• Login
  • Register
Minggu, 11 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

Dominasi usia muda saat ini harusnya bisa kita manfaatkan untuk mengajak anak muda dalam pembangunan kota di daerahnya masing-masing

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
29/03/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Ruang Anak Muda

Ruang Anak Muda

988
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Demografis Indonesia didominasi oleh kelompok usia yang tergolong muda. 60% dari total populasi Indonesia datang dari kelompok millennial, Gen Y, dan Gen Z. Di ibu kota pun data tersebut linier. Dengan total lebih dari 10 juta warga yang tinggal maupun beraktivitas harian di Jakarta misalnya. 35 persennya datang dari kelompok usia 20-40 tahun.

Dominasi usia muda saat ini harusnya bisa kita manfaatkan untuk mengajak anak muda dalam pembangunan kota di daerahnya masing-masing. Maka suatu keharusan kita memberikan ruang anak muda dalam membangun kotanya.  Menurut Prof. Slamet Iman Santoso keadaan masyarakat di masa mendatang adalah refleksi atas apa yang masyarakat lakukan dan pelajari di waktu mudanya.

Daftar Isi

    • Partisipasi Anak Muda Membangun Kotanya
  • Baca Juga:
  • Pandawara Group: Gerakan Anak Muda yang Sadar Bahaya Sampah
  • Seksualitas Perempuan Dalam Ruang Publik
  • Benarkah Ruang Domestik Khusus untuk Perempuan?
  • Mengaji Kitab Hujjah Aswaja: Tanggung Jawab Anak Muda dan Tahun Pemilu
    • Perlunya Membangun Ruang Kolektif
    • Ruang Kolektif Anak Muda

Partisipasi Anak Muda Membangun Kotanya

Lalu, bagaimana kemudian agar sebuah kota/kabupaten bisa membentuk komunitas anak muda yang partisipatif? Setidaknya, ada beberapa agenda penting untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran tersebut. Di antaranya pertama, perlu adanya ruang publik. Taman, museum, perpustakaan, lapangan olahraga, dan ruang kolektif untuk memfasilitasi aktivitas sosial baik fisik maupun kreativitas.

Kedua, dengan menciptakan narasi/tema berjiwa muda. Narasi akan keterbukaan pemerintah terhadap peran anak muda pada suatu kota, seperti yang dilakukan Bandung, Jawa Barat. Ketiga, perlunya inisiatif kolektif, dengan komunitas informal yang didesain untuk stimulasi ide kreatif dan mendorong partisipasi dalam konsep Smart City (Kota Pintar).

Menurut laporan yang berjudul “The Role of Jakarta Youth in Jakarta Development” oleh Muhammad Faisal, perencanaan sebuah kota penting untuk melibatkan anak muda dengan konsep yang kolaboratif. Salah satu cara untuk mendorong anak muda tertarik untuk ikut ambil peran adalah dengan menyediakan fasilitas seperti ruang publik, narasi kota yang suportif pada anak muda, hingga inisiatif-inisiatif kolektif bagi anak muda.

Baca Juga:

Pandawara Group: Gerakan Anak Muda yang Sadar Bahaya Sampah

Seksualitas Perempuan Dalam Ruang Publik

Benarkah Ruang Domestik Khusus untuk Perempuan?

Mengaji Kitab Hujjah Aswaja: Tanggung Jawab Anak Muda dan Tahun Pemilu

Peran dan partisipasi aktif anak muda, pemerintah serta pemangku kepentingan bisa memulainya dengan mempertimbangkan beragam aspek kehidupan yang mereka butuhkan. Tidak hanya terkait dengan pekerjaan, namun juga kehidupan yang layak, dan kesempatan untuk berkreasi. Ketika peran anak muda meningkat lewat partisipasi dan kolaborasi, maka bonus demografi muda Indonesia saat ini akan menjadi kunci sukses transformasi kota/kabupaten di Indonesia ke arah yang lebih baik.

Perlunya Membangun Ruang Kolektif

Bila ada pertanyaan, di mana ruang kolektif anak muda di kotamu? Tentu akan merujuk pada suatu tempat, atau mungkin saja belum ada. Memang agak sulit untuk menunjuk satu tempat spesifik yang langsung ada top of mind (dalam pikiran) kita untuk ini. Oleh karena itu, perlu ada dialog pemangku kepentingan yang sudah berlangsung. Ada inisiatif yang datang untuk menghadirkan ruang kolektif anak muda atau ruang hybrid di level RT/RW bagi anak muda berkegiatan. Potensi ruang hybrid buat anak muda dapat berkreasi dan saling terhubung antar kota satu dengan yang lain.

Inisiatif untuk membangun dan mengembangkan ruang kolektif ini tentunya harus berangkat dari kesadaran anak muda terlebih dahulu. Yakni dengan kebutuhan untuk melakukan segala macam bentuk kreativitasnya. Kemudian melakukan dialog dengan pemangku kepentingan yang fokus utamanya untuk membahas smart people (masyarakat cerdas).

Ruang hybrid merupakan penggabungan antara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) yang akan berfokus pada pengembangan Information and Communication Technology (teknologi sistem informasi) , kewirausahaan, hingga penciptaan lapangan kerja. Tentunya tidak lupa menempatkannya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan kebudayaan, pertunjukan, dan aktivitas kreatif lainnya. Harapannya ruang ini bisa menjadi wadah hadirnya forum anak muda yang bisa terlibat langsung dalam pengembangan kota di tempat kita tinggal secara umum.

Lalu untuk memilih lokasinya nanti bagaimana? Bisa saja menggunakan ruang publik seperti museum, taman, atau posyandu, taman bermain hingga balai warga. Sedangkan untuk kegiatan daringnya bisa memulainya dengan memanfaatkan berbagai platform yang ada seperti zoom meeting, google meet atau bila mampu membuat program yang berbasis demikian justru luar biasa, menjadi sebuah kebanggaan bagi kita semua.

Ruang Kolektif Anak Muda

Kenapa ide ini harus muncul? Faktanya saat ini, bahwa ruang kolektif anak muda untuk terlibat langsung dalam kegiatan dan rencana pengembangan kota masih sangat terbatas. Sehingga dengan kita mampu merealisasikannya dan ide ini bisa kita sebarkan dan hadir di setiap kotamu. Tentunya bisa menjembatani semua kreativitas anak muda. Bila ingin berhasil dan berjalan secara berkelanjutan, tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk saling berkolaborasi. Entah itu dari dinas terkait, kampus, organisasi/komunitas hingga anak muda itu sendiri.

Imajinasi saya saat menulis artikel ini, setidaknya ada beberapa aspek penting yang ingin ditonjolkan dari keterlibatan anak muda untuk membangun ruang-ruang kolektif di kotanya untuk menumbuhkan beragam kreatifitas. Di bidang seni dan pertunjukan misalnya dengan melakukan inovasi budaya. Lalu di bidang komunitasnya yakni dengan keterlibatan, keberlanjutan, dan mempromosikan komunitas yang sudah ada.

Di bidang desain dan digital yakni dengan inovasi desain dan digitalisasi. Di bidang kuliner yakni dengan melakukan food sustainability (ketahanan pangan) dan inovasi kuliner. Melakukan pengembangan dan pelestarian properti, misalnya bangunan tua (jaman dulu) agar bisa dimanfaatkan sebagai ikon kota.

Selain itu, perlunya keputusan yang bertanggung jawab terhadap properti dan lanskap arsitektur yang sudah ada. Serta tidak kalah pentingnya yakni di bidang perbaikan perencanaan kota dan lingkungan, yakni dengan melakukan intervensi skala kecil hingga besar untuk membuat ruang-ruang kolektif anak muda ini lebih bisa bertahan kedepannya. []

 

Tags: Anak MudaGen ZPembangunanRuangRuang Kolektif
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Perempuan Berdaya dalam Islam

Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial

11 Juni 2023
Sopo Aruh

Sopo Aruh: Menjaga Persatuan Indonesia dalam Lanskap Kebudayaan Jawa

10 Juni 2023
Perempuan Agen Perdamaian

Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama

9 Juni 2023
Perempuan Daftar Haji

Perempuan Daftar Haji Karena Mampu atau Dikehendaki Suami?

8 Juni 2023
Perempuan Pesantren

Hati Suhita dan Tafsir Perjodohan Perempuan Pesantren

7 Juni 2023
Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

6 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kawin Anak

    Dilema Hukum Dalam Kawin Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Invisible Disability dari Drama Korea Doktor Cha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sopo Aruh: Menjaga Persatuan Indonesia dalam Lanskap Kebudayaan Jawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Memberikan Dukungan Kepada Perempuan Korban KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial
  • Hak-hak Perempuan di Pesantren
  • Pentingnya Memperhatikan Kesejahteraan Mental Selama Kehamilan
  • Akar Masalah Pekerja Migran
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist