• Login
  • Register
Selasa, 17 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Bencana Banjir dan Deforestasi

Berdasarkan laporan Lembaga Pembangunan Manusia tahun 2019, penyebab utama terjadinya bencana banjir adalah deforestasi

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
20/01/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Bencana Banjir

Bencana Banjir

906
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Air hujan itu sebetulnya salah satu anugerah dari Allah yang bermanfaat untuk kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Ia akan menjadi bencana banjir manakala bumi telah rusak akibat ulah manusia yang serakah dan tidak bertanggungjawab.

Manusia-manusia itu biasanya terdiri dari oknum-oknum baik yang berasal dari pejabat Pemerintah, pengusaha, maupun warga sekitar. Baru berhenti–itu pun sementara dan tiada kapoknya–manakala terjadi terjadi bencana, terlebih banjir bandang.

Kota dan Kabupaten Cirebon terkepung bencana banjir bandang. Hujan deras beserta debit air kiriman yang sangat melimpah menjadikan banyak Kecamatan dan Desa/Kelurahan hanya dalam waktu sekejap porak-poranda. Upaya-upaya preventif dan mitigasi seperti tidak pernah dilakukan.

Pihak Pemerintah Daerah setempat yang diamanahi anggaran dengan demikian besar juga berlagak laiknya lagu lama. Peran pemuda, ormas keagamaan dan civil society yang kita harapkan melakukan protes keras terhadap pemangku kebijakan memang sama-sama dalam keadaan lemah.

Kelalaian Pemda

Padahal, seandainya saja Pemerintah Daerah lalai dan melakukan penyalahgunaan anggaran terkait dengan kewaspadaan dini dan segala upaya mitigasi, asalkan pemuda, ormas keagamaan dan civil society berproses mengawal kelestarian lingkungan, bencana demi bencana, terutama banjir bandang yang belum lama ini melanda, akan urung terjadi.

Baca Juga:

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Oleh karena itu, bencana banjir ini terjadi karena kekeliruan dan ketidakpedulian kita semua. Pemda yang melempem, berikut pemuda, ormas keagamaan dan civil society yang terlalu membebek pada Pemda.

Tidaklah aneh apabila pengawasan publik tidak terjadi secara substantif dan signifikan. Karena yang ada terjebak budaya unggah-ungguh dan ewuh-pakewuh secara berlebihan.

Saya terus terang khawatir, kalau pengawasan publiknya tidak segera kita perbaiki, bukan mustahil apabila bencana demi bencana, bukan hanya bencana banjir akan silih berganti terjadi. Padahal pengawasan publik ini sangat menentukan sebagai bagian dari menata keseimbangan peran antara Pemerintah Daerah dan civil society.

Deforestasi

Berdasarkan laporan Lembaga Pembangunan Manusia tahun 2019, penyebab utama terjadinya bencana banjir adalah deforestasi. Deforestasi sendiri merupakan aktivitas pengurangan, penebangan dan pembalakan hutan secara besar-besaran dan permanen.

Dunia berhutang budi kepada China dan India yang telah berkomitmen dalam melakukan penghijauan di Negaranya masing-masing. Sementara Indonesia justru telah melakukan kejahatan terhadap hutan yang luar biasa. Berkali-kali ganti Menteri Kehutanan, yang ada hanyalah perilaku pembalakan yang terus dibiarkan, berikut perilaku alih fungsi hutan menjadi perkebunan atau lainnya.

Selain penyebab utama ihwal deforestasi, tentu saja ada banyak penyebab yang lain. Akan tetapi lepas dari pada itu semua, kuncinya adalah kembali kepada kita. Para pemuda, ormas keagamaan dan civil society untuk konsisten melakukan protes keras serta pengawasan publik yang ketat terhadap Pemerintah pusat maupun daerah. Tanpa langkah-langkah transformatif dari diri kita sendiri, mustahil bencana alam bisa dimitigasi dan diatasi.

Jangan sampai bencana alam ini menyulut aksi saling menuding dan menyalahkan, apalagi debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya. Betapa mirisnya Kota dan Kabupaten Cirebon diterjang banjir bandang dahsyat dengan menelan banyak kerugian. Keteladanan kepimpinan memang telah lama hilang dari kita.

Para pemimpin di segala sektor kehidupan kita ini selain feodal juga masih banyak terjebak kerja-kerja seremonial-formalitas. Sementara keadaan lingkungan dan alam kita telah lama rusak berat, sangat membutuhkan upaya-upaya cepat dan tepat.

Yuk mulai dari diri kita sendiri, dari rumah kita, dari Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten, ormas keagamaan kita sendiri, jangan menuding dan apalagi menyalahkan orang lain. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebetulnya, hanya saja syaratnya betul-betul peduli, serius melawan kezaliman dan jauhkan diri dari unggah-ungguh yang tidak perlu, agar fungsi pengawasan publik berjalan efektif. Wallahu a’lam. []

 

Tags: Bencana BanjirDeforestasiIsu LingkunganKabupaten CirebonKota CirebonPemda
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Raja Ampat

Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat

17 Juni 2025
Istri Marah

Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?

17 Juni 2025
Raja Ampat yang

Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

16 Juni 2025
Tragedi Perkosaan Massal

Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Sejarah Perempuan

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

16 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesalehan Perempuan

    Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat
  • Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?
  • Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID