• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Mewujudkan Slogan NKRI Harga Mati?

Upaya mewujudkan NKRI harga mati tidak dapat dilakukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebaliknya, perwujudan dari NKRI harga mati dapat tercapai jika ada hubungan kesalingan dalam kebaikan, kesetaraan, dan kesukarelaan dari individu warga negara

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
09/02/2022
in Personal, Rekomendasi
0
NKRI Harga Mati

NKRI

2.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – NKRI harga mati!!! Pekik penuh semangat saat menggemakan slogan ini menjadi penanda bahwa masyarakat Indonesia masih sangat sadar bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final dari sistem kebangsaan. Bukan tanpa alasan slogan NKRI yang dicetuskan oleh Mbah Liem, Muslim Rifa’i Imampuro, pendiri pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, melainkan karena banyaknya kelompok yang masih tidak sepakat dengan NKRI sebagai bentuk negara dan Pancasila sebagai dasarnya.

Aku pernah membaca hasil muktamar NU ke-31 di Boyolali, yang menyebutkan sebab hilangnya komitmen  kebangsaan, yakni dampak negatif globalisasi serta kebebasan berpendapat dan ekspresi tanpa batas. Dimana keduanya mengakibatkan munculnya gerakan separatisme, radikalisme, konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang jelas-jelas mengancam keutuhan NKRI. Bagaimana tidak, maraknya dehumanisasi dan tergesernya nilai-nilai sosial di masyarakat jelas menjadi bukti bahwa globalisasi membawa dampak negatif pada kehidupan berkebangsaan bagi kita semua.

Belum lagi gerakan separatisme seperti yang saat ini masih terus ada dan dilakukan oleh OPM di Papua. Lalu gerakan radikalisme mendukung terbentuknya negara khilafah yang diusung oleh organisasi terlarang HTI, yang kini telah dibubarkan oleh pemerintah. Hingga kasus terbaru tentang ujaran kebencian yang berbau SARA, merupakan bukti nyata bahwa kebebasan berpendapat dan berekspresi digunakan dengan sangat liar seolah tidak ada batasan di sana. Jelas kesemuanya itu sangat merongrong keutuhan NKRI sebagai sebuah negara berdaulat. Lantas bagaimana agar slogan NKRI harga mati dapat diwujudkan?

Menurutku, upaya mewujudkan NKRI harga mati tidak dapat dilakukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebaliknya, perwujudan dari NKRI harga mati dapat tercapai jika ada hubungan kesalingan dalam kebaikan, kesetaraan dan kesukarelaan dari individu warga negara. Sehingga solidaritas sosial dan solidaritas kebangsaan pada NKRI dapat terwujud dengan penuh kedamaian.

Salah satu rekomendasi KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) kepada masyarakat adalah untuk senantiasa mengamalkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, serta mewaspadai segala paham keagamaan dan organisasi sosial yang akan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Tafsir Sakinah

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Rekomendasi KUPI sudah sangat ideal untuk mewujudkan slogan cetusan Mbah Liem “NKRI Harga Mati”. Hal ini karena KUPI senantiasa berpegang pada visi besar Islam yang menjadi rahmat bagi semesta, dan misi Rasulullah Muhammad Saw yang menyempurnakan akhlak mulia. NKRI harga mati, adalah rahmat bagi semesta, karena utuhnya NKRI menjadi bukti bahwa Indonesia tidak mentolerir hal-hal yang bersifat separatis, radikal, dan merendahkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) tertentu.

NKRI harga mati hanya dapat diwujudkan dengan perilaku mulia, sarat kesalingan baik antara laki-laki dan perempuannya, negara dengan warganya, aparat dengan sipilnya, dimana kesemua ini telah terangkum dalam misi Rasulullah, yakni menyempurnakan akhlak mulia.

Bagiku, Rekomendasi KUPI juga sangat sejalan dengan firman Allah SWT pada surat Ali Imran ayat 103, yang artinya:

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bersatu, saling bersaudara dan tidak bercerai berai. Maka utuhnya NKRI sudah sejalan dengan firman Allah SWT.

Tidak hanya sampai di situ, bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya agar menghindari perpecahan, bahkan dalam wasiatnya, Rasulullah mengatakan bahwa barang siapa yang menginginkan kemakmuran surga, hendaknya ia mengikuti jama’ah.

Bukankah ini makin menjelaskan bahwa dalam misi besar Rasulullah Saw perpecahan, permusuhan, yang ada dalam sikap separatis dan radikalis adalah hal yang dilarang, bahkan bagi yang menginginkan kemakmuran surga, hendaknya mengikuti jama’ah.

NKRI adalah jama’ah dengan beragam suku, agama, budaya dan bahasa, yang rentan akan perselisihan, permusuhan, hingga perpecahan. Namun bukan berarti NKRI harga mati tidak dapat terwujud, karena selama setiap individu dari warga negara masih memiliki empati, kesalingan dalam kebaikan, dan toleransi, maka perdamaian, persatuan, dan keutuhan NKRI bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. NKRI Harga mati tidak hanya terhenti dalam pekik slogan saja, namun terwujud dalam kehidupan yang nyata. []

Tags: IndonesiaislamNKRItanah airWawasan Kebangsaan
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Sejarah Indonesia

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID