainkan di tayammumi aja. Kedua bolehlah dimandikan oleh perempuan namun tetap dengan “protokol perauratan”, artinya janazahnya ditutup kain, memakai sarung tangan, dan mandikanlah.

Catatan:
Pertama, wudhunya janazah bukan setelah memandikan, melainkan sebelum memandikan. Di sini banyak masyarakat yang keliru.
Kedua, Kalau ada yang bertanya, kok aturannya ribet, sudah meninggal saja masih pakai “protokol per auratan dan permahroman”, jawabnya ya untuk jaga jaga saja, kali masih ada yang kotor pikirannya. Dalam usul fiqih antisipasi semacam ini disebut dengan saddu ad dzariah. Wallahu A’lam. []

Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Pernikahan tanpa Wali

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

3 Februari 2023
Hukum Aborsi

Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

29 Desember 2022
Khitan Perempuan

OIAA-Cairo: Mengharamkan Khitan Perempuan Sesuai Syari’ah Islam

19 Desember 2022
Khitan Perempuan

Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan

13 Desember 2022
Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran

Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran Menurut Syekh As-Sya’rawi

2 Desember 2022
Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

9 November 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Pemikiran Keislaman di Malaysia dan Indonesia pada 6 Tips Berdakwah Ala Nyai Awanilah Amva
  • Menghidupkan Kembali Sikap Saling Melindungi pada Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan
  • Harapan Lama kepada Menteri PPPA Baru - Mubadalah pada Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual
  • Menjadi Perempuan Pembaru, Teguhkan Tauhid dalam Kehidupan pada Bagaimana Hukum Menggunakan Pakaian Hingga di Bawah Mata Kaki?
  • Wafatnya Mbah Moen Juga Dirasakan Semua Umat Beragama - Mubadalah pada Fahmina Institute Terapkan Prinsip Mubadalah dalam Organisasi
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist