• Login
  • Register
Minggu, 26 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Benarkah Suami Memukul Istri adalah Aib yang Harus Ditutupi?

Teks-teks Hadits, sebagaimana ditunjukkan di tulisan ini, adalah jelas bahwa pemukulan bukan bagian dari ajaran Islami, tidak juga teladan Nabi Saw. Sama sekali bukan

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
04/02/2022
in Keluarga, Rekomendasi
0
suami memukul istri

Islam

2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tidak dipungkiri banyak orang berpendapat bahwa suami yang memukul istri, adalah bagian aibnya yang tidak boleh diungkapkan sang istri kepada siapapun. Bahkan tidak sedikit ini dijadikan materi ceramah para ustadz dan ustadzah, di kampung maupun di kota.

Bahkan, di kalangan artis-artis ibu kota, yang sering diasumsikan banyak orang sebagai orang terpelajar dan melek hukum. Biasanya, anjuran ini dikaitkan dengan karakter istri shalihah di satu sisi, dan dengan larangan menebarkan aib orang, apalagi aib suami sendiri.

Namun benarkah suami yang memukul istrinya adalah aib yang harus ditutup rapat-rapat oleh sang istri? Apakah demikian ajaran Islam dan anjuran Nabi Muhammad Saw?

Yang jelas memukul istri adalah bukan perilaku yang Islami. Lah, bagaimana dengan ayat yang membolehkan suami memukul istri yang nusyuz (QS. An-Nisa, 4: 34)? Tidak juga demikian. Jika merujuk beberapa tafsir, seperti Marah Labid Syekh Nawawi Banten, ayat ini berbicara tentang tujuan perbaikan relasi suami istri dengan tahapan-tahapan yang sangat ketat, diawali dengan nasihat baik, tindakan pisah sementara, baru boleh memukul. Itupun harus terukur.

Masalahnya, banyak laki-laki yang sudah tidak lagi bisa mengukur dan mengendalikan diri. Sehingga, memukul tidak lagi untuk memperbaiki, malah jadi ajang pelampiasan emosi dan kemarahan. Tidak lagi terukur dan tidak lagi sesuai dengan anjuran al-Qur’an. Sehingga, banyak ulama, seperti Syekh Ibn ‘Asyur dari Tunisia melarangnya, dan bahkan meminta Pemerintah membuat UU yang melarang dan mempidana mereka yang masih memukul istri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Baca Juga:

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Yang jelas Imam Syafi’i memandang pemukulan istri adalah bukan perilaku Nabi Saw. Sandarannya adalah teks hadits yang tercatat dalam berbagai Kitab Hadits, seperti Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibn Majah, Sunan Baihaqi, Musnad Ahmad, dan yang lain. Bahwa Nabi Saw tidak pernah memukul perempuan, dalam kondisi apapun (Sahih Muslim, no. 6195).

Termasuk dalam kondisi pertengkaran sekalipun, seperti kisah pertengkaran Nabi Saw dengan Aisyah ra. Dimana Abu Bakar ra sendiri, ayah Aisyah ra, sampai mau memukulnya. Namun, Nabi Saw justru menghalangi agar tidak terjadi pemukulan itu (Sunan Abu Dawud, no. 5001).

Nabi Saw juga menyarankan Fathimah bint Qays ra untuk tidak menerima lamaran laki-laki yang ringan tangan terhadap perempuan (Sahih Muslim, no. 3786). Dalam berbagai kesempatan, Nabi Saw juga menyindir mereka yang suka memukul istrinya sebagai orang yang tidak malu, karena memperlakukan istrinya laiknya hamba sahayanya saja, memukulnya padahal juga menggaulinya (Sahih Bukhari, no. 5259, dan berbagai riwayat lain dari berbagai kitab Hadits lain).

Di antara yang fenomenal adalah kisah demonstrasi para perempuan yang menolak para laki-laki yang suka memukul istri. Kisah ini juga dirujuk secara kuat Imam Syafi’i untuk memilih pandangan tidak memukul istri sebagai teladan Nabi Saw. Seperti dicatat Imam Abu Dawud (Sunan Abu Dawud, no. 2148), ada banyak perempuan yang datang mengadu ke keluarga Rasulullah Saw tentang perilaku para laki-laki yang masih suka memukul perempuan. Lalu Nabi Saw mendeklarasikan dengan tegas bahwa “Mereka yang suka memukul perempuan itu bukan orang-orang baik dan bukan orang-orang pilihan”.

Apakah para perempuan yang mengadu itu dianggap Nabi Saw sebagai orang-orang yang membuka aib suami mereka? Apakah Nabi Saw malah menasihati para perempuan untuk bersabar dan menerima perilaku suami mereka, sebagai tuntutan dari karakter istri shalihah? Atau justru Nabi Saw mendengar mereka, mendukung mereka, dan berusaha menghapuskan perilaku-perilaku memukul sebagai bukan pilihan yang Islami?

Teks-teks Hadits, sebagaimana ditunjukkan di tulisan ini, adalah jelas bahwa pemukulan bukan bagian dari ajaran Islami, tidak juga teladan Nabi Saw. Sama sekali bukan. Menceritakan seseorang yang memukul perempuan, dengan maksud mencari cara agar tidak lagi terjadi, adalah bukan bagian menceritakan aib yang dilarang. Bukan. Tetapi, bagian dari gerakan ‘amar ma’ruf dan nahi mungkar’. Gerakan untuk menguatkan daya dorong (amar ma’ruf) kita semua untuk selalu berbuat baik, sekaligus daya tahan (nahi munkar) kita semua agar tidak terjerumus pada tindakan-tindakan buruk dan zalim.

Pemukulan istri adalah bagian dari perilaku buruk, yang tidak sesuai dengan akhlaq karimah yang diajarkan Nabi Muhammad Saw, dan tidak sejalan dengan visi Islam rahmatan lil ‘alamin. Adalah tugas kita semua untuk menyadarkan umat, baik yang awam, maupun yang alim, untuk kembali pada akhlak kenabian yang jelas menolak pemukulan, maupun segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. []

 

 

 

 

Tags: istriKDRTkeluargasuami
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir, biasa disapa Kang Faqih adalah alumni PP Dar al-Tauhid Arjawinangun, salah satu wakil ketua Yayasan Fahmina, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan ISIF Cirebon. Saat ini dipercaya menjadi Sekretaris ALIMAT, Gerakan keadilan keluarga Indonesia perspektif Islam.

Terkait Posts

Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga
  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist